Sampainya Hadiah Pahala Pada Orang Mati

 Apakah pahala dan amal kebaikan yang dilakukan orang yang hidup dan dihadiahkan atau diki Sampainya Hadiah Pahala pada Orang Mati

Apakah pahala dan amal kebaikan yang dilakukan orang yang hidup dan dihadiahkan atau dikirimkan pada orang yang mati sanggup hingga dan sanggup meringankan siksa atau menambah pahala yang mati tersebut? Amal kebaikan itu ada dua macam yaitu amal kebaikan bacaan Al-Quran dan amal ibadah selain bacaan Al-Quran ibarat sedekah, puasa, haji, dan doa. Ulama setuju bahwa amal kebaikan yang selain bacaan Al-Quran sanggup hingga ke orang yang mati. Sedangkan pahala dari bacaan Al-Quran terjadi perbedaan pendapat ada yang menyatakan hingga ada yang tidak. Pendapat yang menyatakan hingga didukung dan diikuti oleh kalangan Ahlussunnah yang di Indonesia bekerjasama ke NU (Nadhatul Ulama); sedang pendapat yang menyatakan pahala bacaan Alquran tidak hingga diikuti oleh ulama dan pengikut Salafi Wahabi.

TOPIK KONSULTASI ISLAM
  1. DALIL TERKAIT PAHALA KIRIMAN UNTUK ORANG MENINGGAL
  2. PENDAPAT ULAMA TENTANG HADIAH PAHALA PADA ORANG MATI
    1. PENDAPAT MAZHAB SYAFI'I
    2. PENDAPAT MAZHAB HANBALI
    3. PENDAPAT MAZHAB HANAFI
    4. PENDAPAT IBNU TAIMIYAH
  3. PENDAPAT ULAMA WAHABI
    1. ABDUL AZIZ BIN ABDULLAH BIN BAZ
    2. MUHAMMAD BIN SHOLEH AL-USAIMIN
  4. CARA KONSULTASI SYARIAH ISLAM


DALIL TERKAIT PAHALA KIRIMAN UNTUK ORANG MENINGGAL

- Hadist sahih riwayat Muslim

(إذا مات ابن آدم انقطع عمله إلا من ثلاث: صدقة جارية، أو علم ينتفع به، أو ولد صالح يدعو له

Artinya: ”Apabila anak Adam telah meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali atas tiga hal : shadaqah jaariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau anak shalih yang mendoakannya


PENDAPAT ULAMA TENTANG HADIAH PAHALA PADA ORANG MATI

Hukum asal dari amal ibadah insan ialah bahwa insan apabila meninggal maka putuslah amalnya dan tutuplah buku catatan amalnya lantaran itu kebaikan dan pahala tak lagi ditulis di buku catatan pahala & dosanya kecuali lantaran beberapa hal berikut sebagai pengecualian. Orang yang wafat sanggup mengambil manfaat atas sikap orang yang hidup apabila ia diberi hadiah pahala dari amal kebaikan orang yang hidup sebagaimana disebut dalam hadits yang masyhur. Namun ulama berbeda pendapat atas sampainya pahala membaca Al-Quran pada mayat sbb:


PENDAPAT MAZHAB SYAFI'I

(a) Imam Nawawi berkata: Pendapat yang masyhur dalam madzhab Syafi'i bahwa membaca Al-Quran pada mayat tidak hingga pahalanya. Sejumlah ulama mazhab Syafi'i berkata: Pahala bacaan Al-Quran hingga pada mayit. Ini juga pendapat Imam Ahmad bin Hanbal (mazhab Hanbali). (Lihat: Nawawi, Syarah Sahih Muslim, 7/90)

Namun berdasarkan Al-Bakri, pendapat yang menyatakan tidak hingga ialah pendapat yang lemah. Sedangkan pendapat yang menyatakan bacaan Al-Quran itu hingga ke mayat ialah pendapat yang berpengaruh (mu'tamad). Al-Bakri berkata:

وتنفع ميتا) من وارث وغيره (صدقة) عنه ومنها وقف لمصحف وغيره وبناء مسجد وحفر بئر وغرس شجر منه في حياته أو من غيره عنه بعد موته (ودعاء)له إجماعا. وصح في الخبر "إن الله تعالى يرفع درجةالعبد في الجنة بإستغفار ولده له ".وقوله تعالى وأن ليس للإنسان إلا ما سعى" عام مخصوص بذلك. وقيل منسوخ... إلى ان قال...:أما القراءة فقد قال النووي في شرح مسلم المشهور من مذهب الشافعي انه لايصل ثوابها الى الميت، وقال بعض اصحابنا يصل ثوابها للميت بمجرد قصده بها ولو بعدها وعليه الأئمة الثلاثة واختاره كثيرون من أئمتنا واعتمده السبكي وغيره.
(وقوله تعالى). أن مفهوم الآية مخصوص بغيرالصدقة والدعاء.إلى ان قال...(وقوله مخصوص بذلك) أي بما ذكر من الإجماع وغيره. (وقوله لايصل ثوابها الى الميت) ضعيف(وقوله وقال بعض اصحابنا يصل) معتمد. كتاب إعانة الطالبين جزء 3 صحفة218 -221

