Pengertian Islam Dan 3 Tingkatan Pemeluk Agama Islam


Islam via slideplayer.info

Inilah pengertian islam dan tingkatan islam. Kita harus tahu ihwal tingkatan islam, untuk menambah keimanan dan pengetahuan kita ihwal islam.

Pengertian Islam berdasarkan bahasa, kata Islam berasal dari kata aslama yang berakar dari kata salama. Kata Islam merupakan bentuk mashdar (infinitif) untuk lebih jelasnya lagi mari kita simak bersama artikel ini.

Seadangkan pengertian Islam secara harfiyah artinya damai, selamat, tunduk, dan bersih. Kata Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M (mim). Islam mempunyai arti "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah SWT.

Islam ialah agama yang memercayai satu Tuhan, yakni Allah. dengan lebih dari satu seperempat miliar orang pengikut. Pengertian islam sendiri sebenarnya mempunyai banyak arti, inilah pengertian islam beserta tingkatannya.


Pengertian islam via satujam.com

A. Pengertian Islam

Islam secara etimologi (bahasa) berarti tunduk, patuh, atau berserah diri. Adapun berdasarkan syari’at (terminologi), apabila dimutlakkan berada pada dua pengertian:

Pertama: 
Apabila disebutkan sendiri tanpa diiringi dengan kata iman, maka pengertian Islam meliputi seluruh agama, baik ushul (pokok) maupun furu’ (cabang), juga seluruh problem ‘aqidah, ibadah, keyakinan, perkataan dan perbuatan.

Kaprikornus pengertian ini mengatakan bahwa Islam ialah mengakui dengan lisan, meyakini dengan hati dan berserah diri kepada Allah Azza wa Jalla atas semua yang telah ditentukan dan ditakdirkan, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala ihwal Nabi Ibrahim Alaihissallam [Lihat Mufradat Alfaazhil Qur-aan (hal. 423, potongan سَلِمَ) karya al-‘Allamah ar-Raghib al-Ashfahaani dan Ma’aarijul Qabul (II/20-21) karya Syaikh Hafizh bin Ahmad al-Hakami, cet. I, Darul Kutub al-‘Ilmiyyah]

إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ ۖ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ

“(Ingatlah) dikala Rabb-nya berfirman kepadanya (Ibrahim), ‘Berserahdirilah!’ Dia menjawab: ‘Aku berserah diri kepada Rabb seluruh alam.’” [Al-Baqarah: 131]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman:

إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِن بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ

“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali sehabis mereka memperoleh ilmu, lantaran kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” [Ali ‘Imran: 19]

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di darul abadi dia termasuk orang yang rugi.” [Ali ‘Imran: 85]

Menurut Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab rahimahulllah, definisi Islam adalah:

َاْلإِسْلاَمُ: َاْلإِسْتِسْلاَمُ ِللهِ بِالتَّوْحِيْدِ وَاْلإِنْقِيَادُ لَهُ باِلطَّاعَةِ وَالْبَرَاءَةُ مِنَ الشِّرْكِ وَأَهْلِهِ.
“Islam ialah berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya, tunduk dan patuh kepada-Nya dengan ketaatan, dan berlepas diri dari perbuatan syirik dan para pelakunya.”

Kedua:
Apabila kata Islam disebutkan bersamaan dengan kata iman, maka yang dimaksud Islam ialah perkataan dan amal-amal lahiriyah yang dengannya terjaga diri dan hartanya [Terjaga dirinya maksudnya dihentikan diperangi (dibunuh) dan terjaga hartanya, maksudnya dihentikan diambil atau dirampas.

Sebagaimana terdapat dalam hadits Arba’iin yang kedelapan], baik dia meyakini Islam atau tidak. Sedangkan kata keyakinan berkaitan dengan amal hati [Lihat Mufradaat Alfaazhil Qur-aan (hal. 423, potongan سَلِمَ) karya al-‘Allamah ar-Raghib al-Ashfahani, Ma’aarijul Qabuul (II/21) karya Syaikh Hafizh bin Ahmad al-Hakami, cet. I/Darul Kutub al-‘Ilmiyyah, dan Jaami’ul ‘Uluum wal Hikam oleh al-Hafizh Ibnu Rajab].

Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla:

قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا ۖ قُل لَّمْ تُؤْمِنُوا وَلَٰكِن قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ ۖ وَإِن تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُم مِّنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Orang-orang Arab Badui berkata, ‘Kami telah beriman.’ Katakanlah (kepada mereka), ‘Kamu belum beriman, tetapi katakanlah, ‘Kami telah tunduk (Islam),’ lantaran keyakinan belum masuk ke dalam hatimu. Dan jikalau kau taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalmu. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.’” [Al-Hujuraat: 14]

B. Tingkatan Islam

Tidak diragukan lagi bahwa prinsip agama Islam yang wajib diketahui dan diamalkan oleh setiap muslim ada tiga, yaitu:
  1. mengenal Allah Azza wa Jalla 
  2. mengenal agama Islam beserta dalil-dalilnya [Artinya memahami Islam sebagai agama dengan dalil-dalilnya yang bersumber dari Al-Qur-an dan As-Sunnah yang shahih berdasarkan pemahaman para Shahabat Radhiyallahu anhum]
  3. mengenal Nabi-Nya, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mengenal agama Islam ialah landasan yang kedua dari prinsip agama ini dan padanya terdapat tiga tingkatan, yaitu Islam, Iman dan Ihsan. Setiap tingkatan mempunyai rukun sebagai berikut:

Tingkatan Pertama: Islam

Islam mempunyai lima rukun, yaitu:
  • Bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ialah utusan Allah.
  • Menegakkan shalat.
  • Membayar zakat.
  • Puasa di bulan Ramadhan.
  • Menunaikan haji ke Baitullah bagi yang bisa menuju ke sana.

Kelima rukun Islam ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ;

َاْلإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ، وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ، وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً.

“Islam itu ialah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah dan bahwa Muhammad ialah utusan Allah, menegakkan shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan menunaikan haji ke Baitullah jikalau engkau bisa menuju ke sana.” [HR. Muslim (no. 8), Ahmad (I/27), Abu Dawud (no. 4695), at-Tirmidzi (no. 2610), an-Nasa-i (VIII/97-98) dan Ibnu Majah (no. 63), dari Shahabat ‘Umar bin al-Khaththab]

Juga sabda ia Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ وَحَجِّ الْبَيْتِ.

“Islam dibangun atas lima hal: bersaksi bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah dan bahwa Muhammad ialah utusan Allah, menegakkan shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan menunaikan haji ke Baitullah.” [Muttafaqun ‘alaih: HR. Al-Bukhari dalam Kitaabul Iiman potongan Du’aa-ukum Imaanukum (no. 8) dan Muslim dalam Kitaabul Iiman potongan Arkaanul Islaam (no. 16)]


Islam itu indah via mauhijrah.com

Tingkatan Kedua: Iman

Definisi keyakinan berdasarkan Ahlus Sunnah meliputi perkataan dan perbuatan, yaitu meyakini dengan hati, meng-ikrarkan dengan verbal dan mengamalkan dengan anggota badan, sanggup bertambah dengan ketaatan dan sanggup berkurang dengan alasannya perbuatan dosa dan maksiyat.

Iman mempunyai beberapa tingkatan, sebagaimana terdapat dalam sabda ia Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

َاْلإِيْمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّوْنَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ اْلإِيْمَانِ.

“Iman mempunyai lebih dari tujuh puluh cabang atau lebih dari enam puluh cabang, cabang yang paling tinggi ialah ucapan laa ilaaha illallaah, dan yang paling rendah ialah menyingkirkan duri (rintangan) dari jalan, dan aib ialah salah satu cabang iman.” [HR. Al-Bukhari (no. 9) dan Muslim (no. 35). Lafazh ini milik Muslim dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu]

Rukun Iman ada enam, yaitu:
1. Iman kepada Allah.
2. Iman kepada Malaikat-Malaikat-Nya.
3. Iman kepada Kitab-Kitab-Nya.
4. Iman kepada Rasul-Rasul-Nya.
5. Iman kepada hari Akhir.
6. Iman kepada takdir yang baik dan buruk.

Keenam rukun keyakinan ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu dalam balasan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam atas pertanyaan Malaikat Jibril Alaihissallam ihwal iman, yaitu:

أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ، وَمَلاَئِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ اْلآخِِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ.

“Engkau beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari Akhir, dan engkau beriman kepada takdir yang baik dan buruk.” [HR. Muslim (no. 8), dari Shahabat ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu]

Tingkatan Ketiga: Ihsan

Ihsan mempunyai satu rukun yaitu engkau beribadah kepada Allah Azza wa Jalla seolah-olah engkau melihat-Nya, jikalau engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu dalam dongeng balasan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Jibril Alaihissallam dikala ia bertanya ihwal ihsan, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:

أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ.

“Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka bila engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Allah melihatmu.” [HR. Muslim (no. 8), dari Shahabat ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu]

Tidak ragu lagi, bahwa makna ihsan secara bahasa ialah memperbaiki amal dan menekuninya, serta mengikhlaskannya. Sedangkan berdasarkan syari’at, pengertian ihsan sebagaimana klarifikasi Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ.

“Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka jikalau engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Allah melihatmu.”

Maksudnya, sebetulnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan ihsan dengan memperbaiki lahir dan batin, serta menghadirkan kedekatan Allah Azza wa Jalla, yaitu sebetulnya seolah-olah Allah berada di hadapannya dan ia melihat-Nya, dan hal itu akan mengandung konsekuensi rasa takut, cemas, juga pengagungan kepada Allah Azza wa Jalla, serta mengikhlaskan ibadah kepada Allah Azza wa Jalla dengan memperbaikinya dan mencurahkan segenap kemampuan untuk melengkapi dan menyempurnakannya.


I love islam via nu.or.id

Demikian isu ihwal pengertian islam dan tingkatannya ini kami buat, agar bisa menambah wawasan Anda ihwal islam dan bisa bermanfaat bagi Anda. Terimakasih telah membaca artikel ini.
Sumber http://www.wajibbaca.com
Buat lebih berguna, kongsi:

Trending Kini: