Sukses Bisnis Dengan Kerja Dan Doa

BERBISNIS DENGAN KERJA ATAU DOA ATAU KOMBINASI Sukses Bisnis dengan Kerja dan Doa
BERBISNIS DENGAN KERJA ATAU DOA ATAU KOMBINASI

Assalaamu’alaikum.

Pak ustadz, saya mau bertanya. Dalam perjuangan memperoleh rezeki, pendekatan ibarat apa yang harus kita jalani. Yang saya ketahui selama ini, sebutlah sebagai PENDEKATAN PERTAMA, kita bekerja keras dan “bersih”, dan melengkapi diri dengan ilmu yang dibutuhkan untuk pelaksnaan pekerjaan tersebut.

Namun, belakangan ini saya terinfokan adanya pendekatan yang berbeda, sebutlah sebagai PENDEKATAN KEDUA. Dalam pendekatan itu, kita tidak usah terlalu memikirkan pekerjaan kita. Yang dipentingkan ialah pelaksanaan ibadah-ibadah kepada Allah dilaksanakan semaksimal dan sebaik mungkin. Misalnya, sholat 5 waktu dikerjakan di awal waktu, ditambah dengan berjama’ah, tahiyatul masjid, qobliyah, ba’diah. Ditambah lagi dengan sholat tahajjud dan dhuha sebanyak mungkin, tidak sekedar 2 rakaat. Ditambah lagi dengan membaca Al Qur’an tiap hari dan sebanyak mungkin. Ditambah lagi dengan puasa sunnah. Ditambah lagi dengan infaq, yang sedapat mungkin sebesar mungkin. Dari pelaksanaan semua ini nantinya dibutuhkan Allah akan menurunkan rezekinya. Apalagi dengan dilakukannya infaq, maka sudah dipastikan Allah akan membalas sebanyak 700 kali lipat dari apa yang kita keluarkan. Jadi, pada pendekatan ini, dalam mencari rezeki, sikap kita bukan ditujukan kepada prosedur & proses pencarian rezekinya, tetapi lebih diarahkan untuk “memantaskan “ diri kita di hadapan Pemilik Rezeki.

TOPIK SYARIAH ISLAM
  1. BERBISNIS DENGAN KERJA ATAU DOA ATAU KOMBINASI
  2. WARISAN UNTUK CUCU
  3. MIMPI TEMAN MEMINTA MAAF
  4. CARA KONSULTASI AGAMA
Mungkin sebagai ilustrasi, saya mencoba menciptakan analogi begini. Kita ingin pergi ke bulan. Pada pendekatan pertama, kita sibuk mempelajari ilmu mekanika untuk gerak roket, astrofisika untuk memahami posisi bumi & bulan, metalurgi untuk materi logam roket, ilmu elektro dan komputer untuk pengendalian penerbangan roket, ilmu kimia untuk materi bakar roket, dan sebagainya. Sementara, pada pendekatan kedua, kita berkurung diri di musholla, sibuk dengan segala macam ibadah, termasuk berinfaq sebesar-besarnya. Nantinya, tiba-tiba orang Kristen/Amerika menciptakan roket dengan berbekal aneka macam ilmu di atas, kemudian entah lantaran apa dan bagaimana roket tersebut diserahkan kepada kita untuk kita gunakan pergi ke bulan. Kaprikornus di sini kita mempunyai “tangan bersih”, namun sanggup memanfaatkan roket tersebut. Yang “kerja kotor” biar saja orang Kristen/Amerika tersebut.

Selama ini saya condong kepada pendekatan pertama, walaupun apa yang dianjur oleh pendekatan kedua juga sudah saya lakukan. Tetapi tidak ngotot dan maksimal. Misalnya sholat 5 waktu tidak selalu di awal waktu. Qabliyah, ba’diyah, puasa sunnah, sholat tahajjud, sholat dhuha tidak selalu dan/atau tidak tiap hari saya kerjakan. Membaca Al Qur’an, juga tidak tiap hari. Kaprikornus yang saya kerjakan selama ini lebih ‘longgar’, sementara pada pendekatan kedua dikerjakan dengan ‘ngotot’ dan semaksimal mungkin.

1. Nah, yang ingin saya tanyakan, dalam menjalani kehidupan ini, khususnya dalam mencari rezeki, pendekatan yang mana yang seharusnya kita gunakan ? Apakah dengan contoh pendekatan pertama digenapi pendekatan kedua secara lebih longgar, atau pendekatan kedua yang dilaksanakan dengan ketat ? Mohon pencerahannya pak.

Terima kasih. Wassalam.


JAWABAN

1. Jelas pendekatan pertama (digenapi pendekatan kedua secara lebih longgar) yang diajarkan Islam kepada kita dalam mencari rejeki. Pertama, berdasarkan pada QS Al-Jumah 62:9 dan 10
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kau kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jikalau kau mengetahui.

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kau di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kau beruntung.

Dalam kedua ayat ini terang Allah meminta kita semoga berperilaku seimbang antara ibadah dan muamalah (mencari rejeki) dengan keseimbangan secara proporsional. Yang dimaksud proporsional ialah keseimbangan yang bersifat kualitatif, bukan kuantitatif (tidak harus sama dalam jumlah waktunya). Itulah sebabnya, dalam ayat Al-Jumah 62:9 dan 10 di atas, kita diperintahkan untuk berhenti sejenak -- sekitar 30 menit -- dari pekerjaan duniawi untuk melaksakan ibadah ukhrawi yaitu shalat Jumat. Setelah itu pada ayat 10 kita diperintahkan atau dibolehkan untuk melanjutkan aktivitas duniawi kita hingga selesai. Itu artinya, waktu siang selama 12 jam itu tidak hingga 10% yang dipakai untuk ibadah. Namun itu sudah cukup berdasarkan Al-Quran. Waktu 30 menit atau paling usang 60 menit untuk ibadah Jumat itu sudah dianggap proporsional menyeimbangi kerja duniawi selama 11 jam.

Pendekatan kedua yang anda sebutkan ialah pendekatan yang dipelopori oleh Ustadz Yusuf Mansyur. Dalam pendekatan tersebut terdapat beberapa hal yang perlu dievaluasi, antara lain: (a) Memberikan infak sedekah dengan keinginan mendapat akhir berlipat secara eksklusif di dunia; dan banyak beribadah sunnah dengan keinginan lancar rejeki. Kedua hal ini (infak dan shalat sunnah) ialah ibadah murni yang semestinya dilakukan secara nrimo untuk mendapat ridho Allah semata, bukan untuk tujuan duniawi. (b) Mencari rejeki duniawi dengan cara ukhrawi (shalat sunnah dan sedekah) agak sedikit bertentangan dengan sunnatullah atau pakem yang berlaku dalam dilema duniawi. Di mana Allah terang menyuruh insan untuk bekerja secara fisik ibarat disebut dalam ayat 62:10 di atas. Ustadz YM sendiri sebagai pencetus gerakan ini juga lebih banyak bekerja (sebagai penceramah di samping berbisnis) daripada beribadah.

Kelancaran memperoleh harta sanggup didapat dengan kerja keras bahkan tanpa ibadah. Dan itu kasatmata terjadi dalam sejarah masa kemudian dan masa sekarang. Banyak orang kaya walaupun ia non-muslim; atau muslim yang fasiq. Oleh lantaran itu, ibadah hendaknya dijadikan sebagai penyeimbang dan penguat batin semoga sanggup mengontrol harta yang diperoleh dan tetap taat dalam gemerlapnya dunia, bukan dibentuk untuk dijadikan alat mencari rejeki.

Dan beribadah sebagai sarana untuk penguat dogma dan hati dalam rangka untuk memperbaiki budpekerti pada Allah dan sesama insan ialah tujuan utama seorang muslim. Dalam hadis sahih riwayat Al-Bazzar dari Abu Hurairah Nabi bersabda:

إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
Artinya: Aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.

Dalam hadits riwayat Tirmidzi dan Hakim Nabi bersabda:

أكثر ما يدخل الناس الجنة، تقوى اللّه وحسن الخلق
Artinya: Perkara yang menciptakan insan masuk nirwana ialah takwa dan budpekerti yang baik.

Baca juga:

- Mengapa Kafir Kaya Raya Sedang Muslim Hidup Sengsara?
- Rejeki, Jodoh, Mati Sudah Ditentukan?
- Doa Lancar Rejeki

______________________


WARISAN UNTUK CUCU

Assalamu'alaikum we. wb
Maaf sebelumnya, saya ingin bertanya, saya pria dari temanggung-jawa tengah, orang bau tanah saya punya anak 4, 3 laki2 &1 perempuan, yang anak pertama laki2, kedua perempuan, ketiga laki2 (saya ), keempat laki, semua dah berkeluarga dan punya anak,

Kemudian pada tahun 1991 anak orang bau tanah saya yang pertama meninggal dunia, dan punya anak 1 perempuan, jadi anak orang bau tanah saya tinggal tiga orang, 1 perempuan, dua laki,

Kemudian pada tahun 2015 ayah saya meninggal , yang akan saya tanyakan ialah ihwal pembagian warisan,

1. apakah cucu wanita dari anak laki2/anak pertama yang meninggal dari orang bau tanah saya, mendapat warisan atau tidak, kalau dapat, berapa bagiannya,
2. terus ibu saya sanggup berapa
Mohon penjelasannya, terimakasih sebelumnya

Wassalamu alaikum wr wb.

JAWABAN

1. Cucu tidak mendapat warisan dari harta kakeknya selagi masih ada anak kandung.
2. Ibu anda dengan status sebagai istri almarhum mendapat penggalan 1/8 Baca detail: Hukum Waris Islam

______________________


MIMPI TEMAN MEMINTA MAAF

bismillahirrohmanirrohim
assalamu'alaikum .

saya ingin konsultasi mengenai mimpi saya. saya bermimpi sahabat yang kini berseteru dengan saya ,ia sadar dan menyadari kesalahannya, ibarat minta maaf dan meyakini saya. namun, anehnya ia tidak mengenakan hijabnya. apakah maksud dari mimpi saya ?
mohon jawabannya.

syukron.

JAWABAN

Ia ingin berbaik hati dengan anda asalkan anda melaksanakan pendekatan yang baik dengan dia. Baca detail: Mimpi dalam Islam


Sumber https://www.alkhoirot.net
Buat lebih berguna, kongsi:

Trending Kini: