
Gambar ilustrasi dilansir dari malesbanget.com
Tak bisa dipungkiri, masih banyak orang menantang kekuasaan Allah dengan nalar mereka.
Ada di antaranya yang bertanya, “Sungguh tidak masuk akal, bila Allah maha kuasa terhadap segala sesuatu, kemudian mengapa Dia tidak mengakibatkan semua insan baik dan beriman kepada-Nya?”
Terdengar sebagai pertanyaan yang logis, namun menyerupai inilah jawabannya dalam Al-Qur'an!
Perlu diketahui, pertanyaan-pertanyaan menyerupai ini akan mengakibatkan seseorang di dalam keragu-raguan yang tidak akan batasnya, dan yang menjadi kewajiban seorang muslim bahwasanya ialah mengimani takdir/ ketentuan Allah Ta'ala, baiknya ataupun buruknya.
Dan ini ialah keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama'ah, coba perhatikan hadits berikut:
عن زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ رضي الله عنه: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ : "...أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ وَمَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ ...". رواه ابن ماجه
Artinya: "Zaid bin Tsabit radhiyallahu 'anhu berkata: "Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "…(ketahuilah) bahwa apa saja yang telah ditakdirkan untukmu maka tidak akan meleset darimu dan apa saja yang tidak ditakdirkan untukmu maka tidak akan pernah mengenaimu". HR. Ibnu Majah.
Para ulama menyatakan; Bukan termasuk sopan santun yang baik kepada Allah Ta'ala, bila dikatakan bahwa Allah Ta'ala menginginkan keburukan kepada hamba-hamba-Nya, meskipuan Allah-lah yang membuat dan mengadakan hal tersebut.
Para ulama berdalil dengan Firman Allah Ta'ala:
(وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ) [الشعراء:80]
Artinya: "Dan apabila saya sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku". QS. Asy Syu'ara: 80.
Di dalam ayat ini Nabi Ibrahim 'alaihissalam tidak mengatakan: "Dan bila Allah menjadikanku sakit", tetapi ia berkata: "Dan apabila saya sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku".
Begitu juga dikala Allah Ta'ala berfirman ihwal Jin:
(وَأَنَّا لا نَدْرِي أَشَرٌّ أُرِيدَ بِمَنْ فِي الْأَرْضِ أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَداً) [الجن:10]
Artinya: "Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka". QS. Al Jinn: 10.
Di dalam ayat ini, kata أُرِيدَ (dikehendaki), disebutkan dalam bentuk kata kerja mabni lil majhul, artinya tidak disebutkan pelakunya, hal ini dikarenakan sedang menyebutkan ihwal keburukan dan kerusakan, adapun dikala menyebutkan ihwal kebaikan, maka para jin menyandarkannya kepada Allah Ta'ala dan ini termasuk sopan santun mereka kepada Rabb mereka.
Oleh alasannya ialah inilah Ali bin Thalib radhiyallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam pernah berdoa:
وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِى يَدَيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ.
Artinya: "Dan seluruh kebaikan berada di kedua tangan-Mu dan keburukan bukan kepada-Mu". HR. Muslim.
Allah membuat dunia ini sebagai kawasan ujian saja, guna mengetahui siapa yang cocok tinggal di sisi-Nya, dan siapa yang tidak.
Dalam Al Qur’an, Allah telah menjelaskan:
“Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kau (hendak) memaksa insan semoga mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?” (QS. Yunus : 99)
Jelas bahwa Allah menghendaki tidak semua insan beriman. Sebab, telah ada makhluk yang Allah ciptakan dalam keadaan taat dan beriman semuanya, yakni malaikat.
Malaikat tidak mempunyai kehendak bebas, mereka tak punya nafsu, semua malaikat ialah hamba Allah yang beriman dan tidak akan pernah membangkang terhadapNya.
“Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa arogan untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (QS. Al-Anbiya’ : 19-20)
Akan tetapi tidak demikian dengan insan dan jin. Allah membuat insan dan jin mempunyai kehendak bebas di mana kita berhak menentukan segala sesuatu.
Karena kita mempunyai banyak pilihan, banyak kemungkinan, itulah sebabnya Allah menguji kita dengan kehidupan dunia ini.
Ada insan yang kafir, ada yang beriman, ada juga yang munafik. Semuanya hanyalah dilema pilihan kita pribadi, kita ingin berada di golongan yang mana? Bukankah Allah telah memberi kita nalar untuk berpikir dan menentukan dengan cermat.
“Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.” (QS. Yunus : 100)
Semoga kita bisa mempergunakan nalar kita untuk mengimani Allah. Bukannya malah menjauh dari Allah.
Dan ketahuilah bahwa Allah telah memperlihatkan pengarahan kepada kita, untuk tidak memasukkan diri kita di dalam pertanyaaan-pertanyaan menyerupai ini dan hendaklah kita tunduk dan menyerahkan diri, tetapi tetap berusaha.
Allah berfirman:
(لا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ) [الأنبياء:23]
Artinya: "Dia (Allah) tidak ditanya ihwal apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai". QS. Al Anbiya': 23.
Demikian, Wallahu A'lam.
Sumber http://www.wajibbaca.com
Para ulama berdalil dengan Firman Allah Ta'ala:
(وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ) [الشعراء:80]
Artinya: "Dan apabila saya sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku". QS. Asy Syu'ara: 80.
Di dalam ayat ini Nabi Ibrahim 'alaihissalam tidak mengatakan: "Dan bila Allah menjadikanku sakit", tetapi ia berkata: "Dan apabila saya sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku".
Begitu juga dikala Allah Ta'ala berfirman ihwal Jin:
(وَأَنَّا لا نَدْرِي أَشَرٌّ أُرِيدَ بِمَنْ فِي الْأَرْضِ أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَداً) [الجن:10]
Artinya: "Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka". QS. Al Jinn: 10.
Di dalam ayat ini, kata أُرِيدَ (dikehendaki), disebutkan dalam bentuk kata kerja mabni lil majhul, artinya tidak disebutkan pelakunya, hal ini dikarenakan sedang menyebutkan ihwal keburukan dan kerusakan, adapun dikala menyebutkan ihwal kebaikan, maka para jin menyandarkannya kepada Allah Ta'ala dan ini termasuk sopan santun mereka kepada Rabb mereka.
Oleh alasannya ialah inilah Ali bin Thalib radhiyallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam pernah berdoa:
وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِى يَدَيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ.
Artinya: "Dan seluruh kebaikan berada di kedua tangan-Mu dan keburukan bukan kepada-Mu". HR. Muslim.
Jika kemudian ada yang berkata: "Kita melihat di sekitar kita ada yang sakit, ada yang berbuat maksiat, dosa dan keburukan-keburukan lainnya, bagaimana ini?"
Maka dijawab:Allah membuat dunia ini sebagai kawasan ujian saja, guna mengetahui siapa yang cocok tinggal di sisi-Nya, dan siapa yang tidak.
Dalam Al Qur’an, Allah telah menjelaskan:
“Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kau (hendak) memaksa insan semoga mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?” (QS. Yunus : 99)
Jelas bahwa Allah menghendaki tidak semua insan beriman. Sebab, telah ada makhluk yang Allah ciptakan dalam keadaan taat dan beriman semuanya, yakni malaikat.
Malaikat tidak mempunyai kehendak bebas, mereka tak punya nafsu, semua malaikat ialah hamba Allah yang beriman dan tidak akan pernah membangkang terhadapNya.
“Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa arogan untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (QS. Al-Anbiya’ : 19-20)
Akan tetapi tidak demikian dengan insan dan jin. Allah membuat insan dan jin mempunyai kehendak bebas di mana kita berhak menentukan segala sesuatu.
Karena kita mempunyai banyak pilihan, banyak kemungkinan, itulah sebabnya Allah menguji kita dengan kehidupan dunia ini.
Ada insan yang kafir, ada yang beriman, ada juga yang munafik. Semuanya hanyalah dilema pilihan kita pribadi, kita ingin berada di golongan yang mana? Bukankah Allah telah memberi kita nalar untuk berpikir dan menentukan dengan cermat.
“Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.” (QS. Yunus : 100)
Semoga kita bisa mempergunakan nalar kita untuk mengimani Allah. Bukannya malah menjauh dari Allah.
Dan ketahuilah bahwa Allah telah memperlihatkan pengarahan kepada kita, untuk tidak memasukkan diri kita di dalam pertanyaaan-pertanyaan menyerupai ini dan hendaklah kita tunduk dan menyerahkan diri, tetapi tetap berusaha.
Allah berfirman:
(لا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ) [الأنبياء:23]
Artinya: "Dia (Allah) tidak ditanya ihwal apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai". QS. Al Anbiya': 23.
Demikian, Wallahu A'lam.
Sumber http://www.wajibbaca.com
Buat lebih berguna, kongsi: