
aliran syiah via pikiran-rakyat.com
Sudah tidak gila bagi kita mendengar kata Syi'ah. Menurut pandangan masyarakat, aliran Syiah identik dengan kesesatan. Jika benar, kemudian adakah aliran syiah yang benar?
Apa aliran syiah itu? Syiah ialah suatu aliran yang ada dalam Islam diantara sekian banyaknya aliran yang terdapat di Islam. Sebagian orang menganggap bahwa Syiah termasuk aliran yang meyimpang dari pedoman Islam yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw. Syiah ialah salah satu aliran dalam Islam yang meyakini Ali bin Abi Talib dan keturunannya sebagai pemimpin Islam setelah Nabi saw wafat.
Siapa pendiri aliran syiah? Para penulis sejarah serta penulis kitab-kitab wacana aliran-aliran telah sepakat bahwa pendiri aliran syiah ialah Abdullah bin Saba yang mempunyai julukan Ibnu Sauda.
Peran yang ia mainkan telah menanamkan bibit kerusakan di kalangan orang-orang munafiqin dan orang-orang sukuisme serta orang-orang yang di dalam hatinya berakar hawa nafsu dan keinginan-keinginan jelek lainnya. Andullah bin Saba memperlihatkan keislamannya pada masa kekhilafahan Utsman. Dia juga mempertontonkan langsung yang shalih, kemudian berusaha menjalin kedekatan dengan Ali.

ilustrasi aliran syiah via moslem-eagle.blogspot.com
Ada berapa macam aliran syiah? Syiah telah terbagi dalam kelompok yang jumlahnya hampir tak terhitung. Namun berdasarkan Al-Baghdadi, pengarang kitab Al-Farqu baina Al-Firaq, secara umum mereka terbagi menjadi empat kelompok. Setiap kelompok tadi, terdiri dari beberapa kelompok kecil.
1. Syiah Ghulat
Seorang ulama Ahlussunnah, Muhammad Abu Zahrah, menyampaikan kelompok Syiah ektremis ini hampir sanggup dikatakan telah punah.
Di dalam Syiah Ghulat terdapat beberapa golongan, yakni As-Sabaiyah, Al-Khaththabiyah, Al-Ghurabiyah, Al-Qaramithah, Al-Manshuriyah, An-Nushaiziyah, Al-Kayyaliyah, Al-Kaisaniyah, dan lainnya.
Menurut Asy-Syahrastany, As-Sabaiyah ialah pengikut Abdullah bin Saba' yang konon pernah berkata kepada Sayyidina Ali: “Anta Anta,” yang berarti "Engkau ialah Tuhan". Ia juga menyatakan sahabat Nabi ini mempunyai tetesan ketuhanan.
Sementara Al-Khaththabiyah ialah penganut aliran Abu Al-Khaththab Al-Asady yang menyatakan Imam Ja'far Ash-Shadiq dan leluhurnya ialah Tuhan. Sementara Imam Ja'far mengingkari dan mengutuk kelompok ini. Lantaran perilaku tersebut, pemimpin kelompok ini, Abu Al-Khaththab, mengangkat dirinya sebagai imam.
Golongan Al-Ghurabiyah percaya malaikat Jibril diutus Allah untuk Ali bin Ali Thalib ra. Namun, mereka menilai malaikat Jibril keliru dan berkhianat sehingga memberikan wahyu kepada Nabi Muhammad.
Sementara Syiah Qaramithah dikenal sangat ekstrem lantaran menyatakan Syyidina Ali bin Abi Thalib ialah Tuhan. Kelompok ini pernah berkuasa di Bahrain dan Yaman, serta menguasai Mekah pada 930 Masehi.
2. Syiah Ismailiyah
Kelompok ini tersebar di banyak negara, menyerupai Afganistan, India, Pakistan, Suriah, Yaman, serta beberapa negara barat, yakni Inggris dan Amerika Utara.
Kelompok ini meyakini Ismail, putra Imam Ja'far Ash-Shadiq, ialah imam yang menggantikan ayahnya, yang merupakan imam keenam dari aliran Syiah secara umum. Ismail dikabarkan wafat lima tahun sebelum ayahnya (Imam Ja'far) meninggal dunia.
Namun berdasarkan kelompok ini, Ismail belum wafat. Syiah Ismailiyah meyakini kelak Ismail akan tampil kembali di bumi sebagai Imam Mahdi.
3. Syiah Az-Zaidiyah
Ini ialah kelompok Syiah pengikut Zaid bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib r.a. Zaid lahir pada 80 H dan terbunuh pada 122 H. Zaid dikenal sebagai tokoh yang melaksanakan perlawanan terhadap kekuasaan semena-mena yang diterapkan Yazid, putra Muawiyah pada zaman Bani Umayyah.
Kendati golongan ini yakin kedudukan Ali bin Abi Thalib ra lebih mulia ketimbang Abu Bakar, Umar, dan Utsman, mereka tetap mengakui ketiganya sebagai khalifah yang sah. Lantaran masih menganggap tiga sahabat nabi yang lain, Syiah Az-Zaidiyah dinamakan Ar-Rafidhah, yakni penolak untuk menyalahkan dan mencaci.
Dalam menetapkan hukum, kelompok ini memakai Al-Quran, sunah, dan nalar. Mereka tidak membatasi penerimaan hadis dari keluarga Nabi semata, tetapi mengandalkan juga riwayat dari sahabat-sahabat Nabi lainnya.
4. Syiah Istna Asyariah
Kelompok ini dikenal juga dengan nama Imamiyah atau Ja'fariyah yang percaya 12 imam dari keturunan Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra, putri Rasulullah SAW.
Syiah Istna Asyariah merupakan secara umum dikuasai penduduk Iran, Irak, dan ditemukan juga di beberapa kawasan di Suriah, Kuwait, Bahrain, India, Saudi Arabia, dan beberapa kawasan bekas Uni Sovyet. Ini ialah kelompok Syiah mayoritas.
Fakta Aliran Syiah
ilustrasi aliran syiah via islamkafah.com
1. Manusia tidak sanggup melihat Allah di akhirat
Kelompok Zaidiyah tidak meyakini bahwa orang-orang yang beriman sanggup melihat Allah ta’ala di akhirat, menyerupai keyakinan kaum Mu’tazilah.
Sedangkan Ahlus Sunnah wal Jamaah tegas meyakini hal ini. Orang mukmin di nirwana akan melihat Allah yang suci dari bentuk dan rupa serta konsekwensi keduanya, menyerupai arah, tempat dan lain-lain.
Dalilnya ialah Allah Ta’ala juga berfirman,
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ
“Muka mereka (orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Rabbnya mereka melihat.” (QS. Al-Qiyamah: 24-25)
2. Allah tidak membuat kemaksiatan
Kaum Zaidiyah berkeyakinan bahwa Allah tidak membuat maksiat. Mereka juga beranggapan bahwa maksiat yang dilakukan insan bukan bab dari qadar Allah. Keyakinan ini sama menyerupai keyakinan kelompok Mu’tazilah.
Sementara Ahlus Sunnah beri’tiqad bahwa Allah ialah pencipta bagi setiap sesuatu. Tidak ada benda yang wujud, dan tidak ada insiden yang terjadi kecuali diciptakan oleh Allah ta’ala. Perbuatan maksiatpun diciptakan Allah subhanahu wa ta’ala.
3. Pelaku dosa besar abadi di neraka
Syiah Zaidiyah menyakini bahwa orang yang terjatuh dalam perbuatan dosa besar disebut sebagai orang yang fasiq, dan dikala dia mati dalam keadaan tidak bertaubat, maka ia disiksa di neraka selama-lamanya.
Menurut Ahlussunnah, orang yang menyerupai itu masih berada dalam kehendak Allah. Jika Allah menghendaki, Allah akan mengampuninya, membebaskan semua kesalahannya dan memasukkannya ke nirwana tanpa harus mendekam di neraka. Sebaliknya, jikalau Allah menghendaki, ia akan disiksa di neraka, tetapi tidak kekal, selama ia masih beriman dan bertauhid kepada Allah ta’ala.
Dalam Shahih Bukhari, dengan sanad hingga Ubadah, diriwayatkan bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Barangsiapa bersaksi tiada Tuhan selain Allah, Tuhan Yang Maha Esa tiada sekutu bagi-Nya, bahwa Muhammad ialah hamba dan Rasul-Nya, dan bahwa Isa (yang terjadi dengan) kalimat-Nya, yang disampaikan-Nya kepada Maryam dan (dengan tiupan) ruh dari-Nya, dan bahwa nirwana ialah haq (benar) dan neraka haq, pasti Allah akan memasukkannya ke dalam nirwana dengan amalan apa pun yang telah ia perbuat.”
4. Al Alquran ialah makhluk
Firqah Zaidiyah dalam maslah kalamullah berpendangan sama dengan kaum mu’tazilah. Mereka menyampaikan bahwa kalam ialah makhluk, bukan bab dari sifat-sifat Allah.
Sedangkan Ahlus Sunnah beropini bahwa kalam ialah sifat Allah menyerupai sifat-sifat Allah yang lain. Kalam ialah sifat dzat yang suci dan qadim (tidak ada permulaannya).
Dalilnya, Allah berfirman,
ومن أصْدَق من الله حديثا
“Siapakah orang yang lebih benar perkataannya dari pada Allah.” (An-Nisaa’ : 87)
5. Tidak ada syafa’at Rasulllah
Zaidiyah mengingkari adanya syafaah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bagi umat dia yang menjadi hebat maksiat. Kelompok ini beropini bahwa syafaat Rasulullah hanya khusus bagi mukminin sebagai embel-embel nikmat saja. Oleh lantaran itu, berdasarkan mereka para pelaku maksiat dan hebat dosa besar tidak akan diberi syafaat. Mereka akan abadi di neraka menyerupai orang-orang kafir dan kaum munafiqin.
Imam Ahlus Sunnah, Ash-Shabuni rahimahullah berkata: “Ahli agama dan Ahlus Sunnah mengimani syafaat Rasulullah n bagi pelaku dosa dari kalangan orang-orang yang bertauhid dan pelaku dosa besar (lainnya), sebagaimana telah diberitakan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits yang shahih.”
6. Amal ialah syarat keshahihan iman
Zaidiyah beropini bahwa amal ialah syarat bagi keshahihan iman. Barang siapa mengikrarkan dua syahadat, tetapi tidak mau melaksanakan amal shaleh, atau menerjang maksiat meski menyerupai melaksanakan ifthar di siang ramadlan atau mengkonsumsi khamr, maka ia tidak dianggap sebagai orang yang beriman. Jika ia mati dalam keadaan tidak bertaubat, maka ia abadi di neraka. Ini ialah menyerupai pendapat Murji’ah.
Ahlus Sunnah beropini bahwa dogma itu ialah perkataan, perbuatan, dan keyakinan. Amal termasuk bab dari iman, dan ia (amal) ialah dogma itu sendiri. Amal bukan sebagai syarat dari syarat-syarat keshahihan dogma atau syarat kesempurnaan dogma atau perkataan lainnya yang banyak menyebar cukup umur ini. Iman itu ialah perkataan dengan lisan, keyakinan dengan hati, dan amal dengan anggota badan. Bisa bertambah (dengan ketaatan) dan berkurang dengan kemaksiatan.
7. Imamah lebih berhak diambil dari keturunan Ali bin Abi Thalib
Dalam kasus Imamah, kaum Zaidiyah beri’tikad bahwa orang yang lebih berhak setelah kepemimpinan Rasulullah ialah Ali. Beliau dianggap sebagai pemegang wasiat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Setelah Ali, imamah dilanjutkan oleh putra-putra Fatimah, menyerupai Al-Hasan dan Al-Husein, sesuai dengan pedoman mereka dalam hal ini.
Dengan dasar ini, kelompok Zaidiyah menganggap apa yang dilakukan oleh para sahabat ketika mengangkat Abu Bakar As-Shidiq dan khalifah sesudahnya ialah sebuah kesalahan. Namun demikian, kelompok Zaidiyah tidak hingga mengkafirkan para sahabat tanggapan “kesalahan” ini. Dalam kasus ini Zaidiyah terbagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama ridha dengan kepemimpinan Abu Bakar dan Umar, sementara kelompok yang lain menentukan membisu tanpa ada pernyataan ridho dan tanpa ada penghujatan.
Sementara Ahlus Sunnah wal Jamaah beropini bahwa imamah tidak berdasarkan warisan akan tetapi syura dan akad ahlul hali wal aqdi.
8. Wajibnya memberontak pada pemerintah Muslim yang Zhalim
Syiah Zaidiyah memperbolehkan dan membenarkan pemberontakan kepada pemerintahan Muslim yang zalim, bahkan wajib.
Sementara Ahlus Sunnah mengharamkan pemberontakan atau keluar dari taat pemerintah Muslim yang sah, meskipun bersikap fasik dan bertindak zalim. Namun tetap membolehkan menggantinya jikalau memungkinkan.
Perbedaan Aliran Syiah Khawarij dan Murji'ah
ilustrasi aliran syiah via konfrontasi.com
Tidak sedikit orang yang bertanya-tanya mengenai perbedaan aliran syiah Khawarij dan Murji'ah. Untuk lebih jelas, berikut penjelasannya.
Khawarij berarti orang-orang yang keluar barisan Ali bin Abi Thalib. Golongan ini menganggap diri mereka sebagai orang-orang yang keluar dari rumah dan semata-mata untuk berjuang di jalan Allah. Meskipun pada awalnya khawarij muncul lantaran kasus politik, tetapi dalam teapi dalam perkembangannya golongan ini banyak berbicara kasus teologis. Alasan mendaar yang membuat golongan ini keluar dari barisan Ali adalh ketidak setujuan mereka terhadap arbitrasi atau tahkim yang dijalankan Ali dalam menuntaskan kasus dengan Mu’awiyah.
Menurut keyakinan Khawarij, semua kasus antara Ali dan Mu’awiyah harus diselesaikan dengan merujuk kepada hokum-hukum Allah yang tertuang dalam Surah al-Maidah Ayat 44 yang artinya,” Barangsiapa tidak menetapkan dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir”. Berdasarkan ayat ini, Ali, Mu’awiyah dan orang-orang yang menyetujui tahkim telah menjadi kafir lantaran mereka dalam menetapkan kasus tidak merujuk Al-Qur’an.
Dalam aliran Khawarij terdapat enam sekte penting, yaitu al-Muhakkimah, al-Azariqah, an-Najdat, al-Ajaridah, asy-Syufriyah dan al-Ibadiyah.
Intinya, aliran Khawarij ialah aliran yang praktis mengkafirkan orang.
Aliran Murji’ah
Aliran ini disebut juga Murji’ah lantaran dalam prinsipnya mereka menunda kasus konflik antara Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, dan kaum Khawarij pada hari perhitungan kelak. Oleh lantaran itu, mereka tidak ingin smengeluarkan pendapat entang siapa syang benar dan dan siapa yang kafir di antara ketiga kelompok yang bertikai itu.
Dalam perkembangannya, aliran ini ternyata tidak sanggup melepaskan diri dari kasus teologis yang muncul pada waktu itu. Ketika itu terjadi perdebatan mengenai aturan orang yang berdosa besar. Kaum Murji’ah beropini bahwa orang yang berdosa besar tidak sanggup dikatakan kafir selama ia tetap mengakui Allah sebagai Tuhannya dan Nabi Muhammad saw. sebagai rasul. Pendapat ini merupakan lawan dari pendapat kaum Khawarij yang menyatakan bahwa orang Islam yang berdosa besar hukumnya kafir.
Dalam perjalanan sejarahnya, aliran ini terpecah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok moderat dan kelompok ekstrem. Tokoh-tokoh kelompok moderat ialah Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib, Abu Hanifah dan Abu Yusuf. Kelompok ekstrem terbagu dalam beberapa kelompok, diantaranya ialah al-Jahamiyah, as-Salihiyah, al-Yunusiyah, al-Ubaidiyah, al-Gailaniyah, as-Saubariyah, al-Marisiyah dan al-Karamiyah.
Baca Juga : Siapakah Syekh Siti Jenar? Mengapa Ajarannya Tidak Disetujui Para Wali Songo
Demikian informasi wacana fakta aliran syiah yang sanggup kami bagikan. Mohon maaf jikalau ada kesalahan ataupun kekurangan. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita semua. Sumber http://www.wajibbaca.com
Buat lebih berguna, kongsi: