Rumah Tangga Selalu Konflik Bolehkah Bercerai?

Rumah Tangga Selalu Konflik Bolehkah Bercerai Rumah Tangga Selalu Konflik Bolehkah Bercerai?
RUMAH TANGGA SELALU KONFLIK BOLEHKAH BERCERAI?

Assalamualaikum.wr.wb
Saya seorang perempuan berusia 28 tahun sudah menikah hampir 7 bulan. Tetapi di bulan yang ke 4 saya sudah pisah ranjang dengan suami selama 3 bulan ini dan kini saya tinggal dengan orang bau tanah saya. Pada awal pernikahan, sebetulnya sudah terlihat bahwa suami tidak perhatian dengan istri alasannya yaitu sesudah program resepsi di rumah mertua, saya disuruh pulang sendiri dengan membawa 2 tas besar. Untung dikala itu orang bau tanah saya tiba ke rumah suami jadi saya sanggup pulang dengan orang tua. Orang bau tanah saya tahu wacana insiden tersebut dan orang bau tanah saya menjadi tidak suka dengan suami saya.

TOPIK KONSULTASI ISLAM
  1. RUMAH TANGGA SELALU KONFLIK BOLEHKAH BERCERAI?
  2. SELALU RAGU-RAGU SAAT IBADAH
  3. CARA KONSULTASI SYARIAH ISLAM

Saya tetap menjalani janji nikah ini dengan impian suami saya sanggup berubah. Saya dan suami hanya sanggup bertemu 1 ahad sekali alasannya yaitu kota kawasan kami bekerja berbeda dengan jarak yang tidak begitu jauh (1,5 jam perjalanan). Saat kami belum menikah kami sudah berkomitmen bahwa saya gres akan pindah ke rumah suami sesudah saya menerima pekerjaan, tetapi selama janji nikah suami selalu membujuk saya untuk berhenti bekerja atau tidak memperpanjang kontrak di kawasan saya bekerja tapi saya menolaknya alasannya yaitu komitmen yang sudah kami buat sebelum menikah tetapi suami selalu saja membahas problem tersebut.
Pertimbangan saya menolak undangan suami alasannya yaitu sulitnya mencari pekerjaan di kota kawasan suami tinggal apalagi dengan faktor usia saya yang sudah hampir 30 dan dengan status sudah menikah. Apabila saya berhenti bekerja, pendapatan dari suami tidak sanggup mencukupi kebutuhan kami berdua dengan kondisi semua harga kebutuhan naik. Selain itu kami pernah berkomitmen bahwa saya 1 ahad sekali pulang ke rumah suami dan saya minta suami juga sering ke rumah saya (seminggu sekali) dengan pertimbangan beliau mengendarai kendaraan dengan jarak rumah kami yang tidak terlalu jauh (1,5 jam perjalanan sedangkan saya harus naik kendaraan umum tiap minggu. Awalnya suami menyanggupinya tetapi itu hanya berlangsung selama 1 minggu. Minggu berikutnya beliau meminta 2 ahad sekali ke rumah dengan alasan capek sesudah bekerja. Akhirnya saya tetap menyerah 1 ahad sekali pulang ke rumah suami dan itu berlangsung selama kami menikah.

Akan tetapi usang kelamaan para tetangga di sekitar rumah saya mulai bertanya wacana suami saya yang tidak terlihat di rumah saya dikala simpulan minggu, dengan sedikit berkilah saya menjawab suami seminggu sekali ke rumah. Padahal yang sebetulnya terjadi yaitu suami saya tidak pernah ke rumah saya kecuali saya sms dan saya minta untuk menjemput saya, itupun saya tidak minta setiap ahad sehingga saya lebih sering mengendarai kendaraan umum dikala pulang ke rumah suami saya tiap minggu. Tetapi saya usang kelamaan tidak sanggup bolak balik dengan keadaan ibarat itu dan orang bau tanah saya jadi sering berbohong ke tetangga dikala ditanya wacana menantunya, saya jadi murung melihat dan mendengar omongan tetangga yang menyakiti hati orang bau tanah saya. Akhirnya saya minta suami biar sanggup lebih sering ke rumah saya (3 - 4 kali dalam seminggu) apabila tidak capek.

Tetapi suami saya menolak dengan alasan takut sakit apabila sering bolak balik ke rumah saya. Dari alasan tersebut saya menangkap bahwa beliau yaitu laiki - laki yang tidak mau berkorban demi istrinya, padahal dikala itu terhitung gres 1 bulan kami menikah. Akhirnya saya tetap bersabar dengan sikapnya tersebut, tetapi semakin usang saya tidak tahan lagi dengan sikapnya yang suka membantah oang bau tanah saya dikala dinasehati, apabila diajak bicara oleh orang yang lebih bau tanah beliau tidak memperhatikan orang yang mengajak bicara (sibuk dengan handphonenya), dikala di rumah saya beliau selalu saja bermain dengan handphonenya (sibuk dengan memegang handphonenya saja), padahal beliau ke rumah saya untuk bertemu dengan istrinya yang hanya sanggup bertemu 1 kali dalam seminggu, beliau meminta saya untuk melepas jilbab (padahal dikala berkenalan, saya sudah mengenakan jilbab selama 5 tahun) dan meminta saya untuk menggunakan pakaian yang mengumbar aurat.

Puncaknya yaitu dikala bulan rahmat saya meminta dengan halus kepada suami untuk sanggup sholat tarawih di rumah saya sekali saja biar omongan tetangga tidak semakin menjadi. Tetapi dengan nada keras suami menolak undangan saya dengan kalimat "tidak, itu tidak perlu, tetangga di sana tidak perlu kenal dengan aku, kan kita tinggalnya di sini (di rumah suami saya). Setelah mendengar balasan dari suami saya bujuk sekali lagi, tetapi suami hanya membisu saja.

Setelah itu saya hanya membisu saja. Keesokan harinya saya tetapkan untuk pulang ke rumah orang bau tanah saya dengan ijin dari suami. Beberapa hari suami saya sms dan hanya saya jawab seperlunya saja, sesudah beberapa ahad saya mencoba untuk tidak membalas sms atau mengangkat telefon dari suami dengan pemikiran biar suami sanggup berpikir dan menyadari kesalahannya, tetapi beliau tidak pernah menyadarinya (menganggap sikapnya tidak ada yang salah).

Akhirnya dikala beliau sms lagi saya menjawabnya dan menyampaikan bahwa saya ingin berpisah dengannya, seketika itu beliau eksklusif tiba ke rumah saya dan meminta klarifikasi dari saya tetapi saya hanya menjelaskan bahwa contoh berpikir kami berbeda dan saya juga menjelaskan bahwa saya sudah mencoba untuk memahaminya tetapi kini saya sudah tidak sanggup lagi menghadapi sikapnya yang sangat keras kepala dan mementingkan dirinya sendiri (saat saya di rumah suami, saya kurang diperhatikan oleh suami dan hanya diperhatikan dikala beliau ingin dilayani (berhubungan suami istri saja)).

1. Apakah salah apabila saya meminta berpisah? Apalagi selama pisah ranjang selama 3 bulan ini beliau tidak pernah memberi saya nafkah (nafkah lahir). Saya juga ingin menambahkan bahwa selama janji nikah kami selalu saja berselisih paham wacana sesuatu dan saya yang kesudahannya harus menyerah (padahal terkadang suami yang bersalah).

Waalaikumsalam.wr.wb


JAWABAN RUMAH TANGGA SELALU KONFLIK BOLEHKAH BERCERAI?

1. Dalam kasus anda tidak salah jikalau anda minta berpisah. Ini menurut pada beberapa aspek baik aspek agama ataupun negara. Dalam agama, faktor tidak lagi menyayangi suami sudah sanggup menjadi alasan syar'i untuk meminta cerai. Baca detail: Istri Boleh Minta Cerai alasannya yaitu Tidak Cinta Suami

Faktor-faktor lain ibarat sering konflik, tidak diberi nafkah, suami kurang taat agama dan semacamnya menjadi unsur-unsur yang menjadi penyebab dibolehkannya istri untuk meminta cerai. Kalau suami tidak mau menceraikan, maka istri sanggup melaksanakan gugat cerai ke Pengadilan Agama. Baca detail: Cerai dalam Islam

Kegagalan perkawinan anda yang pertama ini hendaknya menjadi pelajaran dan sanggup mengambil pesan yang tersirat darinya yakni bahwa suatu janji nikah akan langgeng atau berpotensi akan langgung apabila kedua pasangan tetapkan untuk menikah tidak hanya menurut rasa cinta atas tampilan fisik masing-masing, tapi juga hendaknya cinta itu tumbuh alasannya yaitu faktor kecantikan dan ketampanan internal. Baca juga: Cara Memilih Jodoh

______________________


SELALU RAGU-RAGU SAAT IBADAH

Awalnya saya hanya ragu apakah saya sudah alfatihah dikala sholat, kemudian perasaan ragu itu usang lama merambat ke hal yang lainnya, ibarat wudhu, bersuci, bahkan perbuatan sepele,
1. bagaimana caranya biar saya kembali normal lagi alias tidak terus ragu ragu lagi?

JAWABAN

1. Caranya dengan menghilangkan keraguan tersebut menurut panduan syariah yang benar. Untuk itu, silahkan baca artikel berikut untuk setiap problem yang anda hadapi:
- Ragu-ragu dalam soal ibadah
- Was-was dalam Shalat dan Wudhu
- Cara Mengobati Penyakit Was-was
- Cara Mengatasi Was-was pada Najis
- Was-was Najis Anjing dan Babi

Sumber https://www.alkhoirot.net
Buat lebih berguna, kongsi:

Trending Kini:

close