Perintah - Perintah Jujur Dalam Al Qur'an dan Hadist cukup banyak berikut ialah beberapa perintahnya.
Simak juga pembahasan lainnya, yaitu Tajwid Surat Al Maidah ayat 8
Dalam persaksian, mereka harus adil menunjukan apa yang sebenarnya, tanpa memandang siapa orangnya, sekalipun akan menguntungkan lawan dan merugikan teman dan kerabatnya sendiri. Ayat ini seirama dengan Q.S. an-Nisā/4:153 yaitu sama-sama menunjukan wacana seorang yang berlaku adil dan jujur dalam persaksian. Perbedaannya ialah dalam ayat tersebut diterangkan kewajiban berlaku adil dan jujur dalam persaksian walaupun kesaksian itu akan merugikan diri sendiri, ibu, bapak, dan kerabat, sedang dalam ayat ini diterangkan bahwa kebencian terhadap sesuatu kaum dihentikan mendorong seseorang untuk memperlihatkan persaksian yang tidak adil dan tidak jujur, walaupun terhadap lawan.
Menurut Ibnu Ka¡ir, maksud ayat di atas ialah semoga orang-orang yang beriman menjadi penegak kebenaran alasannya Allah Swt., bukan alasannya insan atau alasannya mencari popularitas, menjadi saksi dengan adil dan tidak curang, jangan pula kebencian kepada suatu kaum mengakibatkan kalian berbuat tidak adil terhadap mereka, tetapi terapkanlah keadilan itu kepada setiap orang, baik sobat ataupun musuh alasannya sesungguhnya perbuatan adil menghantarkan pelakunya memperoleh derajat takwa.
Perintah Jujur dalam Al Qur'an
1. Q.S. al-Māidah/5:8
“Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kau sebagai penegak keadilan alasannya Allah (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kau untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih erat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kau kerjakan.”Simak juga pembahasan lainnya, yaitu Tajwid Surat Al Maidah ayat 8
Kandungan Q.S. al-Māidah/5:8
Ayat ini memerintahkan kepada orang mukmin semoga melaksanakan amal dan pekerjaan mereka dengan cermat, jujur, dan lapang dada alasannya Allah Swt., baik pekerjaan yang bertalian dengan urusan agama maupun pekerjaan yang bertalian dengan urusan kehidupan duniawi. Karena hanya dengan demikianlah mereka sanggup sukses dan memperoleh hasil jawaban yang mereka harapkan.Dalam persaksian, mereka harus adil menunjukan apa yang sebenarnya, tanpa memandang siapa orangnya, sekalipun akan menguntungkan lawan dan merugikan teman dan kerabatnya sendiri. Ayat ini seirama dengan Q.S. an-Nisā/4:153 yaitu sama-sama menunjukan wacana seorang yang berlaku adil dan jujur dalam persaksian. Perbedaannya ialah dalam ayat tersebut diterangkan kewajiban berlaku adil dan jujur dalam persaksian walaupun kesaksian itu akan merugikan diri sendiri, ibu, bapak, dan kerabat, sedang dalam ayat ini diterangkan bahwa kebencian terhadap sesuatu kaum dihentikan mendorong seseorang untuk memperlihatkan persaksian yang tidak adil dan tidak jujur, walaupun terhadap lawan.
Menurut Ibnu Ka¡ir, maksud ayat di atas ialah semoga orang-orang yang beriman menjadi penegak kebenaran alasannya Allah Swt., bukan alasannya insan atau alasannya mencari popularitas, menjadi saksi dengan adil dan tidak curang, jangan pula kebencian kepada suatu kaum mengakibatkan kalian berbuat tidak adil terhadap mereka, tetapi terapkanlah keadilan itu kepada setiap orang, baik sobat ataupun musuh alasannya sesungguhnya perbuatan adil menghantarkan pelakunya memperoleh derajat takwa.
Terkait dengan menjadi saksi dengan adil, ditegaskan dari Nu’man bin Basyir, “Ayahku pernah memberiku suatu hadiah. Lalu ibuku, ‘Amrah binti Rawahah, berkata, ‘Aku tidak rela sehingga engkau mempersaksikan hadiah itu kepada Rasulullah saw. Kemudian, ayahku mendatangi dia dan meminta dia menjadi saksi atas hadiah itu. Maka Rasulullad saw. pun bersabda:
Artinya: “Apakah setiap anakmu engkau beri hadiah ibarat itu juga? ‘Tidak’, jawabnya. Maka dia pun bersabda, ‘Bertakwalah kepada Allah Swt., dan berbuat adillah terhadap bawah umur kalian!’ lebih lanjut dia bersabda, ‘Sesungguhnya, saya tidak mau bersaksi atas suatu ketidakadilan.’ Kemudian ayahku pulang dan menarik kembali derma tersebut.”
Simak Juga Pembahasan Lainnya, yaitu Tajwid Surat At Taubah Ayat 119
Dan jangan bergabung kepada kaum munafik, yang selalu menutupi kemunafikan mereka dengan kata-kata dan perbuatan bohong serta ditambah pula dengan sumpah palsu dan alasan-alasan yang tidak benar.
Simak juga Cara Memaknai Kejujuran
Tetapi entah mengapa ia merasa enggan untuk bergabung bersama pasukan Rasulullah saw. hingga balasannya ia ditinggalkan oleh pasukan Rasulullah saw. Sekembalinya pasukan Rasulullah saw. ke Madinah, ia pun bergegas menemui Rasulullah saw. dan berkata jujur wacana apa yang ia lakukan. Akibatnya, Rasul menjadi murka, begitu pula sahabat-sahabat lainnya. Ia pun dikucilkan bahkan diperlakukan ibarat bukan orang Islam, sampai-sampai Rasulullah saw. memerintahkannya untuk berpisah dengan istrinya.
Setelah lima puluh hari berselang, turunlah wahyu kepada Rasulullah saw. yang menjelaskan bahwa Allah Swt. telah mendapatkan taubat Ka’ab dan dua orang lainnya. Allah Swt. benar-benar telah mendapatkan taubat Nabi, orang-orang Muhajirin dan Anśar yang mengikutinya dalam saat-saat sulit sesudah hampir-hampir saja
hati sebagian mereka bermasalah. Kemudian, Allah Swt. mendapatkan taubat mereka dan taubat tiga orang yang bolos dari jihad sampai-sampai mereka merasa sumpek dan menderita. Sesungguhnya Allah Swt. Maha Pengasih dan Penyayang.
Ketika ia diberi kabar bangga bahwa Allah Swt. telah mendapatkan taubatnya, dan Rasulullah saw. telah memaafkannya, Ka’ab berkata, “Demi Allah Swt. tidak ada nikmat terbesar dari Allah Swt. sesudah nikmat hidayah Islam selain kejujuranku kepada Rasulullah saw. dan ketidakbohonganku kepada dia sehingga saya tidak binasa ibarat orang-orang yang berdusta, sesungguhnya Allah Swt. berkata wacana mereka yang berdusta dengan seburuk-buruk perkataan.
Demikian Perintah - Perintah Jujur Dalam Al Qur'an dan Hadist, yang sanggup masrozakdotcom tuliskan semoga bermanfaat.
Artinya: “Apakah setiap anakmu engkau beri hadiah ibarat itu juga? ‘Tidak’, jawabnya. Maka dia pun bersabda, ‘Bertakwalah kepada Allah Swt., dan berbuat adillah terhadap bawah umur kalian!’ lebih lanjut dia bersabda, ‘Sesungguhnya, saya tidak mau bersaksi atas suatu ketidakadilan.’ Kemudian ayahku pulang dan menarik kembali derma tersebut.”
2. Q.S. at-Taubah/9:119
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah Swt., dan bersamalah kau dengan orang-orang yang benar.”Simak Juga Pembahasan Lainnya, yaitu Tajwid Surat At Taubah Ayat 119
Kandungan Q.S. at-Taubah/9:119
Dalam ayat ini, Allah Swt. memperlihatkan seruan-Nya dan memperlihatkan bimbingan kepada orang-orang yang beriman kepada-Nya dan Rasul-Nya, semoga mereka tetap dalam ketakwaan serta mengharapkan ri«a-Nya, dengan cara menunaikan segala kewajiban yang telah ditetapkan-Nya, dan menjauhi segala larangan yang telah ditentukan-Nya, dan hendaklah senantiasa bersama orang-orang yang benar dan jujur, mengikuti ketakwaan, kebenaran dan kejujuran mereka.Dan jangan bergabung kepada kaum munafik, yang selalu menutupi kemunafikan mereka dengan kata-kata dan perbuatan bohong serta ditambah pula dengan sumpah palsu dan alasan-alasan yang tidak benar.
Simak juga Cara Memaknai Kejujuran
Perintah Jujur dalam Hadist
Hadis dari Abdullah bin Mas’ud ra.
Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud ra., Rasulullah saw. bersabda, “Hendaklah kau berlaku jujur alasannya kejujuran menuntunmu pada kebenaran, dan kebenaran menuntunmu ke surga. Dan sesantiasa seseorang berlaku jujur dan selalu jujur sehingga dia tercatat di sisi Allah Swt. sebagai orang yang jujur. Dan hindarilah olehmu berlaku dusta alasannya kedustaan menuntunmu pada kejahatan, dan kejahatan menuntunmu ke neraka. Dan seseorang senantiasa berlaku dusta dan selalu dusta sehingga dia tercatat di sisi Allah Swt. sebagai pendusta.” (H.R. Muslim)Kandungan Hadis
Dalam sebuah hadis panjang yang berasal dari Syihab diceritakan bahwa ketika Rasulullah saw. akan melaksanakan gazwah (penyerangan) ke Tabuk untuk menyerang tentara Romawi dan orang-orang Katolik di Syam, salah seorang teman yang berjulukan Ka’ab bin Malik bolos dari pasukan perang, Ka’ab menceritakan bahwa mangkirnya ia dari peperangan tersebut bukan alasannya sakit ataupun ada suatu duduk kasus tertentu, bahkan menurutnya hari itu justru ia sedang dalam kondisi prima dan lebih prima dari hari-hari sbelumnya.Tetapi entah mengapa ia merasa enggan untuk bergabung bersama pasukan Rasulullah saw. hingga balasannya ia ditinggalkan oleh pasukan Rasulullah saw. Sekembalinya pasukan Rasulullah saw. ke Madinah, ia pun bergegas menemui Rasulullah saw. dan berkata jujur wacana apa yang ia lakukan. Akibatnya, Rasul menjadi murka, begitu pula sahabat-sahabat lainnya. Ia pun dikucilkan bahkan diperlakukan ibarat bukan orang Islam, sampai-sampai Rasulullah saw. memerintahkannya untuk berpisah dengan istrinya.
Setelah lima puluh hari berselang, turunlah wahyu kepada Rasulullah saw. yang menjelaskan bahwa Allah Swt. telah mendapatkan taubat Ka’ab dan dua orang lainnya. Allah Swt. benar-benar telah mendapatkan taubat Nabi, orang-orang Muhajirin dan Anśar yang mengikutinya dalam saat-saat sulit sesudah hampir-hampir saja
hati sebagian mereka bermasalah. Kemudian, Allah Swt. mendapatkan taubat mereka dan taubat tiga orang yang bolos dari jihad sampai-sampai mereka merasa sumpek dan menderita. Sesungguhnya Allah Swt. Maha Pengasih dan Penyayang.
Ketika ia diberi kabar bangga bahwa Allah Swt. telah mendapatkan taubatnya, dan Rasulullah saw. telah memaafkannya, Ka’ab berkata, “Demi Allah Swt. tidak ada nikmat terbesar dari Allah Swt. sesudah nikmat hidayah Islam selain kejujuranku kepada Rasulullah saw. dan ketidakbohonganku kepada dia sehingga saya tidak binasa ibarat orang-orang yang berdusta, sesungguhnya Allah Swt. berkata wacana mereka yang berdusta dengan seburuk-buruk perkataan.
Demikian Perintah - Perintah Jujur Dalam Al Qur'an dan Hadist, yang sanggup masrozakdotcom tuliskan semoga bermanfaat.
Buat lebih berguna, kongsi: