Pak ustad saya mau tanya apa solusinya untuk anggota keluarga yang sering membicarakan perihal anggota keluarganya yang lain. apakah seharusnya kita memutuskan tali persaudaraan saja apa kita gimana? Terima kasih
TOPIK KONSULTASI ISLAM
- MENYIKAPI KERABAT YANG SUKA GHIBAH
- WAS-WAS NAJIS YANG SUDAH LAMA
- HARTA PENINGGALAN AYAH DIAMBIL MANTAN ISTRI YANG SUDAH DICERAI
- PAMAN MENUNTUT WARISAN BAPAK IBU KAMI YANG WAFAT
- CARA KONSULTASI SYARIAH ISLAM
JAWABAN
Menghindari dosa (ghibah) dengan dosa yang lain (putus silaturahmi) bukanlah solusi.
Cara terbaik yakni mengikuti saran dari Imam Nawawi dalam kitab Al-Adzkar hlm. 1/790 sebagai berikut:
اعلم أن الغيبة كما يحرم على المغتاب ذكرها، يحرم على السامع استماعها وإقرارها، فيجب على من سمع إنسانا يبتدئ بغيبة محرمة أن ينهاه إن لم يخف ضررا ظاهرا، فإن خافه وجب عليه الإنكار بقلبه ومفارقة ذلك المجلس إن تمكن من مفارقته، فإن قدر على الإنكار بلسانه أو على قطع الغيبة بكلام آخر لزمه ذلك، فإن لم يفعل عصى .. ومتى اضطر إلى المقام في ذلك المجلس الذي فيه الغيبة وعجز عن الإنكار أو أنكر فلم يقبل منه ولم يمكنه المفارقة بطريق حرم عليه الاستماع والإصغاء للغيبة، بل طريقه أن يذكر الله تعالى بلسانه وقلبه، أو بقلبه، أو يفكر في أمر آخر ليشتغل عن استماعها، ولا يضره بعد ذلك السماع من غير استماع وإصغاء في هذه الحالة المذكورة، فإن تمكن بعد ذلك من المفارقة وهم مستمرون في الغيبة ونحوها وجب عليه المفارقة
Artinya: Ghibah haram dilakukan oleh pelaku ghibah, dan haram mendengarkan ghibah dan mengakuinya. Maka wajib bagi pendengar ghibah yang haram untuk mencegahnya apabila tidak kuatir sanggup membahayakan dirinya secara zhahir. Apabila takut, maka wajib baginya ingkar dalam hati dan meninggalkan majelis (tempat) tersebut apabila memungkinkan. Apabila bisa ingkar dengan lisannya atau dengan memotong ghibah dengan ucapan (topik) yang lain maka wajib melaksanakan hal itu. Apabila tidak melakukannya maka ia berdosa.
Apabila seseorang membutuhkan tinggal di kawasan yang ada sikap ghibah dan ia tidak bisa untuk ingkar atau kalau ingkar maka ia tidak diterima dan tidak memungkinkan untuk mufaroqoh (meninggalkan tempat) sama sekali, maka haram baginya mendengarkan ghibah dengan cara berdzikir pada Allah dengan verbal dan hatinya atau dengan hatinya saja atau berfikir perihal hal lain sehingga tidak sempat mendengarkan isi ghibah. Apabila demikian, maka tidak apa-apa mendengarkan ghibah tanpa benar-benar mendengarkan. Apabila sehabis itu memungkinkan untuk meninggalkan kawasan sedangkan mereka terus melaksanakan ghibah dan semacamnya maka wajib meninggalkan kawasan (mufaraqah).
Baca detail: Ghibah dalam Islam
___________________
WAS-WAS NAJIS YANG SUDAH LAMA
Saya mau bertanya, misalkan kita melihat si A memegang najis ( noda haid ) . Lalu A tidak peduli dgn hal itu, dan malah memegang benda lain (HP) . Otomatis benda itu ikut najis.
Pertanyaan
1) saya mengalami hal tersebut tapi sudah usang sekali ( beberapa bulan yg kemudian ) Apakah kita harus menganggap A najis selamanya ?
2) Apalagi misalkan kita beraktivitas dengan orang tersebut. Apakah saya harus mrnghindari kontak dengannya? Bagaimana cara menanggapinya?
3) Saya mengalami hal tersebut, tapi saya berpikir kasatmata dgn A ( ibarat si A ga najis , ia ga nyentuh najis/tangannya kering nodanya kering) , tetapi juga pikiran saya muncul lagi kalo si A menyentuh najis . Makara ada 2 pedoman ibarat itu. Itu menciptakan saya bingung. Dan, saya harus bagaimana?
4) apakah menganggap orang najis itu dosa?? Dan apa yg harus saya perbuat.?
5) saya pernah bertanya pada teman saya, dan ia menjawab "tidak apa apa, higienis kok. Kamu ga boleh gitu" tetapi pikiran saya menolak itu. Dan itu menciptakan saya bingung. Apa yg harus saya lakukan?
6) gres kali ini dalam seumur hidup saya, mengalami hal ibarat ini, saya takut terjadi sampai saya cukup umur nanti. Apa penyebab dari hal tersebut?
Kan kita dihentikan menyalahkan islam.
Tolong dijawab, terima kasih
Saya tidak mau ibarat ini terus
Wassalam
JAWABAN
1. Najis itu gres menular ke benda lain apabila berair salah satu dari kedua benda itu atau keduanya. Najis itu hilang apabila tersiram air. Karena A niscaya mandi setiap hari, maka otomatis najis itu hilang darinya.
2. Tidak perlu menghindari kontak dengannya. Seperti disebut di no.1, najis itu hilang apabila tersiram air ketika mandi atau berwudhu.
3. Lihat poin 1: taruhlah A najis maka kini sudah niscaya tidak najis lantaran najisnya sudah terkena air mandi. Kecuali kalau ia tidak pernah mandi.
4. Tidak boleh menganggap orang lain najis kecuali kalau kita melihat ada najis di badannya. Ragu-ragu terhadap kemungkinan adanya najis itu dianggap tidak ada dan statusnya kembali pada aturan asal seorang insan yaitu suci. Berdasarkan kaidah fikih : "Keyakinan tidak hilang lantaran adanya keraguan." Yakin sifatnya fakta, sedang keraguan dasarnya asumsi, dalam hal ini maka fakta yang menang.
5. Sikap anda harus menurut pada balasan poin 4. Yakni, selagi tidak tampak najis di tubuh seseorang atau pada suatu benda, maka hukumnya yakni suci lantaran itu faktanya. Sedangkan perkiraan anda tidak dianggap.
6. Penyebabnya yakni lantaran anda was-was soal najis. Dan was-was najis itu disebabkan lantaran kurang faham ilmu agama. Baca detail: Najis dan Cara Menyucikan
Baca juga:
- Hukum Cipratan Air Bekas Menyucikan Najis
- Shalat dalam Keadaan Najis
- Was was Najis Anjing Masa Lalu
- Was-was Najis Anjing dan Babi
- Hukum Percikan Najis Kencing
- Najis Anjing Selain Air Liur
___________________
HARTA PENINGGALAN AYAH DIAMBIL MANTAN ISTRI YANG SUDAH DICERAI
assalamualikum ayah saya meninggal tanggal 14 november 2014 adapun hebat warisnya:
1. Ibu saya tapi sudah cerai
2. Anak wanita 1 orang 24 thn sudah menikah punya 1 anak perempuan
3. Anak laki laki 18 thn
bagaiman pembagiaan nya dan bagaimana hkumnya jikalau semua warisan terseut diambil oleh ibu saya yang sudah bercerai dengan ayah
Trimakasih wassalamualaikum
JAWABAN
Kalau ayah dan ibu dari almarhum (berarti kakek nenek anda dari ayah) sudah wafat, maka yang berhak menerima warisan hanya anak kandung yakni kedua anak (laki2 dan perempuan). Di mana anak2 laki2 menerima belahan dua kali lipat dari anak perempuan. Caranya: jadikan harta warisan tersebut menjadi tiga; 2 belahan untuk anak lelaki dan 1 belahan untuk anak perempuan.
Istri yang dicerai sebelum suami wafat tak berhak menerima warisan. Kalau ia menguasai warisan, maka kedua anak kandung bisa memintanya dengan baik-baik kalau menolak bisa menuntut ke pengadilan.
Baca detail: Hukum Waris Islam
___________________
PAMAN MENUNTUT WARISAN BAPAK IBU KAMI YANG WAFAT
Asaalamu'alaikum.. Saya ingin menanyakan soal pembagian harta warisan bapak dan ibu kami yang sudah meninggal yang dituntut oleh adik kandung ibu kami. Orang bau tanah kami meninggalkan 3 anak wanita yang sudah menikah, dan meninggalkan 8 cucu yang terdiri dari 5 cucu wanita dan 3 cucu laki-laki. Bapak kami sudah usang meninggal, dan tidak usang ini ibu kami pun meninggal dunia. Sebelum ibu kami meninggal, 3 tahun yang kemudian ibu kami telah memberi perhiasan, sawah dan rumah kepada kami yang dibagikan secara merata untuk kami bertiga.
Tidak beberapa usang ibu kami meninggal, adik dari ibu kami menuntut harta warisan atas ibu kami, dan adik ibu kami ini meminta atas perhiasan, sawah dan rumah yang telah diberi ibu kami 3 tahun yang kemudian ke kami. Sedangkan harta yang belum dibagikan yakni uang yang ada di tabungan ibu kami. Dan di tabungan ibu kami, tidak seutuhnya uang ibu kami lantaran ada uang pensiun alm. Bapak kami.
Pertanyaannya :
1. Apakah proteksi ibu kami atas perhiasan, sawah dan rumah merupakan harta warisan ?
2. Apakah adik kandung ibu kami berhak atas proteksi perhiasan, sawah dan rumah yang telah diberi oleh ibu kami ?
3. Apakah adik kandung ibu kami berhak atas uang tabungan yang dimiliki almarhumah ibu kami ? Jika iya, berapa belahan adik ibu sanggup ?
JAWABAN
1. Bukan harta warisan. Itu namanya hibah. Baca detail: Hibah dalam Islam
2. Tidak berhak.
3. Iya, kalau memang ibu anda mempunyai harta warisan maka adik kandungnya berhak menerima warisan. Pembagian warisannya yakni sebagai berikut:
(a) 3 anak wanita menerima 2/3 (dua pertiga)
(c) Sisa yang 1/3 (sepertiga) diberikan kepada adik kandung ibu anda.
Catatan:
- Bagian saudara kandung ibu anda yakni harta yang menjadi milik ibu anda 100%. Adapun harta yang menjadi peninggalan ayah, maka paman anda tidak menerima belahan apapun.
- Pembagian warisan di atas apabila kakek dan nenek dari ibu sudah wafat. Apabila mereka masih hidup, maka mereka juga menerima belahan masing-masing 1/6.
Baca detail: Hukum Waris Islam
Sumber https://www.alkhoirot.net
Baca detail: Ghibah dalam Islam
___________________
WAS-WAS NAJIS YANG SUDAH LAMA
Saya mau bertanya, misalkan kita melihat si A memegang najis ( noda haid ) . Lalu A tidak peduli dgn hal itu, dan malah memegang benda lain (HP) . Otomatis benda itu ikut najis.
Pertanyaan
1) saya mengalami hal tersebut tapi sudah usang sekali ( beberapa bulan yg kemudian ) Apakah kita harus menganggap A najis selamanya ?
2) Apalagi misalkan kita beraktivitas dengan orang tersebut. Apakah saya harus mrnghindari kontak dengannya? Bagaimana cara menanggapinya?
3) Saya mengalami hal tersebut, tapi saya berpikir kasatmata dgn A ( ibarat si A ga najis , ia ga nyentuh najis/tangannya kering nodanya kering) , tetapi juga pikiran saya muncul lagi kalo si A menyentuh najis . Makara ada 2 pedoman ibarat itu. Itu menciptakan saya bingung. Dan, saya harus bagaimana?
4) apakah menganggap orang najis itu dosa?? Dan apa yg harus saya perbuat.?
5) saya pernah bertanya pada teman saya, dan ia menjawab "tidak apa apa, higienis kok. Kamu ga boleh gitu" tetapi pikiran saya menolak itu. Dan itu menciptakan saya bingung. Apa yg harus saya lakukan?
6) gres kali ini dalam seumur hidup saya, mengalami hal ibarat ini, saya takut terjadi sampai saya cukup umur nanti. Apa penyebab dari hal tersebut?
Kan kita dihentikan menyalahkan islam.
Tolong dijawab, terima kasih
Saya tidak mau ibarat ini terus
Wassalam
JAWABAN
1. Najis itu gres menular ke benda lain apabila berair salah satu dari kedua benda itu atau keduanya. Najis itu hilang apabila tersiram air. Karena A niscaya mandi setiap hari, maka otomatis najis itu hilang darinya.
2. Tidak perlu menghindari kontak dengannya. Seperti disebut di no.1, najis itu hilang apabila tersiram air ketika mandi atau berwudhu.
3. Lihat poin 1: taruhlah A najis maka kini sudah niscaya tidak najis lantaran najisnya sudah terkena air mandi. Kecuali kalau ia tidak pernah mandi.
4. Tidak boleh menganggap orang lain najis kecuali kalau kita melihat ada najis di badannya. Ragu-ragu terhadap kemungkinan adanya najis itu dianggap tidak ada dan statusnya kembali pada aturan asal seorang insan yaitu suci. Berdasarkan kaidah fikih : "Keyakinan tidak hilang lantaran adanya keraguan." Yakin sifatnya fakta, sedang keraguan dasarnya asumsi, dalam hal ini maka fakta yang menang.
5. Sikap anda harus menurut pada balasan poin 4. Yakni, selagi tidak tampak najis di tubuh seseorang atau pada suatu benda, maka hukumnya yakni suci lantaran itu faktanya. Sedangkan perkiraan anda tidak dianggap.
6. Penyebabnya yakni lantaran anda was-was soal najis. Dan was-was najis itu disebabkan lantaran kurang faham ilmu agama. Baca detail: Najis dan Cara Menyucikan
Baca juga:
- Hukum Cipratan Air Bekas Menyucikan Najis
- Shalat dalam Keadaan Najis
- Was was Najis Anjing Masa Lalu
- Was-was Najis Anjing dan Babi
- Hukum Percikan Najis Kencing
- Najis Anjing Selain Air Liur
___________________
HARTA PENINGGALAN AYAH DIAMBIL MANTAN ISTRI YANG SUDAH DICERAI
assalamualikum ayah saya meninggal tanggal 14 november 2014 adapun hebat warisnya:
1. Ibu saya tapi sudah cerai
2. Anak wanita 1 orang 24 thn sudah menikah punya 1 anak perempuan
3. Anak laki laki 18 thn
bagaiman pembagiaan nya dan bagaimana hkumnya jikalau semua warisan terseut diambil oleh ibu saya yang sudah bercerai dengan ayah
Trimakasih wassalamualaikum
JAWABAN
Kalau ayah dan ibu dari almarhum (berarti kakek nenek anda dari ayah) sudah wafat, maka yang berhak menerima warisan hanya anak kandung yakni kedua anak (laki2 dan perempuan). Di mana anak2 laki2 menerima belahan dua kali lipat dari anak perempuan. Caranya: jadikan harta warisan tersebut menjadi tiga; 2 belahan untuk anak lelaki dan 1 belahan untuk anak perempuan.
Istri yang dicerai sebelum suami wafat tak berhak menerima warisan. Kalau ia menguasai warisan, maka kedua anak kandung bisa memintanya dengan baik-baik kalau menolak bisa menuntut ke pengadilan.
Baca detail: Hukum Waris Islam
___________________
PAMAN MENUNTUT WARISAN BAPAK IBU KAMI YANG WAFAT
Asaalamu'alaikum.. Saya ingin menanyakan soal pembagian harta warisan bapak dan ibu kami yang sudah meninggal yang dituntut oleh adik kandung ibu kami. Orang bau tanah kami meninggalkan 3 anak wanita yang sudah menikah, dan meninggalkan 8 cucu yang terdiri dari 5 cucu wanita dan 3 cucu laki-laki. Bapak kami sudah usang meninggal, dan tidak usang ini ibu kami pun meninggal dunia. Sebelum ibu kami meninggal, 3 tahun yang kemudian ibu kami telah memberi perhiasan, sawah dan rumah kepada kami yang dibagikan secara merata untuk kami bertiga.
Tidak beberapa usang ibu kami meninggal, adik dari ibu kami menuntut harta warisan atas ibu kami, dan adik ibu kami ini meminta atas perhiasan, sawah dan rumah yang telah diberi ibu kami 3 tahun yang kemudian ke kami. Sedangkan harta yang belum dibagikan yakni uang yang ada di tabungan ibu kami. Dan di tabungan ibu kami, tidak seutuhnya uang ibu kami lantaran ada uang pensiun alm. Bapak kami.
Pertanyaannya :
1. Apakah proteksi ibu kami atas perhiasan, sawah dan rumah merupakan harta warisan ?
2. Apakah adik kandung ibu kami berhak atas proteksi perhiasan, sawah dan rumah yang telah diberi oleh ibu kami ?
3. Apakah adik kandung ibu kami berhak atas uang tabungan yang dimiliki almarhumah ibu kami ? Jika iya, berapa belahan adik ibu sanggup ?
JAWABAN
1. Bukan harta warisan. Itu namanya hibah. Baca detail: Hibah dalam Islam
2. Tidak berhak.
3. Iya, kalau memang ibu anda mempunyai harta warisan maka adik kandungnya berhak menerima warisan. Pembagian warisannya yakni sebagai berikut:
(a) 3 anak wanita menerima 2/3 (dua pertiga)
(c) Sisa yang 1/3 (sepertiga) diberikan kepada adik kandung ibu anda.
Catatan:
- Bagian saudara kandung ibu anda yakni harta yang menjadi milik ibu anda 100%. Adapun harta yang menjadi peninggalan ayah, maka paman anda tidak menerima belahan apapun.
- Pembagian warisan di atas apabila kakek dan nenek dari ibu sudah wafat. Apabila mereka masih hidup, maka mereka juga menerima belahan masing-masing 1/6.
Baca detail: Hukum Waris Islam
Sumber https://www.alkhoirot.net
Buat lebih berguna, kongsi:
