
Walisongo via coretan-fuad.blogspot.com
Yuk nonton bersama kumpulan film wali songo, kita juga akan menerima banyak pelajaran dan menambah wawasan kita perihal sejarah wali songo.
Walisongo” berarti sembilan orang wali” Mereka ialah sunan gresik, sunan ampel, sunan bonang, sunan drajat, sunan kalijaga, sunan kudus, sunan muria, sunan gunung jati, sunan giri. Berikut kami akan menampilkan film wali songo.
Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada kala ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Disini kami akan menampilkan 3 film wali songo, yaitu: Sejarah Penyebaran Agama Islam Di Tanah Jawa, Adu Kesaktian Sunan Kalijaga dan Siti Jenar, dan Akhir Kesaktian Prabu Cakraningrat. Yuk tonton film wali songo bersama-sama.
Kumpulan Film Wali Songo:
1. Sejarah Penyebaran Agama Islam Di Tanah Jawa
Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada kala ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo ialah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka ialah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, menciptakan para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
Seorang anak priyayi yang berjulukan Raden Mas Said tercenung melihat sebuah keluarga miskin, yang seluruhnya menderita penyakit busung lapar. Merasa prihatin akan kondisi ini, anak ini tetapkan turun tangan untuk menolong mereka. Ia belakang layar mengambil sekantong makanan dari lumbung persediaan milik orangtuanya. Sayangnya jalan pikiran kaum pintar balig cukup akal tak bisa mencerna niat mulia sang anak.
Orangtua Raden Mas Said, Tumenggung Wilarikta, petinggi Majapahit di wilayah Tuban memergoki agresi itu. Di mata Wilarikta, perbuatan putra sulungnya ialah suatu bentuk penjarahan dan itu tak bisa dimaafkan olehnya. Raden Mas Said pun akhirnya diberi eksekusi disekap di gudang makanan tersebut. Sejak insiden itu, Raden Mas Said tak lagi betah di rumahnya.
Setelah insiden tersebut ia berkelana dari satu kawasan ke kawasan lain. Sepanjang perjalanan, Raden Mas Said melihat sendiri betapa banyaknya korupsi dan penyelewangan kekuasaan yang dilakukan oleh para lurah yang diberi mandat untuk memerintah di kawasan kekuasaan masing-masing, dan alhasil betapa tertindasnya rakyat oleh perbuatan itu. Tapi dikala ia melaporkan apa yang dilihatnya kepada sang ayah, sekali lagi dunia tak berpihak padanya. Raden Mas Said justru dituding sebagai mengembangkan fitnah yang tidak-tidak.
Raden Mas Said akhirnya menjalani hidup sebagai perampok. Beruntung ia kemudian berjumpa dengan Sunan Bonang, yang berhasil menginsyafkannya, sekaligus menjadi gurunya. Raden Mas Said diperintahkan untuk melaksanakan tapa di pinggir kali dan menjaga tongkat Sunan Bonang, sampai Sunan Bonang tiba menemuinya untuk mengambil tongkatnya. Penantian panjang di tepian kali itu sampai lumut dan akar tumbuh menyelimuti tubuhnya menjadikan Raden Mas Said memperoleh nur, cahaya Ilahi. Tapanya bertahun-tahun itu memberinya gelar Sunan Kalijaga.
Sunan Gunung Jati, tokoh ini ialah tokoh sejarah dan satu dari sembilan wali di Jawa, namun pendekatan film ini lebih menjurus pada legenda. Sunan Gunung Jati alias Syarif Hidayatullah, dalam film ini dikisahkan sebagai cucu Prabu Siliwangi yang semenjak kecil bermukim di Mesir bersama orang tuanya. Ibunya ingin ia mengabdikan diri untuk syiar agama di tanah kelahirannya, Cirebon. Berbagai mujizat untuk menolong rakyat Cirebon dilakukannya, sambil untuk meyakinkan pentingnya percaya pada Allah.
Kemudian ia diangkat sebagai tumenggung. Pada posisi ini ia terpaksa berhadapan dengan Raja Cakraningrat dari kerajaan Galuh. Sunan tak mau lagi memberi upeti. Peperangan terjadi. Sunan dibantu pula oleh Sultan Demak, Tranggono. Karena Cakraningrat tak bisa kalah, Sunan mengutus Nyimas Gandasari, muridnya, untuk mencuri jimat kesaktian Cakraningrat. Maka kesaktian Sunan mengakhiri perang.
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah ialah putra Syarif Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai sentra dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang berjulukan Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan mengembangkan agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.
Nah, itulah kumpulan film wali songo. Selamat menonton kisah-kisah wali songo.
Sumber http://www.wajibbaca.com
2. Adu Kesaktian Sunan Kalijaga dan Siti Jenar
Seorang anak priyayi yang berjulukan Raden Mas Said tercenung melihat sebuah keluarga miskin, yang seluruhnya menderita penyakit busung lapar. Merasa prihatin akan kondisi ini, anak ini tetapkan turun tangan untuk menolong mereka. Ia belakang layar mengambil sekantong makanan dari lumbung persediaan milik orangtuanya. Sayangnya jalan pikiran kaum pintar balig cukup akal tak bisa mencerna niat mulia sang anak.
Orangtua Raden Mas Said, Tumenggung Wilarikta, petinggi Majapahit di wilayah Tuban memergoki agresi itu. Di mata Wilarikta, perbuatan putra sulungnya ialah suatu bentuk penjarahan dan itu tak bisa dimaafkan olehnya. Raden Mas Said pun akhirnya diberi eksekusi disekap di gudang makanan tersebut. Sejak insiden itu, Raden Mas Said tak lagi betah di rumahnya.
Setelah insiden tersebut ia berkelana dari satu kawasan ke kawasan lain. Sepanjang perjalanan, Raden Mas Said melihat sendiri betapa banyaknya korupsi dan penyelewangan kekuasaan yang dilakukan oleh para lurah yang diberi mandat untuk memerintah di kawasan kekuasaan masing-masing, dan alhasil betapa tertindasnya rakyat oleh perbuatan itu. Tapi dikala ia melaporkan apa yang dilihatnya kepada sang ayah, sekali lagi dunia tak berpihak padanya. Raden Mas Said justru dituding sebagai mengembangkan fitnah yang tidak-tidak.
Raden Mas Said akhirnya menjalani hidup sebagai perampok. Beruntung ia kemudian berjumpa dengan Sunan Bonang, yang berhasil menginsyafkannya, sekaligus menjadi gurunya. Raden Mas Said diperintahkan untuk melaksanakan tapa di pinggir kali dan menjaga tongkat Sunan Bonang, sampai Sunan Bonang tiba menemuinya untuk mengambil tongkatnya. Penantian panjang di tepian kali itu sampai lumut dan akar tumbuh menyelimuti tubuhnya menjadikan Raden Mas Said memperoleh nur, cahaya Ilahi. Tapanya bertahun-tahun itu memberinya gelar Sunan Kalijaga.
3. Akhir Kesaktian Prabu Cakraningrat
Sunan Gunung Jati, tokoh ini ialah tokoh sejarah dan satu dari sembilan wali di Jawa, namun pendekatan film ini lebih menjurus pada legenda. Sunan Gunung Jati alias Syarif Hidayatullah, dalam film ini dikisahkan sebagai cucu Prabu Siliwangi yang semenjak kecil bermukim di Mesir bersama orang tuanya. Ibunya ingin ia mengabdikan diri untuk syiar agama di tanah kelahirannya, Cirebon. Berbagai mujizat untuk menolong rakyat Cirebon dilakukannya, sambil untuk meyakinkan pentingnya percaya pada Allah.
Kemudian ia diangkat sebagai tumenggung. Pada posisi ini ia terpaksa berhadapan dengan Raja Cakraningrat dari kerajaan Galuh. Sunan tak mau lagi memberi upeti. Peperangan terjadi. Sunan dibantu pula oleh Sultan Demak, Tranggono. Karena Cakraningrat tak bisa kalah, Sunan mengutus Nyimas Gandasari, muridnya, untuk mencuri jimat kesaktian Cakraningrat. Maka kesaktian Sunan mengakhiri perang.
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah ialah putra Syarif Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai sentra dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang berjulukan Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan mengembangkan agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.
Nah, itulah kumpulan film wali songo. Selamat menonton kisah-kisah wali songo.
Sumber http://www.wajibbaca.com
Buat lebih berguna, kongsi: