Nabi Menangis Melihat Umatnya Dipotong Tangan

Muslim Fiqih - Hukum syariat begitu terperinci dan tegas. Siapa yang melaksanakan tindak kriminal, maka sesuai ketentuan Allah, had (hukuman) akan dilaksanakan. Diantara tindak kriminal yang akan menerima had ialah pencurian. Sebagaimana dijelaskan dalam Al Alquran bahwa eksekusi pencuri ialah dipotong tangannya.

Pencurian kerap terjadi di masyarakat kita, tak terkecuali di zaman Rasulullah SAW. Suatu saat, seorang pria dihadapkan kepada Rasulullah SAW alasannya ialah sudah mencuri. Setelah bukti dan saksi dihadirkan, maka tidak ada keputusan lain kecuali Nabi pun memerintahkan semoga dia dipotong tangannya.

Namun apa yang disaksikan para sahabat?, sehabis Nabi memerintahkan semoga si pelaku dipotong tangannya justru dia SAW memalingkan wajah sambil menangis. Kontan saja perilaku ini menjadi tanda tanya para sahabat. "Engkau menagis wahai Rasulullah ?", tanya seorang sahabat.

Rasulullah SAW menjawab, "Bagaiamana saya tidak akan menangis, seorang umatku akan dipotong tangannya di hadapan kalian?". Sahabat bertanya kembali, "Lalu tidakkah anda memaafkannya (melepaskannya) dari eksekusi ini?". Beliau menjawab, "Sungguh merupakan keburukan seseorang yang berusaha melepaskannya dari had (hukuman yang berlaku)" (HR. Abu Ya'la dari sahabat Ali bin Abi Thalib)

* * *

Hukuman tetap hukuman, harus ditegakkan dan dilaksanakan. Demikianlah kedisiplinan yang selalu dijaga oleh Nabi Muhammad SAW. Terbukti dalam riwayat diatas, walapun dengan kasih sayang yang begitu besar kepada umatnya, dia tetap menjalankan aturan Allah sebagaimana mestinya.

Tidakkah anda melihat dengan seksama sabda beliau, ", seorang umatku akan dipotong tangannya di hadapan kalian?". Lihatlah bagaimana dia tetap menyebut pelaku kriminal itu sebagai 'umatku'. Ya, bagaimanapun kemaksiatan dan perbuatan dosa yang dilakukan, dia tetap umat Rasulullah SAW. Apalagi dosa itu akan digugurkan lantaran sudah dijalankan had padanya.
Buat lebih berguna, kongsi:
close