
Wali songo via masbidin.net
Nama nama wali songo sudah terdengar tidak absurd lagi, tetapi masih ada beberapa orang yang belum mengetahui riwayat dan peinggalan wali songo. Mari kita bahas bersama biar tahu sejarah wali songo.
Loncat ke Nama Nama Wali Songo - Dari nama para Wali songo tersebut, pada umumnya ada 9 nama yang dikenal sebagai anggota Walisongo, siapa saja nama nama wali songo tersebut? Untuk lebih lengkapnya simak artikel ini. Wali songo yaitu wali yang membuatkan agama islam yang berada di pulau jawa yang beranggota 9 orang wali.
Wali songo sebagai penduduk orisinil Indonesia yang beragama Islam niscaya kita tidak absurd lagi apabila dikatakan nama nama wali songo. Nama wali songo ini sudah banyak yang mengetahuinya, namun masih ada beberapa yang tidak mengetahui riwayat mereka. Oleh sebab itu dibawah ini akan membahas nama nama wali songo beserta riwayat dan peinggalannya.

Nama wali via 1001malam.com
Nama Nama Wali Songo
Nama-nama sunan dari walisongo yang biasa kita dengar merupakan nama julukan untuk dia yang telah banyak berperan dalam penyebaran Islam di Indonesia. Sebutan sunan ini memilki makna yang artinya insan atau orang yang dimuliakan.Pada umumnya yang di juluki sebagai sunan masih mempunyai silsilah dengan kerajaan baik secara pribadi atau sehabis keturunan di bawahnya. Dari sekian banyak sunan yang turut berperan aktif dalam penyebaran Islam di Indonesia ada sembilan sunan yang paling populer.
Nama Nama Wali Songo Besera Riwayat dan Peninggalannya:
1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)

Sunan gresik via inigresik.com
Nama orisinil dari Sunan Gresik yaitu Maulana Malik Ibrahim. Beliau juga seorang Habib, silsilah ke 22 keturunan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasalam. Maulana Malik Ibrahim merupakan orang pertama yang memulai penyebaran Islam di tanah Jawa. Sunan Gresik memulai dakwahnya pada tamat masa Kerajaan Majapahit.
Beliau memulai dakwahnya dengan merangkul rakyat biasa korban dari perang saudara pada Kerajaan Majapahit. Pendekatan dia kepada rakyat melalui cocok tanam dan jalur perdagangan. Sehingga masyarakat yang kesulitan dalam hal ekonomi merasa terbantu dan perlahan mempelajari Islam atas bimbingan beliau.
Seiring berjalannya waktu, orang yang berguru Islam pun semakin banyak, kemudian Sunan Gresik mendirikan pondok pesantren di tempat Leran, Gresik. Di sebuah pondok itulah dia mengajarkan ilmu hingga tamat hayatnya. Beliau meninggal pada tahun 1941M dan jenazahnya di makamkan di Desa Gapura Wetan, Gresik.
Selama berdakwah dia selalu berusaha menghilangkan sistem kasta yang mengakibatkan perpecahan di masyarakat. Karena di sisi Allah yang membedakan insan satu dengan yang lain yaitu amal ibadah yang mereka lakukan. Peninggalan bersejarah dari Sunan Gresik berupa Masjid Malik Ibrahim di Leran, Gresik.
2. Sunan Ampel (Raden Rahmat)

Sunan ampel via informazone.com
Raden Rahmat atau yang disebut Sunan Ampel merupakan putra dari Syekh Maulana Malik Ibrahim dengan Dewi Condro Wulan. Dewi Condro Wulan merupakan putri Raja Champa yang masih ada silsilah keturunan Dinasti Ming yang terakhir. Sunan Ampel berdakwah membuatkan Islam di tempat Ampel Denta, Surabaya.
Di Ampel Denta, Raden Rahmat memfasilitasi masyarakat yang berguru agama Islam dan berkonsultasi dengan mendirikan sebuah pondok. Ajaran dari dia yang sangat terkenal yaitu falsafah “Moh Limo”. Kata moh limo ini berasal dari Jawa dimana moh berarti menolak atau tidak dan limo berarti lima. Maksut dari falsafal moh limo yaitu menolak lima hal yang dihentikan dalam Islam.
Isi dari falsafah Moh Limo yaitu Moh Main maksutnya yaitu tidak berjudi, Moh Ngombe atau tidak minum khamr, Moh Maling (tidak mencuri), Moh Madat atau tidak menghisap narkoba dan yang terakhir Moh Madon yaitu tidak berzina.
Peninggalan bersejarah dari Sunan Ampel yaitu Masjid Ampel di Ampel Denta, Surabaya. Beliau wafat di Surabaya dan di makamkan di dekat Masjid Ampel.
3. Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim)

Sunan bonang via idsejarah.net
Sunan Bonang atau yang memilki nama orisinil Maulana Makdum Ibrahim merupakan putra dari Sunan Ampel dengan istrinya yang berjulukan Dewi Condrowati. Nama lain dari Dewi Condrowati yaitu Nyai Ageng Manila. Maulana Makdum Ibrahim menimba ilmu agama Islam di tempat Pasai, Malaka. Di Malaka Sunan Bonang menimba ilmu dari Sunan Giri terutama dalam metode penyebaran Islam biar gampang diterima masyarakat.
Selesai menimba ilmu dari Sunan Giri kemudian dia pulang ke kota Tuban (kota kelahiran ibunya) dan mendirikan sebuah pondok pesantren. Di Kota Tuban Sunan Bonang menggencarkan dakwah melalui musik gamelan. Karakteristik masyarakat Tuban yang menyukai hiburan terutama musik, menciptakan dia melaksanakan pendekatan terhadap masyarakat melalui alat musik buatannya tersebut.
Sunan Bonang melaksanakan dakwahnya di sela-sela pertunjukan musik. Peninggalan bersejarah dari Beliau yaitu alat musik tradisional gamelan berupa bonang, kenong dan bende.

Sunan drajat via santridotkom.blogspot.com
Raden Qosim atau yang dikenal sebagai Sunan Drajat merupakan saudara seibu dari Sunan Bonang. Berdasarkan beberapa cerita yang ada dia juga terkenal dengan sebutan Raden Syaifudin. Beliau berguru ilmu agama dan berguru pada Sunan Muria sehabis wafatnya sang ayah. Kemudian kembali ke tempat pesisir Banjarwati, Lamongan untuk berdakwah.
Untuk menunjang dakwah Raden Qosim yang muridnya semakin banyak, dia mendirikan sebuahh pondok pesantren di tempat Daleman Dhuwur di Desa Drajat, Paciran Lamongan. Di sana Sunan Drajat melangsungkan dakwahnya melalui suluk yang pernah di pelajarinya ketika berguru pada Sunan Muria.
Suluk yang sering dia sampaikan kepada murid-muridnya ialah “Suluk Petuah”. Dalam Suluk yang diajarkan Sunan Drajat terdapat beberapa pesan yang di tanamkan dalam diri insan untu menolong sesama manusia. Salah satu kutipan dalam suluk tersebut ialah:
“Wenehono teken marang wong kang wuto” maksutnya berilah tongkat kepada orang yang buta.
“Wenehono mangan marang wong kang luwe” maksutnya berilah makanan kepada orang yang lapar.
“Wenehono busono marang wong kang wudo” maksutnya berilah pakaian kepada orang yang telanjang.
“Wenohono ngiyup marang wong kang kudanan maksutnya berilah tempat berteduh kepada orang yang kehujanan.
Serta masih banyak lagi suluk lain yang menjadi peninggalan Raden Syaifudin, namun suluk yang terkenal yaitu Suluk Petuah diatas. Suluk tersebut hingga kini masih dipelajari di pondok-pondok Jawa kuno.

Sunan kalijaga via beritagar.id
Sunan Kali Jaga merupakan orang Jawa orisinil yang lahir di darah Tuban. Beliau mempunyai nama orisinil Raden Said. Beliau Raden Said merupakan anak dari seorang bupati Kabupaten Tuban yang waktu itu berjulukan Arya Wilatika.
Ayah dari Sunan Kali Jaga sendiri yaitu seorang pemimpin kelompok dari pemberontakan Ronggolawe ketika zaman Kerajaan Majapahit. Sunan Kali Jaga ketika muda telah mewarisi dari semangat ayahnya, Beliau memprotes keras terhadap penarikan pajak yang tidak mempunyai perikemanusiaan pada pemerintahan Kerajaan Majapahit.
Lalu dibentuk susunan rencana perampokan ke seluruh anggota pejabat pajak untuk kemudian dibagikan semua hartanya kepada rakyat miskin. Akibat dari perampokan tersebut, Sunan Kali Jaga dijuluki oleh seantero Kerajaan Majapahit Bandar Lokajaya.
Akan tetapi agresi perampokan tersebut berhenti ketika dia Sunan Kali Jaga bertemu dengan seseorang yang akan menjadi gurunya yaitu Sunan Bonang. Kemudain Raden Said dinasehati supaya berhenti dari tindakannya tersebut, sebab jalan untuk menuju kebaikan tidak sanggup ditempuh melalui jalan keburukan.
Akhirnya Sunan Kali Jaga pun berhenti dari tindakan perampokannya dan berguru ilmu agama kepada Sunan Bonang. Dari sang gurulah Sunan Kali Jaga menerima inspirasi dalam berdakwah, yaitu dengan memanfaatkan wayang dan gamelan.
Dimana ketika ada pertunjukkan wayang maupun yag memakai gamelan, didalamnya disisipkan perihal fatwa Islam. Ajaran agama islam yang dia dakwahkan ini sanggup diterima dan sangat membumi sebab Sunan Kali Jaga merupakan orang Jawa asli.
Beliau mengajarkan ilmu agama Islam kepada masyarakat secara bertahap. Melalui ideologi dan kebudayaan Jawa Sunan Kali Jaga menanamkan nilai-nilai agama Islam. Karena dia mempunyai keyakinan bahwa ketika agama islam telah dipahami dan masuk kedalam hati maka secara otomatis sikap jelek maupun kebiasaannya akan hilang dengan sendirinya.
Untuk peninggalan dari Sunan Kalijaga berupa kesenian yang kini menjadi seni khas Jawa yaitu seni, wayang, gamelan, ukir dan suluk.

Sunan kudus via aktual.com
Nama orisinil dari Sunan Kudus yang juga merupakan cucu dari Sunan Ampel ialah Ja’far Shadiq. Nasab dia menjadi cucu Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati ini berasal dari Ibunda dia yang berjulukan Syarifah. Selain itu Sunan Kudus ini juga merupakan keponakan dari Sunan Drajat dan Sunan Bonang.
Sumber ilmu perihal Agama Islam yang Sunan Kudus miliki ini berkat kegigihan dia menuntut ilmu di timur tengah yakni Yerusalem, Palestina atau tepatnya di kota Al-Quds. Namun sebelumnya, beliua juga menuntut ilmu pada kedua pamannya yang juga merupakan wali Allah.
Di Yerusalem Sunan Kudus ini banyak mendapatkan ilmu-ilmu agama yang pribadi bersumber dari ulama-ulama dari Arab.
Sehingga dengan ketawadahun dan luasnya ilmu yang dia miliki, kemudian dia pulang ke Nusantara dan berinidiatif untuk medirikan sebuah pondok pesantren untuk orang-orang umum berguru ilmu agama Islam. Penulis sendiri belum mengetahui alasan dia ini menentukan desa Loram Kabupaten Kudus Jawa Tengah ini sebagai tempat dakwah beliau.
Setelah pondok pesantren yang dia dirikan ini berjalan beberapa waktu, berkat keluasan ilmu dan toleransi yang tinggi akan antar umat beragama di Kudus tuan Ja’far Shadiq diminta untuk menjadi pemimpin disana. Untuk mempermudah jalan dakwah dia menyebar luaskan agama Islam di kalangan para pejabat, darah biru kerajaan dan para priyayi di tanah Jawa, dia pun menyanggupi menjadi seorang pemimpin.
Selain sebagai seorang pemimpin yang bijaksana, berkat keluasan ilmu yang dimiliki oleh Sunan Kudus ini, sampai-sampai para wali dia memperlihatkan gelar sebagai Wali Al ‘ilmi yang artinya ialah orang yang mempunyai ilmu luas.
Dalam membuatkan agama Islam, tuan Ja’far Shadiq memakai metode yang hampir sama dengan metode Sunan Kalijaga yakni melalui pendekatan terhadap kebudayaan tempat setempat. Beliau menyisipkan nilai-nilai agama Islam ditengah kebudayaan Hindu Bunda yang telah mengakar di masyarakat.
Untuk peninggalan Sunan Kudus yang masih ada hingga kini ini ialah Masjid Menara Kudus yang mempunyai menara dengan corak khas bergaya Hindu. Selain menara, tuan Ja’far Shadiq juga mewariskan budaya toleransi yang sangat mulia.
Budaya toleransi antar umat beragama yang masih berlaku hingga kini ini yaitu dengan tidak menyembelih sapi ketika lebaran Idhul Adha. Untuk menghormati umat Hindu di tempat Kudus, Beliau mengajarkan masyarakat untuk mengganti binatang binatang qurban sapi menjadi kerbau. Merupakan fatwa mulia dari seorang wali Allah dan seorang pemimpin yang patut untuk kita pola yaa sobat masbidin.net
Oh iya, sebagai catatan aja bahwa nama dia – Sunan Kudus– ini bergotong-royong diambil dari sebuah nama kota tempat dia menuntut ilmu Agama Islam yaitu kota Al-Quds di Yerusalem, Palestina.

Sunan muria sejukkan-iman.blogspot.com
Sunan Muria mempunyai nama orisinil yakni Raden Umar Said. Beliua merupakan putera dari Sunan Kalijaga dengan istrnya yang berjulukan Saroh. Selain itu Raden Umar Said ini juga merupakan keponakan dari Sunan Giri. Karena Ibunda dia Saroh yaitu adik kandung dari Sunan Giri.
Dalam dakwahnya membuatkan fatwa Islam, Sunan Muria mengadaptasi metode yang dipakai oleh Ayahnya Sunan Kalijaga. Beliau memberikan fatwa melalui pendekatan kebudayaan dan kesenian Jawa.
Akan tetapi dia lebih menentukan tempat pesisir pantai dan sekaligus tempat terpencil. Sehingga dipilihlah oleh dia tempat Gunung Muria yang berada di Provinsi Jawa Tengah sebagai lokasi dan sentra dakwahnya.
Untuk wilayah tempat dia dakwah ini menyebar hingga ke Pati, Kudus, Juana, Tayu dan Jepara. Dimana kebanykan tempat-tempat yang dia datangi ini merupakan tempat pedesaan, pesisi pantai dan pegunungan.
Sunan Muria lebih banyak berdakwah kepada para masyarakat atau rakyat biasa. Karena berdasarkan dia rakyat jelata ini merupakan kelompok yang paling banyak dan mereka juga gampang dalam mendapatkan fatwa Islam yang dia ajarkan. Sehingga dia juga sanggup lebih dekat bersama masyarakat umum.
Tidak hanya memperlihatkan pengajaran perihal syariat Islam, Sunan Murian juga mengajarkan banyak ilmu lain kepada masyarakat. Diantara ilmu-ilmu yang dia ajarkan ialah ilmu perihal bercocok tanam, cara berdagang yang sesuai dengan syariat Islam dan cara melaut.
Untuk memikat hati masyarakat umum berguru supaya mau berguru agama Islam, Raden Umar Said memakai media tembang. Untuk temabng yang sering dia gunakan dan terkenal hingga kini ini yaitu tembang Sinom dan tembang Kinanti.
Sedangkan peninggalan bersejarah Sunan Muria yang masih sanggup kita saksikan pada hari ini ialah sebuah Masjid Muria yang letaknya masih di tempat sentra dia berdakwah.

Sunan gunung jati via sejukkan-iman.blogspot.com
Banyak cerita tak masuk nalar yang dikaitkan dengan Sunan Gunung Jati. Diantaranya yaitu bahwa ia pernah mengalami perjalanan spiritual ibarat Isra’ Mi’raj, kemudian bertemu Rasulullah SAW, bertemu Nabi Khidir, dan mendapatkan wasiat Nabi Sulaeman.
Semua itu hanya mengisyaratkan kekaguman masyarakat masa itu pada Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah diperkirakan lahir sekitar tahun 1448 M. Ibunya yaitu Nyai Rara Santang, putri dari raja Pajajaran Raden Manah Rarasa. Sedangkan ayahnya yaitu Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda, pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari Palestina.
Dengan demikian, Sunan Gunung Jati yaitu satu-satunya “wali songo” yang memimpin pemerintahan. Sunan Gunung Jati memanfaatkan pengaruhnya sebagai putra Raja Pajajaran untuk membuatkan Islam dari pesisir Cirebon ke pedalaman Pasundan atau Priangan.
Dalam berdakwah, ia menganut kecenderungan Timur Tengah yang lugas. Namun ia juga mendekati rakyat dengan membangun infrastruktur berupa jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah. Bersama putranya, Maulana Hasanuddin, Sunan Gunung Jati juga melaksanakan ekspedisi ke Banten.
Penguasa setempat, Pucuk Umum, menyerahkan sukarela penguasaan wilayah Banten tersebut yang kemudian menjadi cikal bakal Kesultanan Banten Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati mundur dari jabatannya untuk hanya menekuni dakwah. Kekuasaan itu diserahkannya kepada Pangeran Pasarean. Pada tahun 1568 M, Sunan Gunung Jati wafat dalam usia 120 tahun, di Cirebon (dulu Carbon). Ia dimakamkan di tempat Gunung Sembung, Gunung Jati, sekitar 15 kilometer sebelum kota Cirebon dari arah barat.

Sunan giri via ganaislamika.com
Ia mempunyai nama kecil Raden Paku, alias Muhammad Ainul Yakin. Sunan Giri lahir di Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442 M. Ada juga yang menyebutnya Jaka Samudra. Sebuah nama yang dikaitkan dengan masa kecilnya yang pernah dibuang oleh keluarga ibunya–seorang putri raja Blambangan berjulukan Dewi Sekardadu ke laut.
Raden Paku kemudian dipungut anak oleh Nyai Semboja (Babad Tanah Jawi versi Meinsma). Ayahnya yaitu Maulana Ishak. saudara sekandung Maulana Malik Ibrahim. Maulana Ishak berhasil meng-Islamkan isterinya, tapi gagal mengislamkan sang mertua. Oleh sebab itulah ia meninggalkan keluarga isterinya berkelana hingga ke Samudra Pasai.
Dalam keagamaan, ia dikenal sebab pengetahuannya yang luas dalam ilmu fikih. Orang-orang pun menyebutnya sebagai Sultan Abdul Fakih. Ia juga pecipta karya seni yang luar biasa. Permainan anak ibarat Jelungan, Jamuran, lir-ilir dan cublak suweng disebut sebagai kreasi Sunan Giri.
Demikian pula Gending Asmaradana dan Pucung -lagi bernuansa Jawa namun syarat dengan fatwa Islam. Peninggalannya yaitu Masjid Sunan Giri, Giri Kedaton, Telogo Pegat.
Itulah nama nama wali songo beserta dengan riwayat dan peninggalannya. Semoga sanggup menambah wawaan dan bermanfaat bagi Anda.
Sumber http://www.wajibbaca.com
Sunan Bonang melaksanakan dakwahnya di sela-sela pertunjukan musik. Peninggalan bersejarah dari Beliau yaitu alat musik tradisional gamelan berupa bonang, kenong dan bende.
4. Sunan Drajat (Raden Qosim atau Raden Syaifudin)

Sunan drajat via santridotkom.blogspot.com
Raden Qosim atau yang dikenal sebagai Sunan Drajat merupakan saudara seibu dari Sunan Bonang. Berdasarkan beberapa cerita yang ada dia juga terkenal dengan sebutan Raden Syaifudin. Beliau berguru ilmu agama dan berguru pada Sunan Muria sehabis wafatnya sang ayah. Kemudian kembali ke tempat pesisir Banjarwati, Lamongan untuk berdakwah.
Untuk menunjang dakwah Raden Qosim yang muridnya semakin banyak, dia mendirikan sebuahh pondok pesantren di tempat Daleman Dhuwur di Desa Drajat, Paciran Lamongan. Di sana Sunan Drajat melangsungkan dakwahnya melalui suluk yang pernah di pelajarinya ketika berguru pada Sunan Muria.
Suluk yang sering dia sampaikan kepada murid-muridnya ialah “Suluk Petuah”. Dalam Suluk yang diajarkan Sunan Drajat terdapat beberapa pesan yang di tanamkan dalam diri insan untu menolong sesama manusia. Salah satu kutipan dalam suluk tersebut ialah:
“Wenehono teken marang wong kang wuto” maksutnya berilah tongkat kepada orang yang buta.
“Wenehono mangan marang wong kang luwe” maksutnya berilah makanan kepada orang yang lapar.
“Wenehono busono marang wong kang wudo” maksutnya berilah pakaian kepada orang yang telanjang.
“Wenohono ngiyup marang wong kang kudanan maksutnya berilah tempat berteduh kepada orang yang kehujanan.
Serta masih banyak lagi suluk lain yang menjadi peninggalan Raden Syaifudin, namun suluk yang terkenal yaitu Suluk Petuah diatas. Suluk tersebut hingga kini masih dipelajari di pondok-pondok Jawa kuno.
5. Sunan Kalijaga (Raden Said)

Sunan kalijaga via beritagar.id
Sunan Kali Jaga merupakan orang Jawa orisinil yang lahir di darah Tuban. Beliau mempunyai nama orisinil Raden Said. Beliau Raden Said merupakan anak dari seorang bupati Kabupaten Tuban yang waktu itu berjulukan Arya Wilatika.
Ayah dari Sunan Kali Jaga sendiri yaitu seorang pemimpin kelompok dari pemberontakan Ronggolawe ketika zaman Kerajaan Majapahit. Sunan Kali Jaga ketika muda telah mewarisi dari semangat ayahnya, Beliau memprotes keras terhadap penarikan pajak yang tidak mempunyai perikemanusiaan pada pemerintahan Kerajaan Majapahit.
Lalu dibentuk susunan rencana perampokan ke seluruh anggota pejabat pajak untuk kemudian dibagikan semua hartanya kepada rakyat miskin. Akibat dari perampokan tersebut, Sunan Kali Jaga dijuluki oleh seantero Kerajaan Majapahit Bandar Lokajaya.
Akan tetapi agresi perampokan tersebut berhenti ketika dia Sunan Kali Jaga bertemu dengan seseorang yang akan menjadi gurunya yaitu Sunan Bonang. Kemudain Raden Said dinasehati supaya berhenti dari tindakannya tersebut, sebab jalan untuk menuju kebaikan tidak sanggup ditempuh melalui jalan keburukan.
Akhirnya Sunan Kali Jaga pun berhenti dari tindakan perampokannya dan berguru ilmu agama kepada Sunan Bonang. Dari sang gurulah Sunan Kali Jaga menerima inspirasi dalam berdakwah, yaitu dengan memanfaatkan wayang dan gamelan.
Dimana ketika ada pertunjukkan wayang maupun yag memakai gamelan, didalamnya disisipkan perihal fatwa Islam. Ajaran agama islam yang dia dakwahkan ini sanggup diterima dan sangat membumi sebab Sunan Kali Jaga merupakan orang Jawa asli.
Beliau mengajarkan ilmu agama Islam kepada masyarakat secara bertahap. Melalui ideologi dan kebudayaan Jawa Sunan Kali Jaga menanamkan nilai-nilai agama Islam. Karena dia mempunyai keyakinan bahwa ketika agama islam telah dipahami dan masuk kedalam hati maka secara otomatis sikap jelek maupun kebiasaannya akan hilang dengan sendirinya.
Untuk peninggalan dari Sunan Kalijaga berupa kesenian yang kini menjadi seni khas Jawa yaitu seni, wayang, gamelan, ukir dan suluk.
6. Sunan Kudus (Ja’far Shadiq)

Sunan kudus via aktual.com
Nama orisinil dari Sunan Kudus yang juga merupakan cucu dari Sunan Ampel ialah Ja’far Shadiq. Nasab dia menjadi cucu Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati ini berasal dari Ibunda dia yang berjulukan Syarifah. Selain itu Sunan Kudus ini juga merupakan keponakan dari Sunan Drajat dan Sunan Bonang.
Sumber ilmu perihal Agama Islam yang Sunan Kudus miliki ini berkat kegigihan dia menuntut ilmu di timur tengah yakni Yerusalem, Palestina atau tepatnya di kota Al-Quds. Namun sebelumnya, beliua juga menuntut ilmu pada kedua pamannya yang juga merupakan wali Allah.
Di Yerusalem Sunan Kudus ini banyak mendapatkan ilmu-ilmu agama yang pribadi bersumber dari ulama-ulama dari Arab.
Sehingga dengan ketawadahun dan luasnya ilmu yang dia miliki, kemudian dia pulang ke Nusantara dan berinidiatif untuk medirikan sebuah pondok pesantren untuk orang-orang umum berguru ilmu agama Islam. Penulis sendiri belum mengetahui alasan dia ini menentukan desa Loram Kabupaten Kudus Jawa Tengah ini sebagai tempat dakwah beliau.
Setelah pondok pesantren yang dia dirikan ini berjalan beberapa waktu, berkat keluasan ilmu dan toleransi yang tinggi akan antar umat beragama di Kudus tuan Ja’far Shadiq diminta untuk menjadi pemimpin disana. Untuk mempermudah jalan dakwah dia menyebar luaskan agama Islam di kalangan para pejabat, darah biru kerajaan dan para priyayi di tanah Jawa, dia pun menyanggupi menjadi seorang pemimpin.
Selain sebagai seorang pemimpin yang bijaksana, berkat keluasan ilmu yang dimiliki oleh Sunan Kudus ini, sampai-sampai para wali dia memperlihatkan gelar sebagai Wali Al ‘ilmi yang artinya ialah orang yang mempunyai ilmu luas.
Dalam membuatkan agama Islam, tuan Ja’far Shadiq memakai metode yang hampir sama dengan metode Sunan Kalijaga yakni melalui pendekatan terhadap kebudayaan tempat setempat. Beliau menyisipkan nilai-nilai agama Islam ditengah kebudayaan Hindu Bunda yang telah mengakar di masyarakat.
Untuk peninggalan Sunan Kudus yang masih ada hingga kini ini ialah Masjid Menara Kudus yang mempunyai menara dengan corak khas bergaya Hindu. Selain menara, tuan Ja’far Shadiq juga mewariskan budaya toleransi yang sangat mulia.
Budaya toleransi antar umat beragama yang masih berlaku hingga kini ini yaitu dengan tidak menyembelih sapi ketika lebaran Idhul Adha. Untuk menghormati umat Hindu di tempat Kudus, Beliau mengajarkan masyarakat untuk mengganti binatang binatang qurban sapi menjadi kerbau. Merupakan fatwa mulia dari seorang wali Allah dan seorang pemimpin yang patut untuk kita pola yaa sobat masbidin.net
Oh iya, sebagai catatan aja bahwa nama dia – Sunan Kudus– ini bergotong-royong diambil dari sebuah nama kota tempat dia menuntut ilmu Agama Islam yaitu kota Al-Quds di Yerusalem, Palestina.
7. Sunan Muria (Raden Umar Said)

Sunan muria sejukkan-iman.blogspot.com
Sunan Muria mempunyai nama orisinil yakni Raden Umar Said. Beliua merupakan putera dari Sunan Kalijaga dengan istrnya yang berjulukan Saroh. Selain itu Raden Umar Said ini juga merupakan keponakan dari Sunan Giri. Karena Ibunda dia Saroh yaitu adik kandung dari Sunan Giri.
Dalam dakwahnya membuatkan fatwa Islam, Sunan Muria mengadaptasi metode yang dipakai oleh Ayahnya Sunan Kalijaga. Beliau memberikan fatwa melalui pendekatan kebudayaan dan kesenian Jawa.
Akan tetapi dia lebih menentukan tempat pesisir pantai dan sekaligus tempat terpencil. Sehingga dipilihlah oleh dia tempat Gunung Muria yang berada di Provinsi Jawa Tengah sebagai lokasi dan sentra dakwahnya.
Untuk wilayah tempat dia dakwah ini menyebar hingga ke Pati, Kudus, Juana, Tayu dan Jepara. Dimana kebanykan tempat-tempat yang dia datangi ini merupakan tempat pedesaan, pesisi pantai dan pegunungan.
Sunan Muria lebih banyak berdakwah kepada para masyarakat atau rakyat biasa. Karena berdasarkan dia rakyat jelata ini merupakan kelompok yang paling banyak dan mereka juga gampang dalam mendapatkan fatwa Islam yang dia ajarkan. Sehingga dia juga sanggup lebih dekat bersama masyarakat umum.
Tidak hanya memperlihatkan pengajaran perihal syariat Islam, Sunan Murian juga mengajarkan banyak ilmu lain kepada masyarakat. Diantara ilmu-ilmu yang dia ajarkan ialah ilmu perihal bercocok tanam, cara berdagang yang sesuai dengan syariat Islam dan cara melaut.
Untuk memikat hati masyarakat umum berguru supaya mau berguru agama Islam, Raden Umar Said memakai media tembang. Untuk temabng yang sering dia gunakan dan terkenal hingga kini ini yaitu tembang Sinom dan tembang Kinanti.
Sedangkan peninggalan bersejarah Sunan Muria yang masih sanggup kita saksikan pada hari ini ialah sebuah Masjid Muria yang letaknya masih di tempat sentra dia berdakwah.
8. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)

Sunan gunung jati via sejukkan-iman.blogspot.com
Banyak cerita tak masuk nalar yang dikaitkan dengan Sunan Gunung Jati. Diantaranya yaitu bahwa ia pernah mengalami perjalanan spiritual ibarat Isra’ Mi’raj, kemudian bertemu Rasulullah SAW, bertemu Nabi Khidir, dan mendapatkan wasiat Nabi Sulaeman.
Semua itu hanya mengisyaratkan kekaguman masyarakat masa itu pada Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah diperkirakan lahir sekitar tahun 1448 M. Ibunya yaitu Nyai Rara Santang, putri dari raja Pajajaran Raden Manah Rarasa. Sedangkan ayahnya yaitu Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda, pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari Palestina.
Dengan demikian, Sunan Gunung Jati yaitu satu-satunya “wali songo” yang memimpin pemerintahan. Sunan Gunung Jati memanfaatkan pengaruhnya sebagai putra Raja Pajajaran untuk membuatkan Islam dari pesisir Cirebon ke pedalaman Pasundan atau Priangan.
Dalam berdakwah, ia menganut kecenderungan Timur Tengah yang lugas. Namun ia juga mendekati rakyat dengan membangun infrastruktur berupa jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah. Bersama putranya, Maulana Hasanuddin, Sunan Gunung Jati juga melaksanakan ekspedisi ke Banten.
Penguasa setempat, Pucuk Umum, menyerahkan sukarela penguasaan wilayah Banten tersebut yang kemudian menjadi cikal bakal Kesultanan Banten Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati mundur dari jabatannya untuk hanya menekuni dakwah. Kekuasaan itu diserahkannya kepada Pangeran Pasarean. Pada tahun 1568 M, Sunan Gunung Jati wafat dalam usia 120 tahun, di Cirebon (dulu Carbon). Ia dimakamkan di tempat Gunung Sembung, Gunung Jati, sekitar 15 kilometer sebelum kota Cirebon dari arah barat.
9. Sunan Giri (Raden Paku/Muhammad Ainul Yakin)

Sunan giri via ganaislamika.com
Ia mempunyai nama kecil Raden Paku, alias Muhammad Ainul Yakin. Sunan Giri lahir di Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442 M. Ada juga yang menyebutnya Jaka Samudra. Sebuah nama yang dikaitkan dengan masa kecilnya yang pernah dibuang oleh keluarga ibunya–seorang putri raja Blambangan berjulukan Dewi Sekardadu ke laut.
Raden Paku kemudian dipungut anak oleh Nyai Semboja (Babad Tanah Jawi versi Meinsma). Ayahnya yaitu Maulana Ishak. saudara sekandung Maulana Malik Ibrahim. Maulana Ishak berhasil meng-Islamkan isterinya, tapi gagal mengislamkan sang mertua. Oleh sebab itulah ia meninggalkan keluarga isterinya berkelana hingga ke Samudra Pasai.
Dalam keagamaan, ia dikenal sebab pengetahuannya yang luas dalam ilmu fikih. Orang-orang pun menyebutnya sebagai Sultan Abdul Fakih. Ia juga pecipta karya seni yang luar biasa. Permainan anak ibarat Jelungan, Jamuran, lir-ilir dan cublak suweng disebut sebagai kreasi Sunan Giri.
Demikian pula Gending Asmaradana dan Pucung -lagi bernuansa Jawa namun syarat dengan fatwa Islam. Peninggalannya yaitu Masjid Sunan Giri, Giri Kedaton, Telogo Pegat.
Itulah nama nama wali songo beserta dengan riwayat dan peninggalannya. Semoga sanggup menambah wawaan dan bermanfaat bagi Anda.
Sumber http://www.wajibbaca.com
Buat lebih berguna, kongsi: