
Image from mozaik.com
Keyakinan bahwa orang yang sudah menduduki tingkatan ma'rifat sudah tidak lagi jalankan ibadah.
Lantas benarkah persepsi banyak orang ini ?
Beribadah hingga yakin? Apa maksudnya? Apakah maksudnya beribadah hingga tingkatan ma’rifat? Jika hingga tingkatan tersebut, maka tidak ada lagi kewajiban untuk beribadah pada Allah menyerupai yang diyakini oleh kaum sufi.
Makna Yakin dalam Ayat ialah Kematian
Allah Ta’ala berfirman, وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
Dalam Tafsir Al-Jalalain disebutkan bahwa yang dimaksudkan dengan al-yaqin ialah al-maut (kematian).
Hal yang sama disebutkan oleh Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah dalam kitab tafsirnya (Taisir Al-Karim Ar-Rahman), yang dimaksud dengan al-yaqin dalam ayat ialah al-maut yaitu kematian. Maksudnya ialah diperintahkan beribadah setiap waktu kepada Allah dengan aneka macam macam ibadah.
Seperti yang dilansir oleh rumaysho.com, Bukhari berkata dari Salim, al-yaqin dalam ayat bermakna al-maut (kematian). Yang mengartikan menyerupai itu di antaranya ialah Salim bin ‘Abdillah, Mujahid, Al-Hasan Al-Bashri, Qatadah, dan ‘Abdurrahman bin Zaid bin Aslam. Ini yang disebutkan oleh Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya.
Al-yaqin diartikan dengan kematian didukung oleh firman Allah Ta’ala,
“Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan ialah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan ialah kami mendustakan hari pembalasan, hingga tiba kepada kami kematian.” (QS. Al-Mudattsir: 43-47)
Dari ayat tersebut diambil kesimpulan bahwa shalat dan lainnya wajib dilakukan terus menerus pada Allah selama akalnya masih ada. Shalatnya sesuai keadaan masing-masing orang. Sebagaimana disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari, dari ‘Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Shalatlah dalam keadaan berdiri. Jika tidak mampu, kerjakanlah sambil duduk. Jika tidak mampu, maka kerjakanlah sambil berbaring.”
Baca Juga :
Tidak lagi wajib shalat dan ibadah lainnya. Ibnu Katsir menyatakan bahwa keyakinan semacam itu ialah kufur, sesat dan jahil. Karena para Nabi ‘alaihimush shalaatu was salaam, begitu pula para sobat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ialah yang paling mengenal Allah. Mereka tahu cara menunaikan kewajiban pada Allah. Mereka juga tahu bagaimanakah sifat Allah yang mulia. Mereka tahu bagaimanakah mengagungkan Allah dengan benar.
Walau mereka sudah ma’rifat (mengenal Allah menyerupai itu, pen.), mereka ternyata paling rajin dan paling banyak ibadahnya pada Allah Ta’ala. Mereka terus beribadah pada Allah hingga mereka meninggalkan dunia. Kaprikornus yang benar, makna al-yaqin di sini ialah al-maut (kematian) sebagaimana dikemukakan sebelumnya.
Walillahil hamd wal minnah. Walhamdu lillahi ‘ala hidayah wa ‘alaihil isti’anah wat tawakkul.
Segala puji bagi Allah atas nikmat yang diberikan. Segala puji bagi Allah atas hidayah. Kepada Allah-lah kita meminta tolong dan bertawakkal pada-Nya.
Kita meminta pada Allah semoga mematikan dalam keadaan tepat dan baik. Sesungguhnya Allah Maha Mulai.
Wallahu A'lam.
Sumber http://www.wajibbaca.com
Al-yaqin diartikan dengan kematian didukung oleh firman Allah Ta’ala,
لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَ وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ الْخَائِضِينَ وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ حَتَّى أَتَانَا الْيَقِينُ
Dari ayat tersebut diambil kesimpulan bahwa shalat dan lainnya wajib dilakukan terus menerus pada Allah selama akalnya masih ada. Shalatnya sesuai keadaan masing-masing orang. Sebagaimana disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari, dari ‘Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صَلِّ قَائِمًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ
Baca Juga :
- 4 Tingkatan Manusia spesial di Mata Allah, Masya Allah Semoga Kita Salah Satunya
- Sama-sama Untuk Beribadah, Tapi Ini Perbedaan Jauh Masjid Dengan Mushola
Tingkatan Ma’rifat Tidak Lagi Ibadah, Pemahaman Sesat
Menurut Ibnu Katsir, ayat yang dikaji ketika ini mengatakan kesalahan dari kaum sesat yang menyatakan bahwa yang dimaksud dalam ayat, “Beribadahlah hingga yakin”, yaitu beribadahlah hingga pada tingkatan ma’rifat. Ketika sudah hingga tingkatan ma’rifat, maka tidak ada lagi beban syari’at.Tidak lagi wajib shalat dan ibadah lainnya. Ibnu Katsir menyatakan bahwa keyakinan semacam itu ialah kufur, sesat dan jahil. Karena para Nabi ‘alaihimush shalaatu was salaam, begitu pula para sobat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ialah yang paling mengenal Allah. Mereka tahu cara menunaikan kewajiban pada Allah. Mereka juga tahu bagaimanakah sifat Allah yang mulia. Mereka tahu bagaimanakah mengagungkan Allah dengan benar.
Walau mereka sudah ma’rifat (mengenal Allah menyerupai itu, pen.), mereka ternyata paling rajin dan paling banyak ibadahnya pada Allah Ta’ala. Mereka terus beribadah pada Allah hingga mereka meninggalkan dunia. Kaprikornus yang benar, makna al-yaqin di sini ialah al-maut (kematian) sebagaimana dikemukakan sebelumnya.
ولله الحمد والمنة، والحمد لله على الهداية، وعليه الاستعانة والتوكل، وهو المسؤول أن يتوفانا على أكمل الأحوال وأحسنها [فإنه جواد كريم
Segala puji bagi Allah atas nikmat yang diberikan. Segala puji bagi Allah atas hidayah. Kepada Allah-lah kita meminta tolong dan bertawakkal pada-Nya.
Kita meminta pada Allah semoga mematikan dalam keadaan tepat dan baik. Sesungguhnya Allah Maha Mulai.
Wallahu A'lam.
Sumber http://www.wajibbaca.com
Buat lebih berguna, kongsi: