Pengajian Sistem Sorogan

pesantren salaf yaitu pengajian sorogan.

Sorogan, berasal dari kata sorog (bahasa Jawa), yang berarti menyodorkan, lantaran setiap santri menyodorkan kitabnya di hadapan kyai atau ustadz yang menjadi ajun kyai.

DAFTAR ISI
  1. Pengertian Metode Sorogan
  2. Sejarah Pengajian Sorogan
  3. Berita Pengajian Sorogan
  4. Penelitian wacana Efektivitas Sorogan

PENGERTIAN METODE SOROGAN

Menurut Zamakhsyari Dhofier metode sorogan yaitu “sistem pengajian yang disampaikan kepada murid-murid secara individual”.

Mastuhu mengartikan metode sorogan yaitu “Belajar secara individual di mana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya”.

Dalam buku sejarah pendididkan Islam dijelaskan, metode sorogan yaitu “metode yang santrinya cukup men-sorog-kan (mengajukan) sebuah kitab kepada kyai untuk dibacakan di hadapannya.

Menurut Dr. Manfred Ziemak metode sorogan yaitu : “Pelajaran individual atau kelompok kecil dalam setudi dasar”.
Menurut Karel A. Seenbrink metode sorogan yaitu : “pengajaran individual”.[6]M.H Chirzin menjelaskan metode sorogan yaitu : “Santri menghadap guru seorang demi seorang dengan membawa kitab yang akan dipelajarinya”.

Jadi, pengajian sistem sorogan yaitu Cara penyampaian materi pelajaran dimana kyai atau ustazd mengajar santri seorang demi seorang secara bergilir dan bergantian, santri membawa kitab sendiri-sendiri. Mula-mula kyai mebacakan kitab yang diajarkan kemudian menterjemahkan kata demi kata serta membuktikan maksudnya, setelah itu santri disuruh membaca dan mengulangi menyerupai apa yang tela dilakukan kyai, sehingga setiap santri menguasainya.

Kelemahan dan Kelebihan Metode Sorogan
a) Kelemahan Metode Sorogan
(1) Apabila dipandang dari segi waktu dan tenaga mengajar kurang efektif, lantaran membutuhkan waktu yang relatif lama, apalagi apabila santri yang mengaji berjumlah banyak.
(2) Banyak menuntut kerajinan, ketekunan, keuletan, dan kedisiplinan langsung seorang kyai.
(3) Sistem sorogan dalam pengajaran merupakan sistem yang paling sulit dari seluruh sistem pendidikan islam.
b) Kelebihan Metode Sorogan
(1) Kemajuan individu lebih terjamin lantaran setiap santri sanggup menuntaskan seluruh aktivitas belajarnya sesuai dengan kemampuan individu masing-masing.
(2) Memungkinkan kecepatan berguru para santri, sehingga ada kompetisi sehat antar santri.
(3) Memungkinkan seorang guru mengawasi dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid dalam menguasai pelajarannya.
(4) Memiliki ciri pementingan yang sangat berpengaruh pemahaman tekstual atau literal.


SEJARAH PENGAJIAN SOROGAN

Sistem sorogan ini termasuk berguru secara individual, dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, dan terjadi interaksi saling mengenal di antara keduanya. Sistem sorogan ini terbukti sangat efektif sebagai taraf pertama bagi seorang murid yang bercita-cita menjadi seorang alim. Sistem ini memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid dalam menguasai bahasa aneka macam macam keilmuan agama yang ditulis oleh penulis muslim kurun pertengahan dan dalam bahasa Arab klasik.

Dalam metode sorogan, murid membaca kitab kuning dan memberi makna sementara guru mendengarkan sambil memberi catatan, komentar, atau bimbingan jika diperlukan. Akan tetapi, dalam metode ini, obrolan antara guru dengan murid belum atau tidak terjadi. Metode ini sempurna jika diberikan kepada murid-murid seusia tingkat dasar (ibtidaiyah) dan tingkat menengah (tsanawiyah) yang segala sesuatunya masih perlu diberi atau dibekali.


BERITA PENGAJIAN SOROGAN

Masjid Nabawi Buka Pengajian Sorogan dan Bandongan

"Kegiatan pengajian dengan seorang guru yang membacakan kitab dengan dikelilingi jamaah bandongan), sanggup diikuti oleh semua orang dengan kitab dan keilmuan yang berbeda-beda. AdaFikih ada Hadits dan ada juga Tafsir Alquran," terang Faris.

Pengajian bandongan ini, terang Faris, dilaksanakan usai sholat maktubah di empat sayap bangunan Masjid Nabawi. Pengajian ini sanggup diikuri oleh siapa pun.

Lebih lanjut Faris menyatakan, para jamaah juga sanggup mengaji kepada guru tertentu dengan enyodorkan kitabnya sendiri kepada seorang syeikh (sorogan) yang telah ditunjuk oleh pengelola Masjid Nabawi. (Republika, 11/10/10)


PENELITIAN TENTANG EFEKTIVITAS SISTEM PENGAJIAN SOROGAN

Judul: Efektivitas Metode Soro gan Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Santri dalam Pembelajaran Al-Qu’an di TPQ Bustanul Muta’allimin Dusun Seseh Ngadisepi Gemawang Temanggung, Yogyakarta
Penulis: ROCHMAN SULISTIYO
Level: Skripsi
Tahun: 2012
Universitas: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

ABSTRAK,

Latar belakang penelitian ini yaitu bahwa metode sorogan merupakan satu-
satunya metode yang dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran Al-Qur’an di TPQ
Bustanul Muta’allimin, akan tetapi meskipun hanya memakai satu metode yaitu
metode sorogan, kegiatan pembelajaran di TPQ Bustanul Muta’allimin ini tetap
berjalan dengan efektif dan efisien, hasil dari kegiatan pembelajaran tersebut
mendapat hasil yang baik. Tujuan penelitian iniadalah untuk mengetahui
pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an dengan metode sorogan di TPQ Bustanul
Muta’allimin, untuk mengetahui motivasi berguru santri dalam pembelajaran Al-
Qur’an di TPQ Bustanul Muta’allimin dengan memakai metode sorogan dan
untuk mengetahui efektivitas metode sorogan terhadap peningkatan motivasi belajar
santri.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, metode yang dipakai dalam
kegiatan penelitian ini yaitu metode observasi, wawancara, dokumentasi dan angket.
Analisa data dilakukan dengan cara memperlihatkan makna terhadap data yang sudah
berhasil dikumpulkan, penyajian data yang sudah berhasil dikumpulkan dan
penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian memperlihatkan :

1) Pelaksanaan pembelajaran sorogan Al-Qur’an di TPQ Bustanul Muta’allimin dilaksanakan dengan dibagi menjadi 3 kelas yaitu kelas Ula, Tsani dan Wustho, adapun teknisnya dilaksanakan dengan sistem individual yaitu santri menghadap kyai untuk membaca atau menghafal Al-Qur’an secara bergantian dihadapan ustadz,
2) Motivasi berguru santri dalam pembelajaran Al-Qur’an dengan metode sorogan meningkat,
3) Efekt ivitas Metode Sorogan terhadap peningkatan motivasi berguru santri “Efekt
if” yaitu sanggup diketahui dari peningkatan indikator motivasi berguru menggunakan
analisa rata-rata angket(mean) sebelum dan sehabis menerapkan metode sorogan, peni
ngkatan motivasi berguru yang semula berada pada angka 3,40 meningkat menjadi 3,4
6, kemampuan bacaan Al-Qur’an santri yang semula berada pada angka 2,76 me
ningkat menjadi 3,5, perilaku santri dalam berguru Al-Qur’an yang semula berada pada angka 2,46 meningkat menjadi 3,66.

KESIMPULAN HASIL PENELITIAN

1. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran Al-Qur’an dengan metode sorogan di
TPQ Bustanul Muta’allimin dilaksanakan dengan cara penjabaran kelas yaitu : Kelas Ula (tingkatan kelas terendah) Kelas Tsani (tingkatan kelas menengah), Kelas Wustho (tingkatan kelas tertinggi). Pembagian kelas didasarkan pada tingkat kemampuan masing-masing santri, bukan pada taraf usia santri. sistem sorogan di TPQ Bustanul Muta’allimin hanya dipergunakan dalam tingkat kelas Tsani dan kelas Wustho, pada kelas Ula belum memakai sistem sorogan. Adapun langkah-langkah (cara mengajar) para Ustadz dan Ustadzah di TPQ Bustanul ta’allimin dalam memperlihatkan pengajaran Al-Qur’an dengan metode sorogan intinya memiliki langkah-langkah (cara mengajar) yang sama baik pada tingkatan kelas Tsani maupun Kelas Wustho.

2.Motivasi santri dalam pembelajaran Al-Qur’an dengan memakai metode sorogan mengalami peningkatan, peningkatan tersebut sanggup diketahui dari hal-hal berikut ini :

a. Motivasi berguru santri sebelum diterapkan metode sorogan “rendah” yaitu ditunjukkan dengan angka hasil analisa angket yang memperlihatkan angka 53,33% dan setelah memakai metode sorogan motivasi berguru santri “ tinggi” ditunjukkan dengan angka 66,67%.

b. Meningkatnya minat santri sanggup dilihat dari perilaku santri sebelum menerapkan metode sorogan setelah dianalisa memakai rumus mean memperlihatkan angka 2,46 yang memperlihatkan bahwa motivasi berguru santri “ rendah” dan setelah menerapkan metode sorogan mengalami peningkatan menjadi 3,66 yang memperlihatkan bahwa motivasi berguru santri “tinggi”.

c. Perhatian ustdaz dan ustdazah kepada santri, sebelum menerapkan metode sorogan ustadz terkesan hirau tak hirau terhadap perkembangan santri, setelah menerapkan metode sorogan para ustadz dan ustadzah selalu melihat perkembangan santri, bahkan
melaksanakan pengecekan setiap minggunya. Perhatian yang diberikan oleh ustadz dan ustadzah ini berperngaruh pada peningkatan motivasi santri.

3. Efektivitas Metode Sorogan terhadap peningkatan motivasi berguru santri sanggup dilihat dari beberapa hal berikut ini yaitu :

a. Peningkatan minat santri dalam berguru Al-Qur’an dengan metode sorogan yang memperlihatkan angka 3,4 sebelum menerapkan metode sorogan meningkat menjadi 3,46 setelah memakai metode sorogan. Hal ini memperlihatkan bahwa metode sorogan
“efektif” terhadap peningkatan motivasi berguru santri.

b. Dorongan santri dalam berguru Al-Qur’an setelah menerapkan metode sorogan yang memperlihatkan angka 73,33%. Hal ini memperlihatkan bahwa metode sorogan “efektif” terhadap peningkatan motivasi berguru santri.

c. Peningkatan kemampuan bacaan Al-Qur’an santri sebelum menerapkan metode sorogan memperlihatkan angka 2,76 setelah memakai metode sorogan memperlihatkan angka 3,5. Ha
l inimenunjukkan bahwa metode sorogan “efektif” terhadap peningkatan motivasi berguru santri.

d. Sikap santri dalam berguru Al-Qur’an. Sikap ini ditunjukkan dengan kehadiran santri ke TPQ sebelum menerapkan metode sorogan memperlihatkan angka 2,46 dan setelah menerapkan metode sorogan ditunjukkan dengan perilaku santri dalam berguru Al-Qur’an
menujukkan angka 3,66. Angka tersebut memperlihatkan bahwa metode sorogan “efektif” terhadap peningkatan motivasi berguru santri.
Sumber https://www.alkhoirot.net
Buat lebih berguna, kongsi:
close