Artinya: Sedekah itu sanggup bermanfaat pada mayit, baik sadaqah dari hebat waris maupun orang lain. Misalnya, mewaqafkan Al-Quran dan hal lainnya yang sejenis, membangun masjid, menciptakan sumur, menanam pohon baik waktu beliau masih hidup atau dari orang lain. Kemudian juga sanggup bermanfa'at pada mayat ialah doa kepada mayit. Atas hal ini tercapai mufakatnya ulama (artinya doa sanggup sampai/bermanfa'at pada mayat itu ialah ijma' nya ulama). Dan ada hadist shahih yang artinya "Sesungguhnya Allah mengangkat derajatnya seorang hamba di dalam nirwana dengan alasannya ialah anaknya memohonkan ampunan terhadap hamba tersebut.

Adapun wacana firman Allah dalam QS An-Najm :39 "dan bekerjsama seorang insan tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya," ialah bersifat umum dan khusus atas hal itu. Menurut suatu pendapat di-mansukh... Adapun membaca Alquran Imam Nawawi menjelaskan bahwa pendapat yang masyhur dari mazhab Syafi'i tidak hingga pahalanya pada mayit. Sebagian ulama mazhab Syafi'i menyatakan bahwa pahalanya hingga pada orang meninggal dengan hanya meniatkan pahala bacaan itu pada si mayat walaupun itu diniatkan sesudah membaca. Ini juga pendapat dari mazhab yang tiga (Hanafi, Maliki, Hanbali) dan menjadi pendapat yang dipilih oleh banyak ulama mazhab Syafi'i termasuk Imam Subki dan lainnya. Adapaun perkataan "tidak hingga pahalanya pada mayit" ialah pendapat yang lemah. Sedangkan pendapat yang menyatakan pahala hingga pada mayat ialah pendapat yang mu'tamad. (Lihat, Al-Bakri, Ianatut Thalibin, 3/218-221).

Imam Nawawi dalam kitab Riyadush Sholihin Bab 161, "Doa pada Mayit sesudah Dikubur dan Duduk di sisi kuburnya ketika Berdoa padanya dan Istighfar dan Membaca Quran", menyebutkan bahwa Imam Syafi'i berkata: "Disunnahkan membaca Alquran di sisi mayit. Apabila membaca Alquran hingga khatam maka itu baik."


PENDAPAT MAZHAB HANBALI

Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni ketika berargumentasi atas sampainya pahala membaca Al-Quran pada mayat menyatakan: Ini adadalah hadis-hadis sahih yang menunjukkan bahwa mayat sanggup mendapatkan manfaat dari (pahala) sejumlah ibadah. Karena puasa, haji, doa, istighfar ialah ibadah badaniah (fisikal) yang disampaikan oleh Allah keuntungannya pada mayit. Begitu juga ibadah yang lain ibarat hadits yang kami sebutkan akan adanya pahala orang yang membaca Surat Yasin dan diringankannya siksa hebat kubur atas bacaan Surah Yasin dan juga lantaran ijmaknya ulama dan kaum muslimin di mana meeka di setiap masa dan kota berkumpul dan membaca Al-Quran serta menghadiahkan pahalanya pada orang-orang yang sudah meninggal tanpa ada yang ingkar. (Lihat, Ibnu Qudamah, Al-Mughni, 2/568).

Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni, hlm. 758 menyatakan: "Sunnah membaca Al-Quran di kuburan dan menghibahkan pahalanya pada mayit."


PENDAPAT MAZHAB HANAFI

Mazhab Hanafi menjelaskan bahwa mayat sanggup mendapatkan manfaat dari hadiah pahala Al-Quran padanya. Dalam kitab Ad-Durrul Mukhtar wa Raddul Mukhtar dikatakan: Dan seseorang (peziarah kubur) membaca Surah Yasin lantaran ada hadits yang menyatakan "Barangsiapa yang masuk kubur kemudian membaca Surah Yasin maka Allah meringankan (siksa) hebat kubur pada hari itu dan itu berdasarkan jumlah orang yang mempunyai kebaikan. (Lihat, Ad-Durrul Mukhtar wa Raddul Mukhtar, 2/243).


PENDAPAT IBNU TAIMIYAH

Secara fikih Ibnu Taimiyah mengikuti mazhab Hanbali. Pendapat hukumnya juga mengikuti paradigma mazhab Hanbali.

Ibnu Taimiyah berkata bahwa pahala membaca Al-Quran pada mayat itu hingga padanya. Ia menuturkan bahwa dalam soal ini ada dua pendapat ulama dan ketika Ibnu Taimiyah merujuk pada pendapat sampainya pahala membaca Al-Quran pada orang meninggal, ia berkata: "Adapun puasa, shalat sunnah, dan membaca Al-Quran ada dua pendapat dalam soal ini. Pertama, hingga pada mayit. Ini ialah pendapat Imam Ahmad, Abu Hanifah, dan lainnya. Kedua, pahala tidak hingga ke mayit. Ini pendapat yang masyhur dari mazhab Maliki.

Dalam salah satu fatwanya yang lain ia berkata: Ulama berbeda pendapat dalam amal badaniyah ibarat puasa, shalat, membaca Al-Quran. Yang benar ialah bahwa semua pahalanya hingga pada mayit. (Lihat, Majmuk Fatawa Ibnu Taimiyah, 24/315 dan 366.


PENDAPAT ULAMA WAHABI

Dari segi manhaj fikih, ulama Wahabi bekerjasama pada mazhab Hanbali, sebagaimana Ibnu Taimiyah. Namun dalam soal sampainya pahala bacaan Al-Quran pada mayit, mereka sedikit berbeda.


ABDUL AZIZ BIN ABDULLAH BIN BAZ

Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz dalam salah satu fatwanya menyatakan bahwa kiriman pahala bacaan Al-Quran pada mayat itu tidak hingga dan tidak syar'i karena:

لأن العبادات توقيفية لا يسمح فيها إلا بما جاء به الشرع نصاً، ولم يرد في السنة عن النبي -صلى الله عليه وسلم- ولا في الكتاب العزيز ما يدل على شرعية تثويب القرآن أو الصلاة أو الصوم لمن ليس عليه صومٌ واجب، فلما لم يأتِ هذا وجب تركه لأن المؤمن إنما يفعل ما أمر به وشرع له

Artinya: ibadah itu bersifat tauqifiyah (berdasarkan dalil Alquran dan/atau Sunnah) dihentikan dilakukan kecuali yang sudah beritahu oleh syariah. Tidak ada hadits dari Nabi juga dalam Al-Quran suatu dalil yang menunjukkan syar'i-nya menghadiahkan pahala Alquran atau shalat atau puasa pada orang yang tidak berkewajiban puasa wajib. Karena tidak ada dalil, maka wajib ditinggalkan, lantaran seorang mukmin hanya melaksanakan apa yang diperintahkan dan disyariatkan. (Lihat, http://www.binbaz.org.sa/mat/11408)


MUHAMMAD BIN SHOLEH AL-USAIMIN

Ibnu Utsaimin ialah salah satu ulama terkemuka di kalangan Wahabi. Dia menonjol di bidang fikih. Oleh lantaran itu, dalam duduk masalah aturan syariah, ia menjadi tumpuan utama dibanding Bin Baz atau yang lain.

Menghadiahkan bacaan Alquran pada mayat ada dua macam. Pertama, orang tiba ke kuburan si mayat kemudian membaca Alquran di bersahabat kubur. Cara ini tidak bermanfaat bagi mayit. Karena mendengar yang bermanfaat bagi mayat ialah dalam keadaan hidup.

Kedua, orang membaca Al-Quran dengan niat ibadah pada Allah dan pahalanya dihadiahkan pada sesama muslim atau kerabatnya. Dalam duduk masalah ini terdapat perbedaan ulama soal hingga tidaknya pahala tersebut pada mayit.

Menurut pendapat kami, mengirim pahala bacaan Al-Quran pada mayat termasuk masalah yang dibolehkan tapi tidak disunnahkan. Yang disunnahkan ialah berdoa pada mayit, mengucapkan istighfar pada mayit, dan yang serupa dengan itu. Adapun perbuatan sejumlah ibadah yang lain dan menghadiahkannya pada mayit, maka maksimal hukumnya boleh tapi tidak termasuk masalah yang disunnahkan lantaran Rasulullah tidak menganjurkan itu. Nabi telah memberi petunjuk semoga mendoakan mayit, maka doa pada mayat lebih utama dari menghadiahkan pahala ibadah. (Lihat, Majmuk Fatawa wa Rasail Muhammad Soleh Al-Usaimin, Vol. 2, Bab Bid'ah)
Sumber https://www.alkhoirot.net
Buat lebih berguna, kongsi:

Trending Kini: