Problematika Rumah Tangga Tidak Taat Agama

Problematika Rumah Tangga Tidak Taat Agama Problematika Rumah Tangga Tidak Taat Agama
STATUS ISTRI SIRI DAN SUAMI PERNAH MURTAD

Saya perempuan umur 30 tahun agama Islam. Sedikit dongeng wacana awal mula kehidupan rumah tangga saya. Suami saya seorang duda beranak satu. Terlahir Islam dan ikut agama istri sebelumnya dikala menikah. Saya kenal suami sudah cukup lama, dan sedikit banyak tau dengan kehidupan keluarganya yang sudah berpisah 6 tahun lamanya dengan istrinya tanpa putusan resmi.

TOPIK KONSULTASI ISLAM
  1. STATUS ISTRI SIRI DAN SUAMI PERNAH MURTAD
  2. PERNIKAHAN HAMIL ZINA YANG TIDAK DIAKUI ORANG TUA
  3. CARA KONSULTASI SYARIAH ISLAM

Setelah kenal dengan saya, karenanya suami memutuskan untuk ikut saya, dan kami menikah secara agama islam. Keputusan saya menikah tentunya karna saya tidak ingin berzinah, sehingga saya berharap sehabis dengan saya, suami sanggup segera menuntaskan proses perceraian dengan istrinya dan kami sanggup hidup ibarat keluarga pada umumnya.

Tahun pertama pernikahan, kami tinggal di kota daerah saya bekerja, dan masuk di tahun kedua kami bersepakat untuk pindah ke kota kelahiran suami saya.

Dikota ini kami kontrak rumah, bersama ibu mertua dan adik laki-laki suami. Hanya saja, status saya sebagai istri, tidak diketahui oleh keluarga besar suami, dan bahkan keluarga dari istri sebelumnya pun menganggap korelasi komitmen nikah mereka masih ada. Sebagaian besar keluarga suami menganggap saya sebagai pacar suami saya, dan keluarga dari istrinya menganggap bahwa hingga dikala ini mereka masih ada korelasi pernikahan, dan saya sebagai teman kerja suami.

Dengan pertimbangan diatas, maka saya menentukan tinggal di kost. Dengan harapan, problem suami dengan istri sebelumnya sanggup segera tuntas dan kami sanggup tinggal serumah. Suami menuntut saya untuk tinggal bersama, sementara dari sisi saya merasa janggal, karna status komitmen nikah kami yang belum diketahui. Dilain sisi, ibu mertua suami sering tiba ke rumah kontrakan kami.

Proses pendekatan saya dengan anak suami yang kini duduk di dingklik kelas 1 SMP, cukup cepat, secara komunikasi berjalan baik. saya dituntut untuk mengambil hati anak, dan itu sudah saya lakukan. Namun ada perilaku agresif anaknya, yang terkadang membuat saya tersinggung. Sikap tidak hormat kepada saya, keluarga bahkan teman suami sering ditunjukkan, berkali-kali saya dibentak dan bahkan dilihat sendiri oleh suami. Saya, menentukan membisu supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang berbuntut pada pertengkaran dengan suami.

Sejak tinggal di kota ini, saya merasa jauh dari suami. Waktu saya dengan suami hanya dikala anak berada di sekolah, itupun kalau suami tidak ada pekerjaan. Sementara sisa waktu lainnya hingga hari libur, suami menentukan menghabiskan waktu dengan anaknya. Saya pernah protes sama suami, namun kembali saya dituntut untuk tinggal di rumah kontrakan dengan kondisi korelasi "rahasia" jikalau ada keluarganya yang datang.

Pernah sekali saya ingin ke rumah kontrakan, saya telp suami untuk jemput saya, tapi suami menyampaikan kalau di rumah kontrakan ada mertuanya, awalnya saya nekat ingin pergi, tapi kekecewaan tiba karna jawaban suami, yang seolah meminta saya untuk tidak usah datang. Posisi saya merasa dilema, saya harus ikut kemauan suami, atau saya ikuti alur namun tidak tau hingga dimana muaranya.
Semakin hari, korelasi saya dengan suami semakin jauh. untuk komunikasi saja seadanya dan hal-hal yang penting saja. Karna tidak ingin bertengkar, saya menentukan membisu dikost dan mencari kesibukan saya sendiri.

Pernah saya bertanya kapan suami lakukan proses cerai terhadap istrinya dan hingga kapan kami harus sembunyikan status kita sebenarnya. Jawaban suami, jikalau saya mengingikan proses cerainya cepat, maka ia akan kembali ke agamanya atau menunggu hingga anaknya sanggup mendapatkan saya sebagai ibu pengganti, dan itu akan dilakukan sehabis anaknya kelas 3 SMA.

Disini saya mulai berpikir, bahwa kehadiran saya di kota ini tidak ada artinya sama sekali. Berkali-kali saya protes, hingga saya membiarkan namun kondisinya tidak pernah berubah. Sayapun sudah berusaha bicara, tapi sia-sia karna terkesan hanya saya yang berambisi sementara suami terkesan enjoy dengan situasi ini.

Terkait dengan agama, semenjak nikah hingga kini suami tidak pernah melaksanakan ibadah, baik sholat, bahkan saya sering tersinggung dikala saya memintanya untuk ikut sholat, dan jawabannya selalu menolak dengan keras.

Pertanyaannya,
1. bagaimana saya menuntaskan problem ini, karna semakin usang saya membiarkan, maka keluarga saya akan semakin hancur, sementara dari suami tidak ada upaya untuk segera menuntaskan persoalan.

2. Terkait dengan problem anak, saya harus bertindak bagaimana? Karna berkali-kali saya meminta waktu kepada suami, namun saya dituding cemburu dengan anaknya?
3. Dan bagaimana saya meyakinkan suami untuk beribadah, sementara hingga dikala ini suami terkesan malu mengakui bahwa tolong-menolong ia sudah kembali Islam.

Saya mohon bantuannya.. Makasi.


JAWABAN

1. Solusinya tergantung dari apa yang anda inginkan. Kalau anda ingin bercerai, maka secara syariah anda sanggup melaksanakan itu dengan meminta cerai padanya apabila merasa tidak menerima perhatian yang cukup dari suami. Kalau anda masih ingin mempertahankan rumah tangga dan masih mencintainya, maka anda harus mulai berterusterang pada keluarga suami bahwa anda ialah istrinya. Mulailah dari sini dan sehabis itu lihat apa yang terjadi.

2. Sebelum status anda terperinci sebagai ibu tirinya, sebaiknya berkomunikasilah secara terukur. Baik dari cara pendekatan maupun dari segi intensitas komunikasi.

3. Ajak ia berkunjung ke rumah ustadz atau ustadzah untuk sekedar silaturahmi atau shalat berjamaah ke masjid. Dia sudah usang murtad, maka ia perlu suasana yang sanggup mengingatkannya ke masa lalunya sebagai muslim.

Baca juga: Cara Harmonis dalam Rumah Tangga

______________________


PERNIKAHAN HAMIL ZINA YANG TIDAK DIAKUI ORANG TUA

Assalamu Alaikum wr. wb.
Nama saya N. Saya ialah seorang istri dan ibu. Begini ustad, dikala ini saya sedang menghadapi perkara rumah tangga yang sangat membuat saya resah harus melaksanakan apa dan mengadu pada siapa, pasalnya komitmen nikah kami bahkan anak dari komitmen nikah kami sama sekali tidak di akui oleh kedua mertua saya. Bahkan bukan sekedar tidak di akui, tapi memang ditutupi oleh kedua mertua saya. Alhasil, selain kedua mertua dan ipar2 saya dari suami tidak ada yang mengetahui komitmen nikah kami. Bahkan saudara saudara kandung kedua mertua - tetangga mertua saya tidak ada yang mengetahui komitmen nikah kami. Makara kini di lingkungan suami, orang - orang tahunya suami
belum berkeluarga.

Sekarang putra kami sudah berumur 10 bulan, tapi kedua mertua belum pernah tiba menjenguk sang cucu padahal jarak rumah kami hanya 15 menit dg kendaraan bermotor.
Sebelumnya ustad, saya dan suami mengaku salah & paham kesalahan kami alasannya ialah kami tahu mertua begitu alasannya ialah kecewa kami hamil diluar nikah. Makara saya paham tidak berhak murka & menerima restu. Selama setahunan ini saya dan suami juga berusaha memperbaiki diri & bertaubat supaya kelak anak kami juga tidak menerima ganjaran (balasan - red) dari perbuatan kami, alasannya ialah kami benar2 sayang pada si kecil.

Tapi saya juga tidak sanggup bohong, sebagai insan biasa ada rasa kecewa saya & keluarga besar saya alasannya ialah mertua tidak pernah sekalipun tiba menggendong anak saya, bagi saya tidak apa saya tidak di akui, tapi ketika mengetahui mertua memutuskan silaturahmi dengan cucunya yg merupakan anak kandung saya, saya sangat sakit. apalagi mertua orang yang paham agama, alasannya ialah mertua ialah ketua MUI Makassar dikala ini. maka lengkaplah kemarahan dari keluarga besar saya mengetahui siapa mertua saya & sikapnya tersebut.

Sekarang putra saya makin besar, keluarga saya makin benci dg mertua saya.

1. Apakah yg harus saya lakukan ustad?
2. haruskah saya mengikuti nafsu saya untuk ikut tidak mengakui mereka sebagai nenek anak saya & kelak menyampaikan pada anak saya mereka sudah mati? alasannya ialah berdasarkan abang suami saya foto anak sayapun enggan dilihat.
3. Lalu apakah yang harus saya lakukan pada perilaku mertua yang menutupi komitmen nikah kami? untuk teman - teman saya saya terbuka dengan komitmen nikah saya tapi belum terbuka dg anak saya, alasannya ialah saya paham itu malu jadi saya & suami ingin teman - teman saya tahu anak kami lewat pertemuan yang tidak disengaja, jd bukan lewat lisan kami langsung.
4. Saya resah ustad haruskah saya juga menutupnya rapat alasannya ialah memang kami paham ini malu atau kami buka perlahan mengingat anak kami makin besar, & rasanya tidak nyaman berjalan - jalan bertiga tanpa orang tahu status kami.

Terimakasih sebelumnya atas jawabannya ustad.

JAWABAN

1. Yang harus dilakukan ialah bersabar. Butuh waktu bagi mertua anda untuk sanggup mendapatkan kenyataan bahwa anak seorang anggota MUI ternyata harus menikah alasannya ialah menzinahi perempuan hingga hamil. Ini pukulan yang sangat menohok bagi mertua anda dari banyak segi: dari segi agama zina ialah dosa besar; dari segi martabat sungguh sangat menjatuhkan; dari segi sosial mereka tidak sanggup lagi menanggung malu apabila hal ini diketahui kolega mereka maupun publik Makassar khususnya. Untuk itu, anda harus sabar dan memaklumi ini. Butuh waktu panjang bagi mereka untuk mendapatkan kenyataan ini. Mungkin bulanan, mungkin tahunan. Sampai kapanpun anda harus sabar menunggu alasannya ialah bagaimanapun ini kesalahan anda dan suami anda yang menjadi penyebab utama semua ini.

2. Percuma anda membalas, apa untungnya buat anda dan anak anda? Bila itu yang dilakukan, maka intinya anda telah merusak masa depan anak anda dan anda sendiri. Sekali lagi anda harus ingat satu hal: siapa penyebab dari semua ini? Anda berdua bukan? Maka, bersabarlah dan teruskan hidup ibarat air mengalir. Cobalah move on. Kedua mertua anda juga sedang mencoba untuk move on dan menghadapi kenyataan pahit ini. Mereka mungkin sedang melaksanakan penilaian diri.

3. Satu hal yang harus lakukan dikala ini ialah bersyukur. Bersyukur alasannya ialah bagaimanapun nasib anda masih jauh lebih baik dibanding banyak perempuan lain yang ditinggal oleh pacarnya dalam keadaan hamil atau yang orang bau tanah si laki-laki sama sekali tidak mau menikahkan. Bersyukur ialah cara terbaik daripada mengeluh. Anda telah membuat keadaan yang tidak ideal, dan konsekuensinya tercipta suasana yang tidak ideal terjadi pada anak anda sekarang.

4. Mungkin sementara anda berdua sebaiknya tinggal di daerah yang anda berdua tidak dikenal oleh lingkungan. Di situ anda sanggup mengakui sebagai suami istri pada lingkungan yang gres dan mulai membesarkan anak sambil menunggu mertua anda sanggup mengakui dan mendapatkan kenyataan yang pahit ini.

Hikmah yang sanggup diambil dari insiden ini: Jangan biarkan perkara yang terjadi pada anda, yakni hamil zina, terjadi juga pada anak anda kelak. Didik anak anda dengan baik secara agama dan beri pendidikan terbaik menuju masa depan yang cerah.

Baca juga:

- Cara Taubat Nasuha
- Cara Harmonis dalam Rumah Tangga
- Cara Mendidik Anak
Sumber https://www.alkhoirot.net
Buat lebih berguna, kongsi:

Trending Kini: