Profil Biografi Al-Imam Al-Habib Abdullah Bin Alwi Al-Haddad Lengkap

Kali ini akan dibahas mengenai Profil Biografi Al-Imam Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad Lengkap mulai perjalanan hidupnya mulai dari kecil hingga dewasa,  nasab dan silsilahnya, orang tuanya, guru gurunya, murid muridnya, kalam nasehat dan wasiatnya, hingga karangan dan karya kitabnya. Semua wacana Imam Haddad akan diulas di artikel ini.

Kali ini akan dibahas secara lengkap mengenai Waliyul Qutub Shohibur Ratib Quthbil Irsyad wa Goutsil Ibad wal Bilad Al-Imam Al-Allamah Al-Arif Billah Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad mulai dari profil dan biografinya, kalam nasehat dan wasiatnya, karomahnya hingga perjalanan hidupnya secara detail biar kita bisa mengambil manfaat dari kisah hidup dia dan menjadikannya pola dalam kehidupan sehari hari.

Al-Imam Al-’Allamah Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad (bahasa Arab: عبد الله بن علوي بن محمد الحداد), di lahirkan di Syubair di salah satu ujung Kota Tarim di provinsi Hadhramaut-Yaman pada tanggal 5 Safar tahun 1044 H. Beliau di besarkan di Kota Tarim dan di ketika dia berumur 4 tahun, dia terkena penyakit cacar sehingga mengakibatkan kedua mata dia tidak sanggup melihat.

Baca Juga : Hadist Tentang Ikhlas

Meskipun kedua mata dia tidak sanggup melihat semenjak usia dini, dia tetap tidak tetapkan gairahnya untuk menuntut ilmu-ilmu agama dan mengisi masa kecilnya dengan banyak sekali macam ibadah dan bertaqarrub kepada Allah SWT, sehingga mulai dari semenjak usia dini, hidupnya sangat berkah dan berguna.

 Kali ini akan dibahas mengenai Profil Biografi Al Profil Biografi Al-Imam Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad Lengkap

Sepanjang hidupnya dia jalani dengan amal sholeh dan seluruh aspek kehidupannya selalu menggandakan apa yang diajarkan Rasulullah SAW. dia yaitu ulama dan wali besar dan menyandang gelar wali qutub terlama. Imam Abdullah Al Haddad dianggap sebagai salah satu ulama besar yang paling berpengaruh. kebanyakan ulama di seluruh dunia hingga kini selalu berkiblat pada pemikiran dia dan selalu menjadikan kitab dia menjadi tumpuan utama dalam mengkaji setiap problem agama.

Beliau Imam Haddad yaitu seorang ulama dalam bidang fikih dan aqidah asy'ariyah, Ia mendapatkan gelar Syaikh al-Islam, Quthb ad-Da'wah wa al-Irsyad dan dikenal sebagai Pembaharu Tarekat Alawiyyah. ilmunya seluas samudra sehingga hingga zaman kini ini pun umat islam masih memperoleh keuntungannya yang berasal dari karya karya beliau.

Nasab dan Silsilah Habib Abdullah Alhaddad


Beliau yaitu seorang Imam Al-Allamah Al-Habib Abdullah bin Alwy Al-Hadad bin Muhammad bin Ahmad bin Abdullah bin Muhammad bin Alwy bin Ahmad bin Abu Bakar Al–Thowil bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad Al-Faqih bin Abdurrohman bin Alwy bin Muhammad Shôhib Mirbath bin Ali Khôli’ Qosam bin Alwi bin Muhammad Shôhib Shouma’ah bin Alwi bin Ubaidillah bin Al-Muhâjir Ilallôh Ahmad bin Isa bin Muhammad An-Naqîb bin Ali Al-Uraidhi bin Imam Jakfar Ash-Shodiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Imam As-Sibth Al-Husein bin Al-Imam Amirul Mukminin Ali bin Abi Tholib suami Az-Zahro Fathimah Al-Batul binti Rosulullah Muhammad SAW.

Orang Tua Habib Abdullah Al-Haddad


Sayyid Alwy bin Muhammad Al-Haddad, Ayah Syaikh Abdullah Al-Haddad dikenal sebagai seorang yang saleh. Lahir dan tumbuh di kota Tarim, Sayyid Alwy, semenjak kecil berada di bawah asuhan ibunya Syarifah Salwa, yang dikenal sebagai perempuan jago ma’rifah dan wilayah. Bahkan Al-Habib Abdullah bin Alwy Al-Haddad sendiri banyak meriwayatkan kekeramatannya. Kakek Al-Haddad dari sisi ibunya ialah Syaikh Umar bin Ahmad Al-Manfar Ba Alawy yang termasuk ulama yang mencapai derajat ma’rifah sempurna.

Suatu hari Sayyid Alwy bin Muhammad Al-Haddad mendatangi rumah Al-Arif Billah Syaikh Ahmad bin Muhammad Al-Habsy, pada waktu itu ia belum berkeluarga, kemudian ia meminta Syaikh Ahmad Al-Habsy mendoakannya, kemudian Syaikh Ahmad berkata kepadanya, ”Anakmu yaitu anakku, di antara mereka ada keberkahan”. Kemudian ia menikah dengan cucu Syaikh Ahmad Al-Habsy, Salma binti Idrus bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsy. Al-Habib Idrus yaitu saudara dari Al-Habib Husein bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsy. Yang mana Al-Habib Husein ini yaitu kakek dari Al-Arifbillah Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsy (Mu’alif Simtud Durror). Maka lahirlah dari ijab kabul itu Al-Habib Abdullah bin Alwy Al-Haddad. Ketika Syaikh Al-Hadad lahir ayahnya berujar, “Aku sebelumnya tidak mengerti makna tersirat yang ducapkan Syaikh Ahmad Al-Habsy terdahulu, sehabis lahirnya Abdullah, saya gres mengerti, saya melihat pada dirinya gejala sinar Al-wilayah (kewalian)”.

Guru guru Imam Haddad


- al-Habib ‘Umar bin ‘Abdurrahman al-‘Atthas bin Aqil bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman al-Saqqaf (wafat:1072H).
- al-Habib Muhammad bin ‘Alawi bin Abu Bakar bin Ahmad bin Abu Bakar bin ‘Abdurrahman al-Saqqaf (1002 – 1071H)
- Syaikh Abu Bakar bin bin Imam ‘Abdurrahman bin ‘Ali bin Abu Bakar bin Syaikh ‘Abdurrahman al-Saqqaf
- al-Habib ‘Aqil bin ‘Abdurrahman bin Muhammad bin ‘Ali bin ‘Aqil bin Syaikh Ahmad bin Abu Bakar bin Syaikh bin ‘Abdurrahman al-Saqqaf
- al-Habib ‘Abdurrahman bin Syaikh Maula ‘Aidid Ba’alawi (wafat: 1068H)
- Sayyid Syaikhan bin Imam al-Hussein bin Syaikh Abu Bakar bin Salim
- al-Habib Syihabuddin Ahmad bin Syaikh Nashir bin Ahmad bin Syaikh Abu Bakar bin Salim
- al-Habib Jamaluddin Muhammad bin Abdurrahman bin Muhammad bin Syaikh al-Arifbillah Ahmad bin Syaikh al-Hussein bin Syaikh al-Quthb al-Rabbani Abu Bakar bin Abdullah al-‘Aydrus (1035-1112H)
- Sayyid al-Faqih al-Shufi Abdullah bin Ahmad Ba`alawi al-Asqa’
- Sayyid Syaikh al-Imam Ahmad bin Muhammad al-Qusyasyi (wafat 1071H)

Imam Abdullah al-Haddad رضي الله عنه juga mendapatkan khirqah sufiyyah, antaranya daripada:

- al-Habib ‘Aqil bin ‘Abdurrahman bin Muhammad bin ‘Ali bin ‘Aqil bin Syaikh Ahmad bin Abu Bakar bin Syaikh bin ‘Abdurrahman al-Saqqaf,
- al-Habib ‘Umar bin ‘Abdurrahman al-‘Atthas bin Aqil bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman al-Saqqaf (wafat:1072H),
- al-Habib Syihabuddin Ahmad bin Syaikh Nashir bin Ahmad bin Syaikh Abu Bakar bin Salim,
- al-‘Arifbillah Syaikh Muhammad bin ‘Alawi as-Saqqaf al-Makki

Murid Murid Habib Abdullah Al Haddad


- al-Habib Hasan bin ‘Abdullah al-Haddad (anak beliau);
- al-Habib Ahmad bin Zein al-Habsyi;
- al-Habib ‘Abdurrahman bin ‘Abdullah Balfaqih;
- al-Habib Muhammad bin Zein bin Smith;
- al-Habib ‘Umar bin Zein bin Smith;
- al-Habib ‘Umar bin ‘Abdurrahman al-Bar;
- al-Habib ‘Ali bin ‘Abdullah bin Abdurrahman al-Saqqaf;
- al-Habib Muhammad bin ‘Umar bin Thoha ash-Shafi al-Saqqaf;
- Syaikh Ahmad bin Abdul Karim al-Hasawi asy-Syajjar
- Al-Faqih BaJubair

Masa Kecil

Dari semenjak kecil begitu banyak perhatian yang dia dapatkan dari Allah. Allah menjaga pandangan dia dari segala apa yang diharomkan. Penglihatan lahiriah Beliau diambil oleh Allah dan diganti oleh penglihatan batin yang jauh yang lebih kuat dan berharga. Yang mana hal itu merupakan salah satu pendorong dia lebih ulet dan tekun dalam mencari cahaya Allah menuntut ilmu agama.
Pada umur 4 tahun dia terkena penyakit cacar sehingga menyebabkannya buta. Cacat yang dia derita telah membawa hikmah, dia tidak bermain sebagaimana anak kecil sebayanya, dia habiskan waktunya dengan menghapal Al-Quran, mujahaddah al-nafs (beribadah dengan tekun melawan hawa nafsu) dan mencari ilmu. Sungguh sangat mengherankan seolah-olah anak kecil ini tahu bahwa ia tidak dilahirkan untuk yang lain, tetapi untuk mengabdi kepada Allah SWT.

Kalam Habib Abdullah al-Haddad


Beliau sangat gemar menuntut ilmu. Kegemarannya ini membuatnya sering melaksanakan perjalanan untuk menemui kaum ulama. Beliau ra berkata, “Apa kalian kira saya mencapai ini dengan santai? Tidak tahukah kalian bahwa saya berkeliling ke seluruh kota-kota (di Hadramaut) untuk menjumpai kaum sholihin, menuntut ilmu dan mengambil berkah dari mereka?”

Beliau juga sangat ulet dalam mengajarkan ilmu dan mendidik murid-muridnya. Banyak penuntut ilmu tiba untuk berguru kepadanya. Suatu hari dia berkata, “Dahulu saya menuntut ilmu dari semua orang, kini semua orang menuntut ilmu dariku.”

“Andaikan penghuni zaman ini mau berguru dariku, tentu akan kutulis banyak buku mengenai makna ayat-ayat Quran. Namun, di hatiku ada beberapa ilmu yang tak kutemukan orang yang mau menimbanya.”

Habib Abdullah mengamati bahwa kemajuan zaman justru menciptakan orang-orang saleh menyembunyikan diri; menciptakan mereka lebih senang menyibukkan diri dengan Allah. “Zaman dahulu keadaannya baik. “Dagangan” kaum sholihin dibutuhkan masyarakat, oleh lantaran itu mereka menampakkan diri. Zaman ini telah rusak, masyarakat tidak membutuhkan “dagangan” mereka, lantaran itu mereka pun enggan menampakkan diri,” papar beliau.

Beliau sangat menyayangi kaum fakir miskin. “Andaikan saya kuasa dan mampu, tentu akan kupenuhi kebutuhan semua kaum fakir miskin. Sebab pada awalnya, agama ini ditegakkan oleh orang-orang mukmin yang lemah.”

Beliau juga berkata, “Dengan sesuap (makanan) tertolaklah banyak sekali bencana.”

Beliau gemar berdakwah, baik dengan ekspresi maupun tulisan, kemudian mencontohkannya dalam amal perbuatan. Kegemarannya berdakwah mengakibatkan ia banyak bergaul dan melaksanakan perjalanan. “Sesungguhnya saya tidak ingin bercakap-cakap dengan masyarakat, saya juga tidak menyukai pembicaraan mereka, dan tidak peduli kepada siapa pun dari mereka. Sudah menjadi watak dan watakku bahwa saya tidak menyukai kemegahan dan kemasyhuran. Aku lebih suka berkelana di gurun Sahara. Itulah keinginanku; itulah yang kudambakan. Namun, saya menahan diri tidak melaksanakan keinginanku biar masyarakat sanggup mengambil manfaat dariku.”

Keaktifannya dalam mendidik dan berdakwah membuatnya digelari Quthbud Da’wah wal Irsyâd. Beliau berkata, “Ajaklah orang awam kepada syariat dengan bahasa syariat; ajaklah jago syariat kepada tarekat (thorîqoh) dengan bahasa tarekat; ajaklah jago tarekat kepada hakikat (haqîqoh) dengan bahasa hakikat; ajaklah jago hakikat kepada Al-Haq dengan bahasa Al-Haq, dan ajaklah ahlul haq kepada Al-Haq dengan bahasa Al-Haq.”

Dalam kehidupannya, dia juga sering mendapat gangguan dari masyarakat lingkungannya. “Kebanyakan orang jikalau tertimpa peristiwa alam penyakit atau lainnya, mereka tabah dan sabar; sadar bahwa itu yaitu qodho dan qodar Allah. Tetapi jikalau diganggu orang, mereka sangat marah. Mereka lupa, bahwa gangguan-ganguan itu bantu-membantu juga merupakan qodho dan qodar Allah, mereka lupa bahwa sesungguhnya Allah hendak menguji dan menyucikan jiwa mereka. Nabi saw bersabda, “Besarnya pahala tergantung pada beratnya ujian. Jika Allah mengasihi suatu kaum, Ia akan menguji mereka. Barang siapa ridho, ia akan memperoleh keridhoan-Nya; barang siapa tidak ridho, Allah akan murka kepadanya.”

Habib Abdullah mengetahui bahwa ada beberapa orang yang memakan hidangannya, tetapi juga memakinya. “Perbuatan mereka tidak mensugesti sikapku. Aku tidak murka kepada mereka, bahkan mereka kudoakan.”

Habib Abdullah tidak pernah menyakiti hati orang lain, apabila dia terpaksa harus bersikap tegas, dia kemudian segera menghibur dan memperlihatkan hadiah kepada orang yang ditegurnya. “Aku tak pernah melewatkan pagi dan sore dalam keadaan benci atau iri pada seseorang,” kata Habib Abdullah.

Beliau lebih suka berpegang pada hadis Nabi saw: “Orang beriman yang bergaul dengan masyarakat dan tabah menanggung gangguannya, lebih baik daripada orang yang tidak bergaul dengan masyarakat dan tidak pula tabah menghadapi gangguannya.”

Beliau menulis dalam syairnya:

Bila Allah mengujimu, bersabarlah

karena itu hak-Nya atas dirimu.

Dan bila Ia memberimu nikmat, bersyukurlah.

Siapa pun mengenal dunia, pasti akan yakin

bahwa dunia tak syak lagi

adalah daerah kesengsaraan dan kesulitan.


Habib Abdullah tidak menyukai kemasyhuran atau kemegahan, dia juga tidak suka dipuji. “Banyak orang menciptakan syair-syair untuk memujiku. Sesungguhnya saya hendak mencegah mereka, tetapi saya khawatir tidak tulus dalam berbuat demikian. Jadi, kubiarkan mereka berbuat sekehendaknya. Dalam hal ini saya lebih suka meneladani Nabi saw, lantaran dia pun tidak melarang ketika sahabatnya membacakan syair-syair kebanggaan kepadanya.”

Suatu hari dia berkata kepada orang yang melantunkan qoshidah kebanggaan untuk beliau, “Aku tidak keberatan dengan semua kebanggaan ini. Yang ada padaku telah kucurahkan ke dalam samudra Muhammad saw. Sebab, dia yaitu sumber semua keutamaan, dan beliaulah yang berhak mendapatkan semua pujian. Jadi, jikalau sepeninggal dia ada insan yang layak dipuji, maka sesungguhnya kebanggaan itu kembali kepadanya. Adapun setan, ia yaitu sumber segala keburukan dan kehinaan. Karena itu setiap kecaman dan celaan terhadap keburukan akan terpulang kepadanya, lantaran setanlah penyebab pertama terjadinya keburukan dan kehinaan.”

Beliau tak pernah bergantung pada makhluk dan selalu mencukupkan diri hanya dengan Allah. “Dalam segala hal saya selalu mencukupkan diri dengan kemurahan dan karunia Allah. Aku selalu mendapatkan nafkah dari khazanah kedermawanan-Nya.” Beliau juga berkata, “Aku tidak melihat ada yang benar-benar memberi, selain Allah. Jika ada seseorang memberiku sesuatu, kebaikannya itu tidak meninggikan kedudukannya di sisiku, lantaran saya menganggap orang itu hanyalah mediator saja.”

Nasehat dan Wasiat Imam Abdullah Al haddad


“Dalam segala hal saya selalu mencukupkan diri dengan kemurahan dan karunia Allah SWT. Aku selalu mendapatkan nafkah dari khazanah kedermawanannya.”

“Aku tidak pernah melihat ada yang benar-benar memberi, selain Allah SWT. Jika ada seseorang memberiku sesuatu, kebaikannya itu tidak meninggikan kedudukannya di sisiku, lantaran saya mrnganggap orang itu hanyalah mediator saja,”

“Andaikan saya kuasa dan mampu, tentu akan kupenuhi kebutuhan semua kaum faqir miskin. Sebab pada awalnya, agama ini ditegakkan oleh kaum Mukminin yang lemah.” “Dengan sesuap kuliner tertolaklah bencana.”

“Sesungguhnya saya tidak ingin bercakap-cakap dengan masyarakat, saya juga tidak menyukai pembicaraan mereka, dan tidak peduli kepada siapapun dari mereka. Sudah menjadi watak dan watakku bahwa saya tidak menyukai kemegahan dan kemasyhuran. Aku lebih suka berkelana di gurun sahara. Itulah keinginanku; itulah yang kudambakan. Namun, saya menahan diri tidak melaksanakan keinginanku biar masyarakat sanggup mengambil manfaat dariku.”

"Kebanyakan orang, jikalau tertimpa peristiwa alam penyakit atau lainnya, mereka tabah dan sabar; mereka sadar bahwa itu yaitu qodho dan qodar Allah SWT. Tetapi jikalau diganggu orang, mereka sangat marah. Mereka lupa bahwa gangguan-gangguan itu bantu-membantu juga qodho dan qodar Allah SWT, mereka lupa bahwa sesungguhnya Allah SWT hendak menguji dan menyucikan jiwa mereka.
Rasulullah bersabda : 

“Besarnya pahala tergantung pada beratnya ujian. Jika Allah SWT mengasihi suatu kaum, ia akan menguji mereka. Barang siapa ridho, ia akan memperoleh keridhoannya; barang siapa tidak ridho, Allah SWT akan murka kepadanya.”
( HR Thabrani dan Ibnu Majah )

“Ajaklah orang awam kepada syariat dengan bahasa syariat; ajaklah jago syariat kepada tarekat ( thariqah ) dengan bahasa tarekat; ajaklah jago tarekat kepada hakikat ( haqiqah ) dengan bahasa hakikat, ajaklah jago hakikat kepada Al-Haq dengan bahasa Al-Haq, dan ajaklah ahlul Haq kepada Al-Haq dengan bahasa Al-Haq.”

"Beramallah sebanyak mungkin dan pilihlah amal yang sanggup kau kerjakan secara berkesinambungan ( mudawamah ). Jangan remehkan satu amal pun yang pernah kau kerjakan. Sebab sehabis Imam Ghazali wafat, seseorang bermimpi bertemu dengannya dan bertanya, "Bagaimana Allah swt memperlakukanmu?"
"Dia mengampuniku" jawab Imam Ghazali.
"Amal apa yang mengakibatkan Allah swt mengampunimu?"
"Suatu hari, ketika saya sedang menulis, tiba-tiba seekor lalat hinggap di penaku. Kubiarkan ia minum tinta itu hingga puas."
Ketahuilah! Amal yang bernilai tinggi yaitu amal yang dianggap kecil dan dipandang remeh oleh nafsu. Adapun amal yang dipandang mulia dan bernilai oleh nafsu, pahalanya sanggup sirna, baik lantaran pelakunya, amalnya itu sendiri ataupun lantaran orang lain yang berada sekitarnya."

"di zaman ini kita harus berhati-hati, lantaran zaman ini yaitu zaman syubhat. Para Ulama menyatakan, tidak sepatutnya seorang yang berilmu resah membedakan yang baik dan buruk. Sebab, kebaikan dan keburukan yaitu dua hal yang sangat jelas, setiap orang sanggup membedakannya.

Seorang berilmu ketika harus menentukan satu diantara dua kebaikan atau dua keburukan, maka dia akan menentukan kebaikan yang terbaik dan meninggalkan keburukan yang terburuk. Sebagai contoh, jikalau ada seseorang ingin melukaimu dengan tongkat atau pisau, dank au tidak sanggup menghindarinya, maka terluka oleh tongkat lebih ringan. Atau ada seseorang tidak bisa berjalan, sedangkan kau mampu. Jika kau turun dari binatang tungganganmu dan menyuruhnya naik, maka itu lebih baik daripada engkau boncengkan dia, meskipun kedua-duanya baik.

Begitulah keadaan kami di zaman ini. Memilih yang terbaik dari dua kebaikan dan meninggalkan yang terburuk dari dua keburukan merupakan salah satu kaidah agama yang disampaikan oleh para salaf mirip Imam Malik bin Anas dan Ulama lainnya. Semoga Allah swt meridhai mereka semua.
Barangsiapa tidak mengetahui doktrin ini, maka dia yaitu seorang yang bodoh. Jika dia tidak mengetahui kaidah ini dan memandang dirinya sebagai seorang yang berilmu, maka dia yaitu seorang yang teramat bodoh. Dia mirip seorang kikir yang merasa dirinya sebagai seorang dermawan. Orang mirip ini yaitu orang teramat kikir."

"Persahabatan, pertemanan dan pergaulan mempunyai imbas yang sangat kuat untuk menciptakan seseorang menjadi baik maupun buruk. Persahabatan dan pergaulan dengan orang-orang shaleh dan berbudi membawa manfaat, sedangkan persahabatan dan pertemanan dengan orang-orang fasik dan durhaka membawa bahaya. Hanya saja manfaat persahabatab dengan orang shaleh atau ancaman pergaulan dengan pendurhaka tersebut terkadang tidak tampak secara langsung, akan tetapi secara sedikit demi sedikit dan sehabis berlangsung lama.

“Setan lebih bersemangat untuk menyesatkan orang yang berilmu ketimbang orang bodoh, lantaran jikalau seorang berilmu yang tersesat akan menyesatkan orang lain. Sedangkan orang ndeso yang tersesat tidak akan menyesatkan orang lain”

“Barangsiapa di kala senang suka memujimu dengan kebaikan yang tidak pernah kau lakukan, maka ketika murka nanti dia pasti akan mencelamu dengan keburukan yang tidak pernah kau lakukan”

“Seseorang yang meremehkan sesuatu kasus merupakan tanda bahwa dia akan meninggalkannya”

“Barangsiapa suka dipuji dengan kebaikan yang tidak dimilikinya dan tidak suka dicela dengan keburukan yang dilakukannya, sehingga ia menyukai orang yang memujinya dan membenci orang yang mencelanya, maka dia seorang yang teramat sangat bodoh”

“Di dunia ini tidak ada makhluk yang lebih ndeso dari seseorang yang mengetahui sesuatu yang baik tetapi dia tidak mengrjakannya dan mengetahui yang jelek tetapi justru melakukannya”

“Salah satu dosa besar yang bersifat dhohir yaitu jikalau engkau mengharapkan dari teman-temanmu dunia sedangkan mereka mengharapkan darimu akhirat”

“Jika engkau ingin menjadi insan yang merdeka (tidak diperbudak oleh sesuatu), maka tinggalkanlah segala sesuatu yang jikalau tidak kau tinggalkan dengan sukarela, kelak akan kau tinggalkan secara paksa”

“Biarkan belum dewasa menghabiskan semua keinginannya untuk bermain-main sekarang, selagi ia masih berada dalam usia untuk bermain-main. Jika hal ini tidak dilakukan, maka kelak (saat dewasa) ia akan kembali bermain-main pada ketika yang seharusnya ia tidak patut bermain-main”

“Betapa sering sesuatu (amal) yang sedikit menjadi bernilai banyak lantaran niat yang baik dan betapa sering sesuatu (amal) yang banyak menjadi sedikit (nilainya) lantaran niat yang buruk”

“Jika engkau berdoa, memohonlah biar sesuatu itu terwujud di ketika yang terbaik dengan selamat dan lembut”

“Salah satu keburukan yang terdapat pada insan zaman ini yaitu mereka lebih suka mencontoh kekurangan atau keburukan sesorang daripada meneladani kebaikan dan keindahan budinya”

“Tidak akan mencicipi nikmatnya membaca Al-Qur`an kecuali dia yang mempunyai mata hati yang jernih dan bercahaya”

“Amal yang bernilai tinggi yaitu amal yang dianggap kecil dan dipandang remeh oleh nafsu. Adapun amal yang dipandang mulia dan bernilai oleh nafsu, pahalanya sanggup sirna, baik lantaran pelakunya, amalnya itu sendiri ataupun lantaran orang lain yang berada di sekitarnya”

“Salah satu bentuk budi anyir setan yang sangat halus yaitu ia berupaya menjauhkanmu dari sebuah kebaikan dengan menyibukkan dirimu untuk melaksanakan kebaikan lain di ketika engkau sedang melaksanakan sebuah kebaikan, sehingga engkau tidak sanggup melaksanakan kebaikan yang pertama tadi dengan sempurna”

“Jika seorang hamba mencicipi dalam dirinya terdapat permintaan untuk melaksanakan ketaatan dan seruan untuk membenci kemaksiatan, maka hatinya bercahaya”

“Orang yang berperangai jelek yaitu sesorang yang kendati kau santuni, kau senagnkan hatinya dan berlemah lembut kepadanya, maka ia tetap tidak akan pernah merasa puas (tidak akan pernah merasa senang), bahkan ia selalu murka kepadamu”

“Jangan sekali-kali engkau meminta suatu jabatan kepemimpinan. Sebab jikalau engkau peroleh jabatan itu atas permintaanmu, maka ia akan dibebankan kepadamu. Namun jikalau jabatan itu engkau peroleh tanpa permintaan darimu, pasti Allah akan memberi pertolongan-Nya kepadamu”

Aktifitas Dakwah Imam Haddad


Berkat ketekunan dan akhlakul karimah yang dia miliki pada ketika usia yang sangat dini, dia dinobatkan oleh Allah dan guru-guru dia sebagai da’i, yang menjadikan nama dia harum di seluruh penjuru wilayah Hadhromaut dan mengundang datangnya para murid yang berminat besar dalam mencari ilmu. Mereka ini tidak tiba hanya dari Hadhromaut tetapi juga tiba dari luar Hadhromaut. Mereka tiba dengan tujuan menimba ilmu, mendengar nasihat dan wejangan serta tabarukan (mencari berkah), memohon doa dari Al-Habib Abdullah Al-Haddad. Di antara murid-murid senior Al-Habib Abdullah Al-Haddad yaitu putranya, Al-Habib Hasan bin Abdullah bin Alwy Al-Haddad, Al-Habib Ahmad bin Zein bin Alwy bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsy, Al-Habib Ahmad bin Abdullah Ba-Faqih, Al-Habib Abdurrohman bin Abdullah Bilfaqih, dll.

Selain mengkader pakar-pakar ilmu agama, mencetak generasi unggulan yang dibutuhkan bisa melanjutkan usaha kakek beliau, Rosullullah SAW, dia juga aktif merangkum dan menyusun buku-buku nasihat dan wejangan baik dalam bentuk kitab, koresponden (surat-menyurat) atau dalam bentuk syair sehingga banyak buku-buku dia yang terbit dan dicetak, dipelajari dan diajarkan, dibaca dan dialihbahasakan, sehingga ilmu dia benar-benar ilmu yang bermanfaat. Tidak lupa dia juga menyusun wirid-wirid yang dipergunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan bermanfaat untuk agama, dunia dan akhirat, salah satunya yang agung dan populer yaitu Ratib ini. Rotib ini disusun oleh dia dimalam Lailatul Qodar tahun 1071 H.

Akhlaq dan Budi Pekerti Habib Abdullh Haddad


Al-Imam Al-Haddad (rahimahullah) mempunyai perwatakan tubuh yang tinggi, berdada bidang, tidak terlalu gempal, berkulit putih, sangat berhaibah.

Wajahnya sentiasa manis dan menggembirakan orang lain di dalam majlisnya. Ketawanya sekadar senyuman manis; apabila dia gembira dan girang, wajahnya bercahaya bagaikan bulan. Majlis kendalian dia sentiasa damai dan penuh kehormatan sehinggakan tidak terdapat hadhirin berbicara mahupun bergerak keterlaluan bagaikan terletak seekor burung di atas kepala mereka.

Mereka yang menghadhiri ke majlis Al-Habib bagaikan terlupa kehidupan dunia bahkan terkadang Si-lapar lupa hal kelaparannya; Si-sakit hilang sakitnya; Si-demam sembuh dari demamnya. Ini dibuktikan apabila tiada seorang pun yang yang sanggup meninggalkan majlisnya.

Al-Imam sentiasa berbicara dengan orang lain berdasarkan kadar logika mereka dan sentiasa memberi hak yang sesuai dengan taraf kedudukan masing-masing. Sehinggakan apabila dikunjungi pembesar, dia memberi haknya sebagai pembesar; kiranya didatangi orang lemah, dilayani dengan penuh mulia dan dijaga hatinya. Apatah lagi kepada Si-miskin.

Beliau amat mengasihi para penuntut ilmu dan mereka yang gemar kepada alam akhirat. Al-Habib tidak pernah jemu terhadap ahli-ahli majlisnya bahkan sentiasa diutamakan mereka dengan kaseh sayang serta penuh rahmah; tanpa melalaikan dia dari mengingati Allah walau sedetik. Beliau pernah menegaskan “Tiada seorang pun yang berada dimajlisku mengganguku dari mengingati Allah”.

Majlis Al-Imam sentiasa dipenuhi dengan pembacaan kitab-kitab yang bermanfaat, perbincangan dalam soal keagamaan sehingga para hadhirin sama ada yang alim ataupun jahil tidak akan berbicara kasus yang menimbulkan dosa mirip mengumpat ataupun mencaci. Bahkan tidak terdapat juga perbicaraan kosong yang tidak menghasilkan faedah. Apa yang ditutur hanyalah zikir, diskusi keagamaan, nasihat untuk muslimin, serta rayuan kepada mereka dan selainnya supaya bersedekah soleh. Inilah yang ditegaskan oleh dia “Tiada seorang pun yang patut menyoal hal keduniaan atau menyebut tentangnya kerana yang demikian yaitu tidak wajar; sewajibnya masa diperuntuk sepenuhnya untuk alam abadi sahaja. Silalah bincang perihal keduniaan dengan selain dariku.”

Al-Habib (rahimahullah) yaitu pola bagi insan dalam soal perbicaraan mahupun amalan; mencerminkan adat junjungan mulia dan watak Al-Muhammadiah yang mengalir dalam hidup beliau. Beliau mempunyai semangat yang tinggi dan azam yang kuat dalam hal keagamaan. Al-Imam juga sentiasa menangani sebarang urusan dengan penuh keadilan dengan menghindari kebanggaan atau keutamaan dari oramg lain; bahkan dia sentiasa mempercepatkan segala tugasnya tanpa membuang masa. Beliau bersifat mulia dan pemurah lebih-lebih lagi di bulan Ramadhan. 

Ciri inilah mengakibatkan ramai orang dari pelusuk kampung sering berbuka puasa bersama dia di rumahnya dengan hidangan yang tidak pernah putus semata mata mencari barakah Al-Imam.
Al-Imam menyatakan “Sesuap kuliner yang dihadiahkan atau disedekahkan bisa menolak kesengsaraan”. Katanya lagi “Kiranya ditangan kita ada kemampuan, nescaya segala keperluan fakir miskin dipenuhi, sesungguhnya permulaan agama ini tidak akan terdiri melainkan dengan kelemahan Muslimin”.

Beliau yaitu seorang yang mempunyai hati yang amat suci, sentiasa tabah terhadap perilaku jelek dari yang selainnya serta tidak pernah merasa marah. Kalaupun ia memarahi, bukan kerana peribadi seseorang tetapi lantaran amalan mungkarnya yang telah menciptakan Al-Imam benar-benar marah. Inilah yang ditegaskan oleh Al-Habib“Adapun segala kesalahan berkait dengan hak aku, saya telah maafkan; tetapi hak Allah sesungguhnya tidak akan dimaafkan”.

Al-Imam amatlah menegah dari mendoa’ biar keburukan dilanda orang yang menzalimi mereka. Sehingga bersama dia terdapat seorang pembantu yang terkadangkala melaksanakan kesilapan yang boleh mengakibatkan kemarahan Al-Imam. Namun dia menahan marahnya; bahkan kepada si-Pembantu itu diberi hadiah oleh Al-Habib untuk meredakan rasa murka dia sehinggakan pembantunya berkata:“alangkah baiknya jikalau Al-Imam sentiasa memarahiku”.

Segala pengurusan hidupnya berlandaskan sunnah; kehidupannya penuh dengan keilmuan ditambah pula dengan sifat wara’. Apabila dia memberi upah dan sewa sentiasa dengan jumlah yang lebih dari asal tanpa diminta. Kesenangannya yaitu membina dan mengimarahkan masjid. Di Nuwaidarah dibinanya masjid berjulukan Al-Awwabin begitu juga, Masjid Ba-Alawi di Seiyoun, Masjid Al-Abrar di As-Sabir, Masjid Al-Fatah di Al-Hawi, Masjid Al-Abdal di Shibam, Masjid Al-Asrar di Madudah dan banyak lagi.

Diantara sifat Al-Imam termasuk tawaadu’ (merendah diri). Ini terselah pada kata-katanya, syair-syairnya dan tulisannya. Al-Imam pernah mengutusi Al-Habib Ali bin Abdullah Al-Aidarus. “Doailah untuk saudaramu ini yang lemah semoga diampuni Allah”

Karomah Imam Haddad


Adapun karamah yang diberikan kepada al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad cukup banyak, sehingga kalau diungkapkan satu persatunya, maka akan membutuhkan waktu yang panjang. Sehingga kami hanya mengungkapkan sebagian kecil saja, mirip yang sanggup di baca di bawah ini:

Seorang sahabat akrab al-Habib Abdullah berkata: “Pada suatu kali saya terlilit hutang yang banyak dan saya tidak sanggup melunasinya, lantaran saya tidak mempunyai uang. Ketika saya memberikan keluhanku kepada al-Habib Abdullah al-Haddad, maka dia berkata: ‘Semoga esok pagi semua hutangmu sanggup terlunasi.’ Ternyata keesokan paginya, ada seorang lelaki memberiku sepuluh potong pakaian.Setelah aku
menerimanya, kemudian akupun menjualnya, maka saya mendapat laba yang lebih besar dari jumlah hutangku, semua itu yaitu berkah karamah al-Habib Abdullah al-Haddad.”

Salah satu sahabat al-Habib Abdullah al-Haddad berkata:
“Salah seorang yang sangat cinta kepada al-Habib Abdullah al-Haddad berkata: ‘Aku pernah dirampok hingga semua hartaku habis. Maka akupun mendatangi al-Habib Abdullah untuk meminta tolong dan minta do’a. Ketika saya akan pamitan, maka ia berkata kepadaku, semoga engkau mendapat ganti yang lebih anggun daripada hartamu yang dirampok. Tetapi bacalah setiap paginya ‘YA RAZZAK’ sebanyak tiga ratus delapan puluh kali dan do’a sebagai berikut sebanyak empat kali:
“Allahumma Aghninii Bichalaalika ‘An Charaamika, Wa Bithaa’atika ‘An Ma’shiyatika Wa Bifadhlika ‘Amman Siwaak.”

Maka dengan izin Allah SWA, lelaki itu kembali dalam keadaan yang lebih baik, lantaran hidupnya lebih baik dan hutang-hutangnya sudah terlunasi. Ia termasuk seorang yang shaleh, bertakwa dan wara’. Ia banyak mengerjakan amal-amal kebajikan, terutama saedekah. Ia sangat yakin kepada al-Habib Abdullah dan kepada orang-orang shaleh. Ia wafat di Kota Syibam pada tahun empat puluh. Semoga Allah SWT merahmatinya dan menempatkannya di surga-Nya yang sangat luas.”

Selain itu, asy-Syeikh Abdullah Syarahil menceritakan kisah asy-Syeikh Umar Bahmid sebagai berikut: “Ada seorang tiba mengadu kepada al-Habib Abdullah wacana sakit perut dan darah yang banyak keluar dari duburnya, dan ketika itu saya ada di sisinya. Maka al-Habib Abdullah berkata kepadaku: “Wahai Bahmid, obatilah orang ini.” Maka saya memegang perutnya, kemudian saya meniupnya. Maka penyakit orang itu sembuh pada waktu itu juga. Kemudian penyakit orang itu berpindah kepadaku, hingga saya mengeluh kepada al-Habib Abdullah. Kemudian dia memberi kuliner kepadaku sambil mengusap perutku dengan tangannya yang mulia, maka dengan izin Allah SWT penyakitku segera sembuh pada waktu itu juga.”

Asy-Syeikh Abdullah Syarahil menuturkan, bahwa al-Habib Ahmad berkata kepadaku: “Aku diberitahu oleh al-Habib Ahmad, bahwa al-Habib Abdullah al-Haddad berkata kepadanya: “Aku melihat ada seorang yang mengeluh sakit gigi dan ia minta do’a kesembuhan darimu.”
Maka saya berkata kepadanya: “Mengapa orang itu meminta do’a kepadaku, padahal engkau masih ada di dekatnya?”
Lalu al-Habib Abdullah menyampaikan kepadaku: “Laksanakan saja perintahku.”

“Lalu akupun segera melaksanakan perintahnya, hingga penyakit orang itu sembuh, tetapi rasa sakitnya berpindah pada diriku. Ketika saya menghadap kepada al-Habib Abdullah, maka dia memberitahuku: “Pdnyakit orang itu sudah sembuh, tetapi rasa sakitnya pindah kepadamu.”
“Memang saya mencicipi sakitnya orang itu, namun segera hilang dengan berkahnya,” katanya.

Selain itu masih ada lagi kisah karamah yang dialami oleh al-Habib Abdullah sebagai berikut:

“Disebutkan bahwa ketika al-Habib Abdullah pergi menunaikan ibadah haji, maka ada seekor unta yang melompat-lompat lantaran emosi, sehingga tidak seorangpun yang berani mendekati dan menungganginya, lantaran lompatannya sangat keras. Ketika al-Habib Abdullah diberitahu wacana problem itu, maka dia mendatangi unta itu dan meletakkan tangannya di lehernya, maka dengan izin Allah SWT, maka unta itu menundukkan kepala kepadanya.”

Salah seorang sahabat akrab al-Habib Abdullah al-Haddad berkata:

“Aku diberitahu oleh salah seorang murid yang selalu mengikuti al-Habib Abdullah al-Haddad: “Pada suatu hari saya keluar untuk mengunjungi seorang syeikh yang dikenal oleh penduduk Kota Tarim dengan nama asy-Syeikh Maula ar-Rakah, dan saya kesana tanpa
memberitahu kepada al-Habib Abdullah lebih dahulu, sehingga saya kesana dalam keadaan demam yang sangat keras. Aku berkata dalam diriku sendiri: “Mungkin penyakitku ini disebabkan saya tidak memberitahu kepada al-Habib Abdullah terlebih dahulu.”

Ketika saya mendatangi al-Habib Abdullah dan mengeluh kepadanya, maka al-Habib Abdullah mengusap badanku dengan tangannya yang mulia. Dengan izin Allah dan berkah al-Habib Abdullah penyakitku segera sembuh dan tidak meninggalkan bekas apapun pada tubuhku.”

Imam Haddad Sebagai Mujaddid Abad ke 11 H


Penganut Mazhab Syafi’i, khususnya di Yaman, berkeyakinan bahwa Habib Abdullah bin Alawi Al Haddad yaitu Mujaddid ( pembaharu )abad 11 H. pendapat ini diutarakan oleh Ibnu Ziyad, seorang Ahli Fiqih terkemuka di Yaman yang fatwa-fatwanya disejajarkan dengan tokoh-tokoh Fiqih mirip Imam Ibnu Hajar dan Imam Ramli.

Seseorang pernah menggambarkan kedudukan dia dengan ungkapan yang indah,yaitu:

”Dalam Dunia Tasawuf Imam Ghazali menyerupai pemintal kain, Imam Sya’rani menyerupai tukang potong dan Sayyid Abdullah bin Alwi Al Haddad yaitu penjahitnya.”

Beberapa Ulama memberinya beberapa gelar, mirip :

• Syaikhul Islam ( Rujukan utama keislaman )
• Fardul A’lam ( Orang teralim )
• Al-Quthbul Ghauts ( Wali tertinggi yang bisa menjadi wasilah pertolongan )
• Al-Quthbud Da’wah wal-Irsyad ( Wali Tertinggi yang memimpin Dakwah )

Wafatnya Habib Abdullah Alhaddad


Beliau wafat hari Senin, malam Selasa, tanggal 7 Dhul-Qo’dah 1132 H, dalam usia 98 tahun. Beliau disemayamkan di pemakaman Zambal, di Kota Tarim, Hadhromaut, Yaman. Semoga Allah melimpahkan rohmat-Nya kepada dia juga kita yang ditinggalkannya.

Habib Abdullah Al Haddad dimata Para Ulama


Al-Arifbillah Quthbil Anfas Al-Imam Habib Umar bin Abdurrohman Al-Athos ra. mengatakan, “Al-Habib Abdullah Al-Haddad menyerupai pakaian yang dilipat dan gres dibuka di zaman ini, lantaran dia termasuk orang terdahulu, hanya saja ditunda kehidupan dia demi kebahagiaan umat di zaman ini (abad 12 H)”.

Al-Imam Arifbillah Al-Habib Ali bin Abdullah Al-Idrus ra. mengatakan, “Sayyid Abdullah bin Alwy Al-Haddad yaitu Sultan seluruh golongan Ba Alawy”.

Al-Imam Arifbillah Muhammad bin Abdurrohman Madehej ra. mengatakan, “Mutiara ucapan Al-Habib Abdullah Al-Haddad merupakan obat bagi mereka yang mempunyai hati cemerlang lantaran mutiara dia segar dan baru, eksklusif dari Allah SWT. Di zaman kini ini kau jangan tertipu dengan siapapun, walaupun kau sudah melihat dia sudah memperlihatkan banyak melaksanakan amal ibadah dan menampakkan karomah, sesungguhnya orang zaman kini tidak bisa berbuat apa-apa jikalau mereka tidak bekerjasama (kontak hati) dengan Al-Habib Abdullah Al-Haddad lantaran Allah SWT telah menghibahkan kepada dia banyak hal yang mustahil sanggup diukur.”

Al-Imam Abdullah bin Ahmad Bafaqih ra. mengatakan, “Sejak kecil Al-Habib Abdullah Al-Haddad bila matahari mulai menyising, mencari beberapa masjid yang ada di kota Tarim untuk sholat sunnah 100 hingga 200 raka’at kemudian berdoa dan sering membaca Yasin sambil menangis. Al-Habib Abdullah Al-Haddad telah mendapat anugrah (fath) dari Allah semenjak masa kecilnya”.

Sayyid Syaikh Al-Imam Khoir Al-Diin Al-Dzarkali ra. menyebut Al-Habib Abdullah Al-Haddad sebagai fadhillun min jago Tarim (orang utama dari Kota Tarim).

Al-Habib Muhammad bin Zein bin Smith ra. berkata, “Masa kecil Al-Habib Abdullah Al-Haddad yaitu masa kecil yang unik. Uniknya semasa kecil dia sudah bisa mendiskusikan masalah-masalah sufistik yang sulit mirip mengaji dan mengkaji pemikiran Syaikh Ibnu Al-Faridh, Ibnu Aroby, Ibnu Athoilah dan kitab-kitab Al-Ghodzali. Beliau tumbuh dari fitroh yang orisinil dan tepat dalam kemanusiaannya, wataknya dan kepribadiannya”.

Al-Habib Hasan bin Alwy bin Awudh Bahsin ra. mengatakan, “Bahwa Allah telah mengumpulkan pada diri Al-Habib Al-Haddad syarat-syarat Al-Quthbaniyyah.”

Al-Habib Abu Bakar bin Said Al-Jufri ra. berkata wacana majelis Al-Habib Abdullah Al-Haddad sebagai majelis ilmu tanpa berguru (ilmun billa ta’alum) dan merupakan kebaikan secara menyeluruh. Dalam kesempatan yang lain dia mengatakan, “Aku telah berkumpul dengan lebih dari 40 Waliyullah, tetapi saya tidak pernah menyaksikan yang mirip Al-Habib Abdullah Al-Haddad dan tidak ada pula yang mengunggulinya, dia yaitu Nafs Rohmani, bahwa Al-Habib Abdullah Al-Haddad yaitu asal dan tiada segala sesuatu kecuali dari dirinya.”

Seorang guru Masjidil Harom dan Nabawi, Syaikh Syihab Ahmad al-Tanbakati ra. berkata, “Aku dulu sangat ber-ta’alluq (bergantung) kepada Sayyidi Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani. Kadang-kadang dia tampak di hadapan mataku. Akan tetapi sehabis saya ber-intima’ (condong) kepada Al-Habib Abdullah Al-Haddad, maka saya tidak lagi melihatnya. Kejadian ini saya sampaikan kepada Al-Habib Abdullah Al-Haddad. Beliau berkata,’Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani di sisi kami bagaikan ayah. Bila yang satu ghoib (tidak terlihat), maka akan diganti dengan yang lainnya. Allah lebih mengetahui.’ Maka semenjak itu saya ber-ta’alluq kepadanya.”

Al-Habib Ahmad bin Zain Al-Habsyi ra. seorang murid Al-Habib Abdullah Al-Haddad yang mendapat mandat besar dari beliau, menyatakan kekagumannya terhadap gurunya dengan mengatakan, ”Seandainya saya dan tuanku Al-Habib Abdullah Al-Haddad ziaroh ke makam, kemudian dia menyampaikan kepada orang-orang yang mati untuk bangun dari kuburnya, pasti mereka akan bangun sebagai orang-orang hidup dengan izin Allah. Karena saya menyaksikan sendiri bagaimana dia setiap hari telah bisa menghidupkan orang-orang yang ndeso dan lupa dengan cahaya ilmu dan nasihat. Beliau yaitu lauatan ilmu pengetahuan yang tiada bertepi, yang hingga pada tingkatan Mujtahid dalam ilmu-ilmu Islam, Iman dan Ihsan. Beliau yaitu mujaddid pada ilmu-ilmu tersebut bagi penghuni zaman ini. ”

Syaikh Abdurrohman Al-Baiti ra. pernah berziaroh bersama Al-Habib Abdullah Al-Haddad ke makam Sayidina Al-Faqih Al-Muqoddam Muhammad bin Ali Ba’Alawy, dalam hatinya terbetik sebuah pertanyaan ketika sedang berziaroh, “Bila dalam sebuah majelis zikir para sufi hadir Al-Faqih Al-Muqaddam, Syaikh Abdurrohman Asseqaff, Syaikh Umar al-Mukhdor, Syaikh Abdullah Al-Idrus, Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani, dan yang semisal setara dengan mereka, mana diantara mereka yang akan berada di baris depan? Pada waktu itu guruku, Al-Habib Abdullah Al-Haddad, menyingkap apa yang ada dibenakku, kemudian dia mengatakan, ‘Saya yaitu jalan keluar bagi mereka, dan tiada seseorang yang bisa masuk kepada mereka kecuali melaluiku.’ Setelah itu saya memahami bahwa dia Al-Habib Abdullah Al-Haddad, yaitu dari kala 2 H, yang diakhirkan kemunculannya oleh Allah SWT pada kala ini sebagai rohmat bagi penghuninya.”

Al-Habib Ahmad bin Umar bin Semith ra. mengatakan, “Bahwa Allah memudahkan bagi pembaca karya-karya Al-Habib Abdullah Al-Haddad untuk mendapat pemahaman (futuh), dan berkah membaca karyanya Allah memudahkan segala urusannya agama, dunia dan akhirat, serta akan diberi ‘Afiat (kesejahteraan) yang tepat dan besar kepadanya.”

Al-Habib Thohir bin Umar Al-Hadad ra. mengatakan, “Semoga Allah mencurahkan kebahagiaan dan kelapangan, serta rezeki yang halal, banyak dan memudahkannya, bagi mereka yang hendak membaca karya-karya Al-Quthb Aqthob wal Ghouts Al-Habib Abdullah bin Alwy Al-Haddad ra.”

Al-Habib Umar bin Zain bin Semith ra. menyampaikan bahwa seseorang yang hidup sezaman dengan Al-Habib Abdullah Al-Haddad ra., bermukim di Mekkah, sehari sehabis Al-Habib Abdullah Al-Haddad wafat, ia memberitahukan kepada sejumlah orang bahwa semalam dia ra. sudah wafat. Ketika ditanya darimana ia mengetahuinya, ia menjawab, “Tiap hari, siang dan malam, saya melihat dia selalu tiba berthowaf mengitari Ka’bah (padahal dia berada di Tarim, Hadhromaut). Hari ini saya tidak melihatnya lagi, lantaran itulah saya mengetahui bahwa dia sudah wafat.”

Karya-karya dan Karangan Kitab Al Habib Abdullah Al Haddad


Beliau meninggalkan kepada umat Islam khazanah ilmu yang banyak, yang tidak ternilai, melalui kitab-kitab dan syair-syair karangan beliau. Antaranya ialah:

1. An-Nashaa’ih Ad-Dinniyah Wal-Washaya Al-Imaniyah.
2. Ad-Dakwah At Tammah.
3. Risalah Al-Mudzakarah Ma’al-Ikhwan Wal-Muhibbin.
4. Al Fushuul Al-Ilmiyah.
5. Al-Hikam.
6. Risalah Adab Sulukil-Murid.
7. Sabilul Iddikar.
8. Risalah Al-Mu’awanah.
9. Ittihafus-Sa’il Bi-Ajwibatil-Masa’il.
10. Ad-Durrul Manzhum Al-Jami’i Lil-Hikam Wal-Ulum.
11. Dll

Sekian mengenai profil biografi Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad yang bisa kami share. semoga kita bisa meneladani adat dan budi pekerti Imam Haddad dalam menjalankan agama secara sempurna. dan jangan lupa untuk selalu membaca dan mengamalkan salah satu wirid dan dzikir karya dia Ratib Al-Haddad yang mempunyai banyak sekali manfaat dan keutamaan didalamnya. wallahu a'lam.
Buat lebih berguna, kongsi:
close