Menyentuh Dan Membaca Al-Quran

Quran bagi orang yang hadas kecil atau besar dan bagi perempuan haid dan nifas Menyentuh dan Membaca Al-Quran
Hukum menyentuh, membawa, membaca mushaf Al-Quran bagi orang yang hadas kecil atau besar dan bagi perempuan haid dan nifas. Ulama mazhab empat setuju bahwa orang yang hadas (batal wudhu atau sedang junub) dihentikan menyentuh atau membawa Al-Quran. Hadas ada dua macam yaitu hadas kecil dan hadats besar. Hadas kecil yaitu orang yang batal wudhunya tanpa jinabah dan tidak haid. Sedangkan hadas besar yaitu orang yang junub, haid dan nifas.


TOPIK KONSULTASI ISLAM
  1. DALIL-DALIL MENYENTUH AL-QURAN HARUS SUCI
  2. HUKUM ORANG HADAS MEMBACA QURAN TANPA MENYENTUH
  3. HUKUM ORANG HADAS, HAID DAN NIFAS MENYENTUH MUSHAF AL-QURAN
  4. MENULIS MUSHAF AL-QURAN
  5. MEMBAWA MUSHAF AL-QURAN BAGI ANAK KECIL YANG HADAS
  6. HUKUM MENYENTUH KITAB FIKIH DAN TAFSIR AL-QURAN
  7. PENDAPAT MADZHAB EMPAT TENTANG MENYENTUH KITAB SUCI AL-QURAN
    1. MADZHAB MALIKI

    2. MAZHAB HANAFI

    3. MAZHAB SYAFI'I

    4. MAZHAB HANBALI

  8. PENDAPAT ULAMA WAHABI TENTANG MENYENTUH AL-QURAN HARUS SUCI ATAU TIDAK
    1. ABDUL AZIZ BIN ABDULLAH BIN BAZ
    2. MUHAMMAD BIN SHOLEH AL-USAIMIN
  9. CARA KONSULTASI SYARIAH ISLAM

DALIL-DALIL MENYENTUH AL-QURAN HARUS SUCI -

QS Al-Waqiah :77-80
إنه لقرآن كريم في كتاب مكنون لا يمسّه إلا المطهرون تنزيل من رب العالمين

Artinya: Sesungguhnya Al-Quran ini yaitu bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. Diturunkan dari Rabbil 'alamiin.

Ayat ini mengatakan bahwa Allah melarang menyentuh mushaf Al-Quran bagi orang yang tidak suci. Orang hadas tidak suci. Maka ayat ini mengatakan tidak bolehnya menyentuh Al-Quran. Allah menyifati Al-Quran dengan tanzil (yang diturunkan). Makna zahirnya yaitu bahwa yang dimaksud yaitu Al-Quran yang ada di depan kita. Kita hendaknya tidak memalingkan dari makna zahirnya kecuali ada dalil syar'i.

Ismail bin Umar bin Katsir Al-Qurasyi Al-Dimasyqi dalam Tafsir Ibnu Katsir 7/544-545 menyatakan bahwa ada beberapa penafsiran perihal maksud dari kalimat "لا يمسّه إلا المطهرون" atau "tidak menyentuhnya (Quran) kecuali orang-orang yang disucikan". Pendapat pertama menyatakan bahwa Alquran yang dimaksud yaitu yang berada di langit atau di Lauh Mahfudz. Sedang kata "المطهرون" atau "yang disucikan" yaitu malaikat. Ini pendapat Ibnu Abbas sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.

Menurut pendapat sejumlah ulama yang lain, maksud dari kalimat "لا يمسه إلا المطهرون" yaitu harus suci dari hadas kecil dan jinabah (hadas besar). Detailnya sebagai berikut:
وقال آخرون : ( لا يمسه إلا المطهرون ) أي : من الجنابة والحدث . قالوا : ولفظ الآية خبر ومعناها الطلب ، قالوا : والمراد بالقرآن - هاهنا - المصحف ، كما روى مسلم ، عن ابن عمر : أن رسول الله - صلى الله عليه وسلم - نهى أن يسافر بالقرآن إلى أرض العدو ، مخافة أن يناله العدو . واحتجوا في ذلك بما رواه الإمام مالك في موطئه ، عن عبد الله بن أبي بكر بن محمد بن عمرو بن حزم : أن في الكتاب الذي كتبه رسول الله - صلى الله عليه وسلم - لعمرو بن حزم : ألا يمس القرآن إلا طاهر . وروى أبو داود في المراسيل من حديث الزهري قال : قرأت في صحيفة عند أبي بكر بن محمد بن عمرو بن حزم : أن رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قال : " ولا يمس القرآن إلا طاهر " . وهذه وجادة جيدة . قد قرأها الزهري وغيره

Artinya: Beberapa ulama beropini bahwa makna "لا يمسه إلا المطهرون" yaitu suci dari jinabah dan hadas. Mereka berkata: "Yang dimaksud dengan Al-Quran di sini yaitu mushaf (kitab suci Al-Quran di dunia, bukan di langit)" berdasarkan pada hadis riwayat Muslim dari Ibnu Umar: "Bahwa Rasulullah melarang Ibnu Umar bepergian dengan membawa Al-Quran ke tanah musuh alasannya takut dikuasai lawan." Mereka juga berargumen dengan hadits riwayat Imam Malik dalam kitab Muwatta' dari Abdullah bin Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm: "Bahwa dalam surat yang ditulis oleh Rasulullah pada Amr bin Hazm Nabi bersabda: 'Hendaknya tidak menyentuh Al-Quran kecuali orang yang suci'". Sanad hadits ini baik sekali dan pernah dibaca oleh Imam Zuhri dan lainnya.

- Hadits riwayat Nasai, Daruqutni, Baihaqi
أن النبي صلى الله عليه وسلم كتب إلى أهل اليمن كتاباً وكان فيه لا يمس القرآن إلا طاهر

Artinya: Bahwa Nabi menulis surat kepada penduduk Yaman dalam surat itu Nabi bersabda: Tidak boleh menyentuh Al-Quran kecuali orang yang suci.

Ibnu Abdil Bar berkata perihal hadits ini: bahwa statusnya menyerupai hadits mutawatir dan disahihkan oleh Ibnu Ishaq bin Rahawiyah mirip dinukil oleh Ibnu Munzir.

Dari apa yang dikatakan oleh Abdul Qadir Al-Arnaut dalam kitab Takhrij Jamik Al-Ushul: Hadis di atas dikeluarkan Imam Malik dalam Al-Muwatta' secara mursal dengan sanad yang sahih dan disahihkan oleh Al-Hakim, Ibnu Hibban, dan yang lain.

- Hadits riwayat Thabrani dalam Al-Kabir was Shaghir. Menurut Haitami: para perawi hadits ini sanggup mendapatkan amanah
لا يمس القرآن إلا طاهر

Artinya: Tidak boleh menyentuh Al-Quran kecuali orang yang suci (dari hadas)

- Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Dirayah 1/87-88
mengutip hadis sahih riwayat Daruqutni (1/123-124):
وعن عبد الرحمن بن يزيد أن سيدنا سلمان الفارسي – رضي الله عنه – قضى حاجته فخرج ثم جاء، فقلت: لو توضّأت لعلّنا نسألك عن آيات؟ قال: “إني لست أمسه، لا يمسه إلا المطهرون، فقرأ عليها ما شئنا


Artinya: Dari Abdurrohman bin Yazid bahwa Salman Al-Farisi pernah melakukan hajatnya kemudian keluar kemudian tiba padaku. Maka saya berkata: "Seandainya engkau berwudhu pasti kami akan bertanya padamu perihal beberapa ayat Quran." Salman berkata: "Aku tidak menyentuh Al-Quran. tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan (QS Al-Waqiah :79)" Lalu ia membaca beberapa ayat yang kami minta.

- Hadits sahih riwayat Baihaqi (1/88), Malik dalam Al-Muwatta' (1/42):
وعن مصعب بن سعد بن أبي وقاص أنه قال: “كنت أمسك المصحف على سعد بن أبي وقاص فاحتككت فقال سعد: لعلك مسست ذكرك؟ فقلت نعم، فقال: قم فتوضأ، فقمت فتوضأت ثم رجعت
Artinya: Dari Mis'ab bin Saad bin Abi Waqqash ia berkata: "Aku memegang mushaf Al-Quran di bersahabat Saad bin Abi Waqqash. Lalu saya menggaruk badanku." Saat bertanya: "Apa kau menyentuh kemaluanmu?" Aku menjawab: "Iya". Saat berkata: "Bangun dan berwudhuklah." Lalu saya bangun, berwudhu dan kembali.
HUKUM ORANG HADAS MEMBACA QURAN TANPA MENYENTUH

Apabila hadasnya yaitu hadas kecil maka boleh bagi yang hadas membaca Al-Quran tanpa menyentuh berdasarkan komitmen ulama (ijmak). Adapun bagi yang hadas besar maka diperinci sebagai berikut: (a) Apabila junub maka dihentikan membaca Alquran berdasarkan jumhur (mayoritas) ulama kecuali apabila membaca Alquran sebagai zikir dan doa. Seperti ucapan: ربّنا آتنا في الدّنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النّا atau سبحان الذّي سخر لنا هذا وما كنّا له مقرنين dan semacamnya. Dan tidak haram melihat bacaan dzikir dan doa tersebut dalam kitab Alquran dan membacanya dalam hati tanpa melafalkan. Adapun hadas besar alasannya haid atau nifas, maka boleh baginya membaca Alquran tanpa menyentuh kecuali apabila perempuan haid atau nifas itu guru atau pelajar atau sedang berobat dengan cara ruqyah maka ia menerima rukhsoh (dispensasi) untuk menyentuh Quran. Ini berdasarkan pendapat madzhab Maliki (Lihat, Hasyiyah Dasuqi 1/434; Syarah Al-Kabir lid Dardir 1/126

Adapun dalilnya yaitu hadits yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib ia berkata:
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم لا يحجبه عن القرآن شيء ليس الجنابة

Artinya: Tidak ada yang menghalangi Rasulullah dari Al-Quran tidak juga junub. Hadits ini diriwayatkan oleh Tirmidzi, Abu Dawud dan Nasai dan disahihkan oleh Tirmidzi. Ibnu Hajar berkata: yang benar hadits ini masuk kategori hadits hasan dan sanggup dijadikan hujjah. Menurut Abdul Qadir Al-Arnaut dalam Takhrij Jamik Al-Ushul: Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ahmad dalam Al-Musnad dan Ibnu Majah dan Hakim dan lainnya. Hadits ini yaitu hadits hasan sanadnya.

HUKUM ORANG HADAS, HAID DAN NIFAS MENYENTUH MUSHAF AL-QURAN

Ulama fikih setuju bahwa haram menyentuh mushaf bagi orang yang tidak suci dengan kesucian tepat dari hadas kecil dan besar kecuali dalam keadaan darurat mirip dikuatirkan mushaf tersebut terhina jikalau tidak dipegang.

Menurut Mazhab Maliki boleh bagi orang hadas atau perempuan haid membawa atau menyentuh mushaf apabila untuk tujuan mencar ilmu atau mengajar atau sedang berobat ruqyah. (Lihat, Hasyiyah Dasuqi Syarah Al-Kabir lid Dardir 1/126, 1/434). Namun tetap haram berdasarkan mazhab Syafi'i, Hanafi, Hanbali.

MENULIS MUSHAF AL-QURAN

Menurut mazhab Hanafi dan Maliki orang hadas kecil dihentikan menulis keseluruhan atau sebagian mushaf. Menurut mazhab Syafi'i dan Hanbali boleh menulis keseluruhan mushaf atau sebagiannya dalam keadaan hadas kecil.

MEMBAWA MUSHAF AL-QURAN BAGI ANAK KECIL YANG HADAS

Menurut mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'i boleh bagi anak kecil yang belum terpelajar baligh membawa dan menyentuh mushab untuk tujuan mencar ilmu atau mengajar.

Menurut mazhab Hanbali dihentikan bagi wali anak itu membolehkan anaknya membawa mushaf atau menyentuhnya dalam keadaan hadas kecil semoga terbiasa menghormati dan menyucikan mushab. Begitu juga menulisnya.

HUKUM MENYENTUH KITAB FIKIH DAN TAFSIR AL-QURAN

- Menurut mazhab Syafi'i, Hanbali, Maliki apabila penafsiran dalam kitab Tafsir itu lebih banyak dari Al-Quran maka boleh menyentuh tafsir bagi orang yang hadas. Baik hadas kecil atau besar.

- Menurut mazhab Syafi'i dan Hanafi: apabila tafsir dalam kitab tafsir itu lebih sedikit atau sama dengan Al-Quran, maka menyentuh kitab tafsir bagi orang yang hadas itu berdosa.

- Menurut komitmen ulama Boleh bagi orang yang hadas kecil atau besar menyentuh kitab fikih dan semacamnya walaupun di dalamnya ada ayat-ayat Quran.

Dalilnya berdasarkan pada hadits sahih riwayat Bukhari
أن النبي صلى الله عليه وسلم كتب إلى قيصر كتاباً فيه آية

Artinya: Bahwa Nabi pernah menulis surat pada Kaisar yang di dalamnya terdapat ayat Quran.

Dan alasannya dalam kitab-kitab fikih dan semacamnya ini tidak ada nama mushaf dan tidak ada dalil atas keharamannya. Menurut keempat mazhab boleh menyentuh uang atau baju yang ada goresan pena ayat Alquran atau sebagian dari ayat.

PENDAPAT ULAMA FIKIH MADZHAB EMPAT TENTANG MENYENTUH KITAB SUCI AL-QURAN

Wajibnya suci dari hadas kecil dan besar bagi yang hendak menyentuh kitab suci Al-Quran (mushaf0 dan haramnya bagi yang tidak dalam keadaan suci merupakan pendapat yang disepakati (ijmak) oleh semua ulama dari keempat madzhab yaitu Mazhab Maliki, Hanafi, Syafi'i dan Hanbali. Berikut uraian detail dari sumber-sumber acuan kitab ulama masing-masing madzhab.

MADZHAB MALIKI

Al-Hafidz Ibnu Abdil Bar dalam Al-Istidzkar 2/472 berkata:
أجمع فقهاء الأمصار الذين تدور عليهم الفتوى وعلى أصحابهم، بأن المصحف لا يمسه إلا الطاهر، وهو قول مالك والشافعي وأبي حنيفة وأصحابهم والثوري والأوزاعي وأحمد بن حنبل وإسحاق بن راهويه وأبي ثور وأبي عبيد، وهؤلاء أئمة الرأي والحديث في أعصارهم، وروى ذلك عن سعد بن أبي وقاص وعبد الله بن عمر وطاوس والحسن والشعبي والقاسم بن محمد وعطاء، وهؤلاء من أئمة التابعين بالمدينة ومكة واليمن والكوفة والبصرة


Artinya: Ulama setuju bahwa dihentikan menyentuh mushaf kecuali orang yang suci (dari hadas kecil dan besar). Ini yaitu pendapat Imam Malik, Syafi'i, Abu Hanifah dan para ulama mereka, Tsauri, Auza'i, Ahmad bin Hanbal, Ishak bin Rahawiyah, Abu Tsaur, Abu Ubaid; mereka yaitu hebat ra'yi dan hebat hadis pada masanya. Mereka meriwayatkan pendapat tersebut dari Saad bin Abi Waqqash, Abdullah bin Umar, Thaus, Hasan, Al-Sya'bi, Qasim bin Muhammad Atha'. Mereka semua yaitu para Imam dari kalangan Tabi'in di Madinah, Makkah, Yaman, Kufah dan Bashrah.

MAZHAB HANAFI

Kamaluddin bin Abdul Wahid (Ibnu Hammam) dalam kitab Fathul Qadir 1/149 dan Al-Wiqayah hlm. 126 berkata:
يحرم مسّ المصحف في الجنابة والحيض والنفاس والحدث الأصغر إلا بغلاف متجاف ـ أي منفصلٍ عنه ـ، ويكره تحريماً اللَّمْسُ بالكُمّ على الصحيح؛ لأنه تابع للماس، فاللمس به لمس بيده.


Artinya: Haram menyentuh kitab suci Al-Quran dalam keadaan junub, haid, nifas, dan hadas kecil kecuali dengan pembungkus yang terpisah dari Quran. Dan makruh tahrim menyentuh Alquran dengan lengan berdasarkan pendapat yang sahih alasannya lengan itu ikut pada tangan. Jadi, menyentuh dengan lengan sama dengan menyentuh dengan tangan.

MAZHAB SYAFI'I

Imam Nawawi dalam Al-Majmuk Syarah Al-Muhadzab 2/80 berkata:
يحرم على المحدث مس المصحف وحمله سواء إن حمله بعلاقته أو في كمه أو على رأسه وحكى القاضي حسين والمتولي وجها أنه يجوز حمله بعلاقته وهو شاذ في المذهب وضعيف قال أصحابنا : وسواء مس نفس الأسطر أو ما بينها أو الحواشي أو الجلد فكل ذلك حرام . وفي مس الجلد وجه ضعيف أنه يجوز وحكى الدارمي وجها شاذا بعيدا أنه لا يحرم مس الجلد ولا الحواشي ولا ما بين الأسطر ولا يحرم إلا نفس المكتوب . والصحيح الذي قطع به الجمهور تحريم الجميع


Artinya: Haram bagi orang yang hadas (tidak suci) menyentuh dan membawa kitab suci Al-Quran baik membawanya dengan gantungan, atau pada lengan atau pada kepalanya. Qadhi Husain dan Mutawalli meriwayatkan pendapat lain bahwa membawa dengan gantungan itu boleh tapi ini pendapat yang minoritas dan lemah dalam madzhab Syafi'i. Ulama Syafi'i berkata: (keharaman itu) mencakup menyentuh tulisannya atau di antara goresan pena atau bab pinggir atau kulitnya. Semua itu haram. Namun dalam soal menyentuh kulit Alquran ada pendapat yang dhaif bahwa itu dibolehkan. Al-Darimi meriwayatkan pendapat yang sangat syadz (langka) bahwa menyentuh kulit kitab suci itu tidak haram termasuk juga menyentuh bab pinggir, antara goresan pena tidak haram kecuali goresan pena itu sendiri. Pendapat yang sahih mirip yang ditetapkan jumhur (mayoritas) ulama yaitu haram semuanya.

MADZHAB HANBALI

Ibnu Qudamah Al-Maqdisi dalam Al-Mughni 1/168 berkata:
لا يمس المصحف إلا طاهر: يعني طاهراً من الحدثين جميعاً، روي هذا عن ابن عمر والحسن وطاوس والشعبي والقاسم بن محم،د وهو قول مالك والشافعي وأصحاب الرأي، ولا نعلم مخالفاً لهم إلا دواد)


Artinya: Tidak boleh menyentuh mushaf Al-Quran kecuali orang yang suci. Maksudnya, suci dari dua hadas besar dan kecil semuanya. Pendapat ini diriwayatkan dari Ibnu Umar, Al-Hasan, Thawus, Sya'bi, Al-Qasim bin Muhammad. Ini yaitu pendapat dari Imam Malik, Syafi'i, dan ulama Ahli Ra'yi. Kami tidak mengetahui pendapat yang berbeda kecuali Dawud.

Ibnu Taimiyah dalam Al-Fatawa Al-Kubro 1/282 menyatakan:
مسألة: هل يجوز مس المصحف بغير وضوء أم لا ؟ الجواب: مذهب الأئمة الأربعة: أنه لا يمس إلا طاهر، كما قال في الكتاب الذي كتبه رسول الله صلى الله عليه وسلم لعمرو بن حزم رضي الله عنه: ((إنه لا يمس القرآن إلا طاهر)). قال الإمام أحمد: لا شك أن النبي صلى الله عليه وسلم كتبه له، وهو أيضاً قول سلمان الفارسي وعبد الله بن عمر وغيرهما، ولا يعلم لهما من الصحابة مخالف.


Artinya: Pertanyaan, apakah boleh menyentuh mushaf Al-Quran tanpa wudhu? Jawab, berdasarkan para Imam madzhab empat dihentikan menyentuhnya kecuali dalam keadaan suci sebagaimana sabda Nabi dalam surat yang ditulisnya untuk Amr bin Hazm "Bahwa dihentikan menyentuh Alquran kecuali orang yang suci." Imam Ahmad (bin Hanbal) berkata: Tidak diragukan lagi bahwa Nabi menulis surat tersebut pada Amr bin Hazm. Ini juga pendapat Sahabat Salman Al-Farisi, Abdullah bin Umar dan lainnya. Tidak ada dari Sahabat lain yang beropini berbeda.


PENDAPAT ULAMA WAHABI TENTANG MENYENTUH AL-QURAN HARUS SUCI ATAU TIDAK

Ada beberapa pendapat yang berbeda soal menyentuh kitab suci Al-Quran di kalangan ulama Wahabi mirip Bin Baz, Albani dan Ibnu Usaimin: apakah harus suci dari hadas atau tidak?

ABDUL AZIZ BIN ABDULLAH BIN BAZ

Dalam salah satu fatwanya, Bin Baz setuju dengan pendapat jumhur ulama mazhab empat bahwa menyentuh kitab suci Al-Quran harus dalam keadaan suci dari hadas kecil atau besar. Jadi, orang yang junub, haid, nifas, batal wudhu dihentikan menyentuh atau membawa Al-Quran. Dalam buku Majmuk Fatawa wa Maqalat Mutanawwiah Vol. 4 ia berkata:
لا يجوز للمسلم مس المصحف وهو على غير وضوء عند جمهور أهل العلم وهو الذي عليه الأئمة الأربعة رضي الله عنهم وهو الذي كان يفتي به أصحاب النبي عليه الصلاة والسلام ، قد ورد في ذلك حديث صحيح لا بأس به من حديث عمرو بن حزم رضي الله عنه : أن النبي صلى الله عليه وسلم كتب إلى أهل اليمن : ((أن لا يمس القرآن إلا طاهر)) وهو حديث جيد له طرق يشد بعضها بعضا ، وبذلك يعلم أنه لا يجوز مس المصحف للمسلم إلا على طهارة من الحدثين الأكبر والأصغر ، وهكذا نقله من مكان إلى مكان إذا كان الناقل على غير طهارة لكن إذا كان مسه أو نقله بواسطة كأن يأخذه في لفافة أو في جرابة أو بعلاقته فلا بأس

Artinya: Tidak boleh bagi muslim menyentuh mushaf (kitab) Al-Quran apabila tidak punya wudhu berdasarkan jumhur (mayoritas) ulama. Ini pendapat empat mazhab (Maliki, Hanafi, Syafi'i, Hanbali). Inilah pendapat yang difatwakan oleh para Sahabat Nabi mirip disebut dalam sebuah hadits sahih riwayat Amr bin Hazm: Bahwa Nabi pernah menulis surat pada penduduk Yaman "Agar tidak menyentuh Al-Quran kecuali orang yang suci". Ini hadits yang baik yang mempunyai beberapa jalur sanad yang saling memperkuat satu dengan yang lain. Oleh alasannya itu dimaklumi bahwa dihentikan menyentuh Al-Quran bagi muslim kecuali dalam keadaan suci dari dua hadas kecil dan besar. Begitu juga dihentikan memindahkan Al-Quran dari satu kawasan ke kawasan yang lain apabila tidak dalam keadaan suci akan tetapi apabila menyentuhnya atau memindahnya itu dengan perantaraan, mirip mengambil Alquran dalam bungkus atau dalam wadah atau dengan menggantungnya, maka tidak apa-apa. ( Selanjutnya Bin Baz menyatakan bahwa adapun membaca Al-Quran tanpa menyentuhnya maka tidak apa-apa dalam keadaan hadas kecil. Sedangkan bagi yang hadas besar mirip junub, haid dan nifas maka dihentikan membacanya. Lihat, http://www.binbaz.org.sa/mat/130)


MUHAMMAD BIN SHOLEH AL-USAIMIN

Al-Utsaimin mempunyai pendapat yang bertolak belakang dengan Bin Baz walaupun sama-sama ulama Wahabi yang biasanya kompak. Dalam salah satu fatwanya yang terdapat dalam Fatawa Nur alad Darb ia berkata:
أما قراءة القرآن بدون مس للمحدث حدث أصغر فلا بأس بها ولا يجب عليه أن يتطهر وإن كان التطهر أفضل وأكمل وأما مس المصحف بدون وضوء فالصحيح أنه جائز ولكنه لا ينبغي أن يمس المصحف إلا بوضوء

Artinya: Membaca Al-Quran tanpa menyentuh bagi orang yang hadas kecil tidak apa-apa dan tidak wajib suci walaupun jikalau suci itu lebih utama dan lebih sempurna. Adapun menyentuh kitab suci (mushaf) tanpa wudhu maka yang sahih yaitu boleh akan tetapi sebaiknya tidak menyentuh Al-Quran tanpa wudhu. Ibnu Usaimin juga memaknai kata "الْمُطَهَّرُونَ" dalam ayat "لا يَمَسُّهُ إِلا الْمُطَهَّرُونَ" sebagai mushaf yang ada di Lauh Mahfudz alasannya dhamirnya kembali pada kata "kitab maknun" yang berada di Lauh Mahfuz bukan kembali pada kitab suci Al-Quran yang ada di dunia. Kata "الْمُطَهَّرُونَ" berdasarkan Usaimin sanggup juga bermakna malaikat yang suci. Lihat: http://www.ibnothaimeen.com/all/noor/article_873.shtml

Namun dalam fatwanya yang lain Ibnu Usaimin sepertinya berubah pendapat. Ia menyatakan:
لكن لما تاملت قوله صلى الله عليه وسلم " لايمس القران الا طاهر " والطاهر يطلق على الطاهر من الحدث الاصغر والأكبر لقوله تعالى (قرآن مايريد الله ليجعل عليكم من حرج و لكن يريد ليطهركم ) (المائدة:6) ولم يكن من عادة النبى صلى الله عليه وسلم ان يعبر عن المؤمن بالطاهر ، لأن وصف بالايمان ابلغ ، تبين لي انه لايجوز ان يمس القران من كان محدثاً حدثاً أصغر او أكبر

Artinya: ... Setelah saya pikir secara mendalam atas hadits Nabi "Tidak boleh menyentuh Al-Quran kecuali orang yang suci", kata orang yang suci secara umum bermakna suci dari hadas kecil dan besar alasannya firman Allah QS Al-Maidah 5:6 "Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu.." Dan bukanlah kebiasaan Nabi mengibaratkan mukmin dengan istilah "orang yang suci" alasannya menyifati dengan akidah itu lebih kuat. Maka jelaslah bagiku bahwa dihentikan menyentuh Al-Quran bagi yang hadas baik hadas kecil atau besar. (Lihat, http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=122151)
Sumber https://www.alkhoirot.net
Buat lebih berguna, kongsi:

Trending Kini: