Gerhana Bulan Paling Istimewa Datang, Sambut Dengan Amalan Sunnah Ini Semoga Menjadi Berkah


Gerhana bulan, dilansir dari okezone.com

Jangan hingga terlewat...

Fenomena langka ini hanya dapat anda nikmati 100 tahun sekali, untuk itu mari kita sambut dengan amalan-amalan yang membawa kebaikan.

Berikut juga jadwal terjaddinya gerhana bulan tersebut.

Sabtu (28/07/2018) mendatang, seluruh warga Indonesia akan dapat menyaksikan gerhana bulan total (GBT) atau bulan darah.

Namun ada yang istimewa pada gerhana bulan kali ini. Selain fenomena gerhana, anda juga dapat menikmati 5 fenomena ini sekaligus.

1. Gerhana paling lama

Durasi gerhana secara keseluruhan ialah 6 jam 14 menit, Bahkan, gerhana kali ini disebut-sebut sebagai blood moon terpanjang pada era ke-21.

Artinya, gerhana bulan serupa hanya akan dapat ditemui 100 tahun lagi. Tepatnya pada 9 Juni 2123.

2. Gerhana Sekaligus Minimoon

Berbeda dengan gerhana bulan sebelumnya yang bersamaan dengan Supermoon, GBT kali ini bertepatan dengan Minimoon.

Saat puncak gerhana nanti, jarak Bumi dan Bulan diperhitungkan sebesar 406.100 kilometer. Artinya, ini lebih jauh dari jarak Bumi dan Bulan biasanya yang hanya 384.400 kilometer.

Secara tak resmi Bulan dengan fase purnama yang bertepatan atau hampir bertepatan dengan dikala Bulan menempati titik apogee-nya dikenal sebagai Minimoon. ibarat dilansir dari kompas.com

3. Fenomena Paras Bulan yang Kebiruan

Meski GBT selalu identik dengan warna merah darah, tapi ada yang istimewa kali ini. Itu ialah warna biru di paras bulan.

Sapuan warna biru di paras Bulan jawaban hamburan cahaya Matahari oleh molekul-molekul Ozon

4. Gerhana Tanpa Awan

Keistimewaan gerhana bulan simpulan ahad ini ialah alasannya ialah faktor cuaca. Gerhana ini terjadi pada trend kemarau, sehingga langit relatif akan lebih bersih.

5. Mars yang Kaprikornus Dayang-dayang

Menambah keistimewaannya, pada gerhana kali ini bulan akan berdampingan dengan planet Mars di langit Indonesia.

Gerhana Bulan ini bertepatan dg dikala Mars berada pada posisi terdekat dengan Bumi dalam 15 tahun terakhir. Magnitudonya (Mars) diperkirakan -2,7 (normalnya hanya -0,5) sehingga jauh lebih gampang diamati dengan mata telanjang.

Jadwal kemunculan gerhana.

Berikut ini jadwal tujuh tahapan gerhana bulan total 28 Juli 2018 berdasar waktu di Indonesia barat, tengah dan timur:
  • Gerhana Mulai: pukul 00.13 WIB, pukul 01.13 WITA, pukul 02.13 WIT
  • Gerhana Sebagian Mulai: pukul 01.24,1 WIB, pukul 02.24,1 WITA, pukul 03.24,1
  • Gerhana Total Mulai: pukul 02.29,9 WIB, pukul 03.29,9 WITA, pukul 04.29,9 WIT
  • Puncak Gerhana: pukul 03.21,7 WIB, pukul 04.21,7 WITA, pukul 05.21,7 WIT
  • Gerhana Total Berakhir: pukul 04.13,5 WIB, pukul 05.13,5 WITA dan pukul 06.13,5 WIT
  • Gerhana Sebagian Berakhir: pukul 05.19,3 WIB, pukul 06.19,3 WITA dan pukul 07.19,3 WIT
  • Gerhana Berakhir: pukul 06.30,3 WIB, pukul 07.30,3 WITA, pukul 08.30,3 WIT

Amalan-amalan dikala gerhana datang.

Gerhana merupakan sebuah insiden alam normal biasa yang biasa terjadi, baik gerhana bulan ataupun gerhana matahari itu semua sudah biasa terjadi, namun kita sebagai orang muslim mempunyai amalan yang dianjurkan kalau terjadi gerhana, baik gerhana matahari ataupun gerhana bulan.

Pertama: perbanyaklah dzikir, istighfar, takbir, sedekah dan bentuk ketaatan lainnya.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا

“Sesungguhnya matahari dan bulan ialah dua tanda di antara gejala kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi alasannya ialah simpulan hidup seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.” (HR. Bukhari no. 1044)

BACA JUGA: Seperti Inilah Gambaran Ngerinya Yaumul Hisab! Yakin Masih Mau Menunda Taubat?

Kedua: menyeru jama’ah dengan panggilan ’ash sholatu jaami’ah’ dan melaksanakan shalat.

Dari ’Aisyah radhiyallahu ’anha, ia mengatakan,

أنَّ الشَّمس خَسَفَتْ عَلَى عَهْدِ رَسولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم، فَبَعَثَ مُنَادياً يُنَادِي: الصلاَةَ جَامِعَة، فَاجتَمَعُوا. وَتَقَدَّمَ فَكَبرَّ وَصلَّى أربَعَ رَكَعَاتٍ في ركعَتَين وَأربعَ سَجَدَاتٍ.

“Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari. Beliau kemudian mengutus seseorang untuk memanggil jama’ah dengan: ‘ASH SHALATU JAMI’AH’ (mari kita lakukan shalat berjama’ah). Orang-orang lantas berkumpul. Nabi kemudian maju dan bertakbir. Beliau melaksanakan empat kali ruku’ dan empat kali sujud dalam dua raka’at.” (HR. Muslim no. 901) . Dalam hadits ini tidak diperintahkan untuk mengumandangkan adzan dan iqomah. Jadi, adzan dan iqomah tidak ada dalam shalat gerhana.

Ketiga: Berkhutbah sesudah shalat gerhana

Hal ini disebutkan oleh Imam Nawawi dalam Syarah Muhadzzab sebagai berikut:

الشَّرْحُ) حَدِيثُ عَائِشَةَ رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ وَاتَّفَقَتْ نُصُوصُ الشَّافِعِيِّ وَالْأَصْحَابِ عَلَى اسْتِحْبَابِ خُطْبَتَيْنِ بَعْدَ صَلَاةِ الْكُسُوفِ وَهُمَا سُنَّةٌ لَيْسَا شَرْطًا لِصِحَّةِ الصَّلَاةِ قَالَ أَصْحَابُنَا وَصِفَتُهُمَا كَخُطْبَتَيْ الْجُمُعَةِ فِي الْأَرْكَانِ وَالشُّرُوطِ وَغَيْرِهِمَا سَوَاءٌ صَلَّاهَا جَمَاعَةٌ فِي مِصْرٍ أَوْ قَرْيَةٍ أَوْ صَلَّاهَا الْمُسَافِرُونَ فِي الصَّحْرَاءِ وَأَهْلُ الْبَادِيَةِ وَلَا يَخْطُبُ مَنْ صَلَّاهَا مُنْفَرِدًا وَيَحُثُّهُمْ فِي هَذِهِ الْخُطْبَةِ عَلَى التَّوْبَةِ مِنْ الْمَعَاصِي وَعَلَى فِعْلِ الْخَيْرِ وَالصَّدَقَةِ وَالْعَتَاقَةِ وَيُحَذِّرُهُمْ الْغَفْلَةَ وَالِاغْتِرَارَ وَيَأْمُرُهُمْ بِإِكْثَارِ الدُّعَاءِ وَالِاسْتِغْفَارِ وَالذِّكْرِ

Artinya, “(Penjelasan) hadits Aisyah RA yang telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, dan nash Imam Syafi’i serta pengikutnya setuju pada kesunahan dua khutbah sesudah shalat gerhana, dan dua khutbah sunah itu bukanlah syarat sahnya shalat. Ashab kami berkata, ‘Dua khutbah ini sama dengan khutbah Jumat dalam rukun, syarat dan selainnya, sama saja entah dilaksanakan berjamaah di kota besar maupun di desa, atau musafir di padang pasir maupun di perkampungan. Sedangkan orang yang shalat sendiri tidak perlu melaksanakan khutbah. Khatib dalam khutbah ini menganjurkan jamaah untuk bertobat dari maksiat, mengerjakan kebaikan, bersedekah, membebaskan budak, mengingatkan mereka dari kelalaian dan tipu daya, serta memerintahkan mereka untuk memperbanyak doa, meminta ampunan dan zikir,’” (Lihat Imam An-Nawawi, Syarah Muhadzzab,  Beirut, Darul Fikr, juz V, halaman 53).

Demikian Sunnah yang Dilakukan ketika terjadi gerhana yang diajarkan oleh Rasulullah sebagai bentuk ketaatan Rasulullah kepada Allah. Semoga bermanfaat.
Sumber http://www.wajibbaca.com
Buat lebih berguna, kongsi:

Trending Kini: