Cara Niat Shalat Bersamaan Dengan Takbir

Cara Niat Shalat Bersamaan dengan Takbir Cara Niat Shalat Bersamaan dengan Takbir
WAKTU NIAT SHALAT BERSAMAAN DENGAN TAKBIR

1. Setiap kami sedang mengerjakan shalat selalu terbersit ingin keluar/membatalkan shalat. Hal itu terjadi setiap kami mengerjakan shalat. Bagaimanakah seandainya kami tetap meneruskan shalat apakah shalat kami batal?

2. Kami was was niat shalat, ketika shalat sendirian selalu ada bisikan kata ma'mum, kamipun mengulangi niat hingga beberapa kali.
1. Bagaimanakah cara mengatasinya?
2. Bagaimana pula jikalau kami pindah ke Madzhab lain yang membolehkan niat sebelum Takbirotul Ihrom ? kami kesulitan melaksanakan niat ketika Takbirotul Ihrom.

Mohon penjelasannya.

TOPIK KONSULTASI ISLAM
  1. WAKTU NIAT SHALAT BERSAMAAN DENGAN TAKBIR
    1. WAKTU NIAT SHALAT MENURUT MAZHAB HANBALI, HANAFI, MALIKI
    2. WAKTU DAN CARA NIAT SHALAT MENURUT MAZHAB SYAFI'I
  2. WARISAN UNTUK ISTRI DAN 4 ANAK KANDUNG
  3. CARA KONSULTASI SYARIAH ISLAM


JAWABAN

1. Tidak apa-apa alasannya yaitu anda sifatnya masih ragu-ragu (hanya terbersit ingin membatalkan) bukan memutuskan untuk keluar shalat. Yang batal shalatnya yaitu apabila sudah memutuskan untuk keluar dari shalat. dalam Al-Asybah wan Nazhair menyatakan:

نوى قطع الصلاة أثناءها بطلت بلا خلاف لأنها شبيهة بالإيمان

Artinya: Orang yang berniat memutuskan shalat di tengah shalat, maka batal shalatnya tanpa ada perbedaan ulama alasannya yaitu shalat itu serupa dengan iman.

Namun batalnya shalat itu apabila beliau memutuskan dengan ketetapan hati. Kalau masih dalam keragu-raguan atau galau, maka shalat tidak batal dan boleh diteruskan berdasarkan pada kaidah fiqih: [اليقين لا يزول بالشك] Artinya: Keyakinan tidak hilang alasannya yaitu keraguan.

Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni, hlm. 1/279 menyatakan:

بخلاف الصلاة . فأما إن تردد في قطعها ، فقال ابن حامد : لا تبطل ; لأنه دخل فيها بنية متيقنة ، فلا تزول بالشك والتردد ، كسائر العبادات

Artinya: Beda halnya dengan shalat. Adapun apabila ragu-ragu dalam memutus shalat Ibnu Hamid berkata: Tidak batal shalatnya alasannya yaitu ia masuk shalat dengan niat yang yakin maka tidak hilang keyakinan itu dengan keraguan dan kegalauan sebagaimana ibadah yang lain.

2.1. أHilangkan kata 'makmum' dari niat. Yang wajib dalam shalat yaitu penyebutan nama shalat dan fardhu.


WAKTU NIAT SHALAT MENURUT MAZHAB HANBALI, HANAFI, MALIKI

2.2. Boleh saja kalau dalam soal shalat mau pindah ke mazhab lain yang membolehkan niat sebelum takbirotul ihram. Yang membolehkan antara lain mazhab Hanbali dan Hanafi. Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni, hlm. 1/280, menyatakan:

قال أصحابنا : يجوز تقديم النية على التكبير بالزمن اليسير ، وإن طال الفصل أو فسخ نيته بذلك ، لم يجزئه .

Artinya: Ulama mazhab Hanbali berkata: Boleh mendahulukan niat dari takbir asal dengan waktu yang sedikit. Apabila usang jaraknya atau rusak niatnya maka tidak sah.

Sedangkan dalam mazhab Maliki dan sebagian mazhab Hanafi, boleh mendahulukan niat dari takbirotul ihrom walaupun jaraknya usang ibarat disebut dalam kitab Al-Kafi, hlm. 39. Imam Nawawi dalam Al-Majmuk hlm. 3/243 mengutip pendapat mazhab Hanbali dan Hanafi soal ini:

وقال أبو حنيفة وأحمد : يجوز أن تتقدم النية على التكبير بزمان يسير بحيث لا يعرض شاغل عن الصلاة ، وقال : يجب أن تتقدم النية على التكبير ويكبر عقبها بلا فصل ولا يجب في حال التكبير . وقال أبو يوسف وغيره من أصحاب أبي حنيفة إذا خرج من منزله قاصدا صلاة الظهر مع الإمام فانتهى إليه وهو في الصلاة فدخل معه فيها ولم يحضره أنها تلك الصلاة أجزأه

Artinya: Imam Abu Hanifah dan Ahmad bin Hanbal berkata: Boleh mendahulukan niat dari takbir dengan jarak sedikit sekiranya tidak memalingkan dari shalat. Ahmad berkata: wajib mendahulukan niat dari takbir dan takbir setelahnya tanpa terpisah dan tidak wajib pada dikala takbir. Abu Yusuf dan ulama mazhab Hanafi lainnya berkata: Apabila keluar dari rumahnya bermaksud untuk shalat Zhuhur bersama imam (berjamaah) kemudian beliau menunggu imam untuk shalat dan masuk shalat bersama imam dan tidak menghadirkan niat shalat lagi maka shalatnya sah.


WAKTU DAN CARA NIAT SHALAT MENURUT MAZHAB SYAFI'I

Hukum asal dalam mazhab Syafi'i yaitu bahwa niat memang harus bersamaan dengan awal ibadah ibarat niat shalat harus bersamaan dengan takbirotul ihram. Imam Syafi'i dalam Al-Umm, hlm. 1/121, menyatakan:

والنية لا تقوم مقام التكبير ولا تجزيه النية إلا أن تكون مع التكبير لا تتقدم التكبير ولا تكون بعده فلو قام إلى الصلاة بنية ، ثم عزبت عليه النية بنسيان ، أو غيره ، ثم كبر وصلى لم تجزه هذه الصلاة

Artinya: Niat tidak menempati tempatnya takbir. Niat tidak sah kecuali bersamaan dengan takbir yakni tidak mendahului dan tidak mengakhiri takbir. Apabila seseorang melaksanakan shalat dengan niat, kemudian lupa niatnya, kemudian takbir dan shalat maka shalatnya tidak sah.

Bagaimana caranya? Imam Nawawi dalam Al-Majmuk, hlm. 3/243, menjelaskan cara niat bersamaan dengan takbir ada dua cara:

( أحدهما ) يجب أن يبتدئ النية بالقلب مع ابتداء التكبير باللسان ويفرغ منها مع فراغه منه . وأصحهما لا يجب ، بل لا يجوز لئلا يخلو أول التكبير عن تمام النية ، فعلى هذا وجهان :

( أحدهما ) وهو قول أبي منصور بن مهران شيخ أبي بكر الأودني : يجب أن يقدم النية على أول التكبير بشيء يسير لئلا يتأخر أولها عن أول التكبير .

( والثاني ) وهو الصحيح عند الأكثرين لا يجب ذلك ، بل الاعتبار بالمقارنة وسواء قدم أم لم يقدم ويجب استصحاب النية إلى انقضاء التكبير على الصحيح ، وفيه وجه ضعيف أنه لا يجب . واختار إمام الحرمين والغزالي في البسيط وغيره أنه لا يجب التدقيق المذكور في تحقيق مقارنة النية ، وأنه تكفي المقارنة العرفية العامية بحيث يعد مستحضرا لصلاته غير غافل عنها ، اقتداء بالأولين في تسامحهم في ذلك ، وهذا الذي اختاراه هو المختار والله أعلم .

Artinya: Satu, Wajib memulai niat dengan hati bersamaan dengan awal takbir dengan mulut di mana selesainya niat bersamaan dengan selesainya takbirotul ihrom. Kedua, Menurut pendapat yang paling sahih cara ini tidak wajib. Bahkan dihentikan supaya supaya awal takbir tidak sepi dari sempurnanya niat. Atas hal ini ada dua pendapat:

Pendapat pertama, ini pendapat Abu Manshur bin Mahran guru Abu Bakar Al-Audani, wajib mendahulukan niat atas awal takbir dengan jarak sedikit supaya supaya awal niat tidak terlambat dari awal takbir.

Pendapat kedua, ini pendapat yang sahih berdasarkan lebih banyak didominasi ulama Syafi'i, hal itu (yakni pendapat pertama) tidak wajib. Bahkan yang dianggap itu yaitu muqoronah (bersamaan) baik takbirnya mendahului atau tidak. Dan wajib membersamakan niat hingga habisnya takbir berdasarkan pendapat yang sahih walaupun ada pendapat yang dhaif bahwa itu tidak wajib. Imam Al-Haramain dan Imam Ghazali dalam kitab Al-Basith dan lainnya menentukan bahwa tidak wajib teknis detail ibarat itu dalam menyatakan muqoronahnya niat. Cukup muqoronah yang biasa dan umum (al-urfiyah al-amiyah) dalam arti sekiranya hadir dalam shalat dan tidak melupakan shalat. Pendapat ini ikut pada dua pendapat pertama dalam toleransi mereka dalam soal ini. Inilah pendapat yang dipilih oleh keduanya. Wallahu A'lam.

Kesimpulan:

Dalam mazhab Syafi'i sendiri terdapat pendapat yang menyatakan bolehnya niat sedikit mendahului takbir ini pendapat Abu Manshur bin Mahran. Dengan demikian, maka tidak perlu pindah mazhab lain kalau hanya sekedar bertujuan supaya sanggup niat shalat sedikit lebih awal dari takbirotul ihrom.

Baca juga:

- Panduan Shalat 5 Waktu
- Was-was Ibadah Shalat dan Wudhu

______________________


WARISAN UNTUK ISTRI DAN 4 ANAK KANDUNG

Assalammualaikum Ustadz,

Saya dari bekasi. Ingin menanyakan ihwal waris dalam islam.

Orang bau tanah aku wafat. Pertama Ibu aku wafat tahun 2007, kemudian ayah menikah lagi. Ayah wafat di tahun 2012. Saya memiliki 3 adik, adik aku pertama laki-laki, kedua wanita dan ketiga laki-laki, dan ibu tiri. Yang ingin aku tanyakan bagaimana membagi waris ini. Harta yang ditinggalkan berupa rumah dan lahan tanah yang terdapat di beberapa lokasi. Lalu bagaimana dengan ibu tiri itu, apakah masih mendapat hak juga?

Harta yang ditinggalkan juga berupa rumah kontrakan sebannyak 11 rumah. Bagaimana membaginya?

Kakek dan nenek dari pihak ayah dan ibu sudah wafat

JAWABAN

Cara pembagian waris sebagai berikut:
(a) Istri (ibu tiri anda) mendapat 1/8 (seperdelapan)
(b) Sisanya yang 7/8 dibagikan kepada keempat anak kandung dengan sistem 2:1 untuk pria dan perempuan. Artinya: Dari harta yang 7/8 tersebut kedua anak lelaki mendapat bab masing-masing 2/8, sedang kedua anak wanita masing-masing mendapat 1/8.

Baca detail: Hukum Waris Islam

Sumber https://www.alkhoirot.net
Buat lebih berguna, kongsi:
close