Menghina Syariah Islam Apakah Mengakibatkan Murtad?

Menghina Syariah Islam Apakah Menyebabkan Murtad Menghina Syariah Islam Apakah Menyebabkan Murtad?
MENGHINA ALLAH APAKAH MENYEBABKAN MURTAD?

assalamualaikum wr.wb

pak ustadz saya mau menanyakan duduk kasus murtad
pribadi saja pertanyaanya

1. kemaren saya membaca beberapa artikel yang menjadikan seseorang sanggup menjadi murtad, salah satunya menghina, senda gurau, dan mengolok Allah, Rasul, Ayat-ayatnya yang terdapat dalam surat ( At-taubah 65-66). apakah maksud dari kafir setelah beriman yang terdapat dalam surat At-taubah 65-66, apakah kafir murtad atau kafir yang tidak membatalkan keislaman ?

2. contohnya kalau kita berkumpul bersama sahabat sesama muslim, terus sahabat kita bicara mengolok/bersenda gurau perihal perintah Allah menyerupai sholat , zakat, puasa dan sunah rasul menyerupai jenggot dibilang kayak kambing, padahal mengolok atau bersenda gurau perintah allah menyerupai sholat, zakat, puasa dan sunah rasul itu yaitu dosa. menyerupai yang terdapat dalam surat At-taubah 65-66, pertanyaannya :

TOPIK KONSULTASI ISLAM
  1. MENGHINA ALLAH APAKAH MENYEBABKAN MURTAD?
  2. CARA KONSULTASI SYARIAH ISLAM

A. apakah sahabat kita sudah kafir melaksanakan perbutan mengolok/bersenda gurau dengan perintah allah dan sunah rasul tersebut ?

B. kalau sahabat kita kafir dikarenakan mengolok atau senda gurau menyerupai itu, apakah kita wajib mengkafirkan sahabat kita itu ?

C. apakah kita juga kafir kalau kita masih tetap duduk dengan mereka, walaupun kita tidak ikut mengolok atau bersenda gurau dengan perintah allah dan rasul padahal hati ini tidak terima karena allah dan rasul jadi materi ejekan dan senda gurau mereka ?

3. dan sungguh Allah telah menurunkan ketentuan bagimu didalam al-quran apabila kau mendengar ayat-ayat Allah di ingkari dan di perolok ( oleh orang kafir) maka janganlah kau duduk dengan mereka , sebelum mereka memasuki pembicaraan yang lain ( karena kalau kau tetap duduk dengan mereka) tentulah kau serupa dengan mereka, sunggu Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir dineraka jahanam ( Qs An-nisaa : 140)

pertanyaannya : apakah yang dikatakan dalam surat tersebut QS An-nisaa : 140 ( kalau kau tetap duduk dengan mereka tentulah kau serupa dengan mereka ). apakah kita sudah murtad kalau kita masih duduk dengan mereka orang kafir yang mengolok ayat-ayat Allah, tapi hati kita tetap beriman dan tidak terima dan tidak ikut serta mengolok ayat-ayat Allah tersebut ?

4. kita kalau mengejek sahabat berbuat kebaikan, contohnya ada sahabat membantu memberi makan fakir miskin terus kita jadikan kebaikannya tersebut materi ejekan untuk tertawa menyerupai bilang beliau sok oke dengan nada sindiran, padahal dalam islam Allah perintahkan untuk berbuat kebaikan sesama muslim.
pertanyannya :
apakah kita sudah murtad mengolok atau senda gurau sama sahabat yang sedang berbuat kebaikan tersebut ?

5. kalau kita membuang kertas atau koran yang didalamnya ada tertulis nama Allah ditempat sampah atau kawasan kotor dengan sengaja, tapi dihati tidak ada maksud untuk menghina atau merendahkan nama Allah tersebut.
pertanyaanya :
apakah dosa membuang kertas atau koran tersebut yang didalamnya ada tertulis nama Allah ditempat sampah atau kotor sanggup menciptakan kita jadi murtad ?

6. di dalam fatwa islam yang saya ketahui diperintahkan wajib mengasihi Allah lebih dari siapapun dan apapun, yang mau saya tanyakan misalanya kita berbicara sama ibu bahwa saya mengasihi ibu lebih dari siapapun atau bicara sama ibu dihati ini cuma ada ibu. tapi dalam hati masih meyakini mengasihi Allah lebih di utamakan, cuma sebatas bicara saja sama ibu menyerupai itu.
pertanyaannya :
apakah perkataan menyerupai itu sama ibu sanggup menciptakan kita menjadi murtad ?

7.kemaren saya membaca artikel katanya riya itu hukumnya ada 2 jenis
1.syirik akbar 2.syirik ashghar
yang mau saya tanyakan apa benar pak ustadz riya itu hukumnya sanggup menajdi syirik akbar ?
8. kalau kita menebak pertandingan bola sebelum pertandingan dimulai, contohnya indonesia vs thailand, didalam hati kita yakin indonesia pemenangnya nanti padahal permain belum digelar atau dimulai.
pertanyaannya :
A. apakah termasuk mengetahui kasus goib dengan keyakinan dihati menyerupai itu
B. apakah kita sudah murtad dengan keyakinan menyerupai itu ?


mohon dijawab pak ustadz karena saya sangat membutuhkan jawabannya kerna saya masih galau dan takut menjadi murtad tanpa sepengetahuan saya sejak membaca beberapa artikel di internet, dan saya belum paham dan mengerti klarifikasi dari artikel yang pernah saya baca tersebut, sebelumnya saya ucapkan terima kasih.

wassalam
hamba Allah


JAWABAN

1. Agar terang bagi semua pembaca, berikut isi QS At Taubat 65 dan 66:

Ayat 65: Dan kalau kau tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kau selalu berolok-olok?"

Ayat 66: Tidak usah kau minta maaf, karena kau kafir setelah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kau (lantaran mereka taubat), pasti Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka yaitu orang-orang yang selalu berbuat dosa.

Yang dimaksud kafir setelah beriman yaitu bahwa menghina Islam dan segala sesuatu yang terkait dengannya yaitu kafir. Kafir di sini maksudnya yaitu beliau tidak lagi seorang muslim alias murtad. Tidak ada makna lain. Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan:

وقوله : ( لا تعتذروا قد كفرتم بعد إيمانكم ) أي : بهذا المقال الذي استهزأتم به

Artinya: Maksud firman Allah "Tidak usah kau minta maaf, karena kau kafir setelah beriman" yaitu bahwa sikap mengolok-olok dan menghina itu menjadikan kekufuran. Pendapat ulama tafsir lain lihat di sini.

Baca detail: Penyebab Kafir, Syirik dan Murtad

2.A. Bersenda gurau yang menjadikan murtad yaitu senda gurau yang serius dalam arti hingga pada derajat menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Seperti seorang muslim tidak shalat dan menyampaikan "Shalat itu tidak wajib" dan meyakini ucapannya tersebut. Jadi, kalau bersenda gurau yang tidak dalam pengertian ini, maka tidaklah menjadikan murtad. Intinya, bersenda gurau soal yang terkait agama harus dilihat konteksnya secara menyeluruh dan harus dilihat secara masalah perkasus secara konkret.

2.B. Seperti diterangkan dalam poin 2.A., tidak semua senda gurau soal agama itu menjadikan kafir. Oleh karena itu, anda tidak perlu memberi penghakiman pada siapapun yang berbuat itu. Namun kalau beliau sahabat anda, maka ada baiknya diberi peringatan secara halus biar berhati-hati dalam bercanda soal agama karena dikuatirkan akan jatuh pada perbuatan haram atau bahkan murtad.

2.C. Tidak. Kalau kita mengingkari dalam hati apa yang mereka ucapkan, maka kita tidak terkena konsekuensi aturan apapun alias tidak ikut dosa. Baca detail: Penyebab Kafir, Syirik dan Murtad

3. Tidak kafir. Anda tetap muslim selagi hati tetap beriman. Dalam QS An-Nahl :106 Allah berfirman, ".. kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap hening dalam beriman (dia tidak berdosa)" Ayat ini secara gamblang menjelaskan bahwa orang yang mengaku kafir karena terpaksa padahal hatinya beriman masih tetap dianggap beriman. Apalagi kalau tidak menyatakan kafir.

Duduk bersama orang kafir tidak otomatis menjadi kafir. Dalam Al-Mumtahanah :8 Allah berfirman, "Allah tidak melarang kau untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang (kafir) yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kau dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil." Ayat ini tegas menyatakan bahwa berteman dengan orang kafir tidak tidak boleh apalagi dengan sesama muslim (yang pendosa sekalipun). Baca detail:
Hubungan Muslim dan Kerabat Non-Muslim

4. Tidak murtad. Tapi sikap kita termasuk kategori haram karena berlawanan dengan perintah syariah untuk selalu menganjurkan kebaikan dan menjauhi dosa (amar makruf nahi munkar) menyerupai disebut dalam QS Ali Imron 3:104 dan untuk saling tolong menolong dalam kebaikan dan tidak dalam dosa dan permusuhan (QS Al-Maidah 5:2)

5. Hukumnya haram dan berdosa karena termasuk menghina (QS At-Taubah :65-66), tapi tidak murtad. Kecuali kalau menganggap membuang sikap ini boleh, maka konteksnya berarti menghalalkan yang haram menyerupai diterangkan di poin 2.A. Untuk menghindari hal ini, maka kalau ada kertas atau buku yang mengandung nama Allah hendaknya dipendam di tanah, atau dibakar, dibuang ke laut, atau dihancurkan dengan alat penghancur kertas (seperti gunting, dll), atau menaruhnya di kawasan yang tinggi yang sekiranya tidak kena injak.

6. Tidak murtad. Mencintai Allah dengan mengasihi makhluk-Nya itu berbeda makna dan konsekuensinya. Mencintai Allah bermakna mengikuti dan menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua yang diharamkan Allah. Sedangkan mengasihi ibu yaitu perasaan rasa sayang dalam hati padanya. Cinta mendalam pada ibu, bapak, anak atau istri dibolehkan asalkan kita tetap taat pada Allah dan menjauhi semua larangan-Nya dan tidak menciptakan kita lupa pada syariah. Contoh, apabila ibu memerintahkan kita berbuat dosa, maka kita wajib melanggar perintah ibu dan mendahulukan perintah Allah, dst. Baca detail: Hukum Cinta dan Taat Orang Tua

7. Tidak benar. Riya' atau melaksanakan sesuatu karena ingin dipuji disebut syirik kecil (ashghar) menurut pada sebuah hadis riwayat Ahmad

إن أخوف ما أخاف عليكم الشرك الأصغر. قالوا: وما الشرك الأصغر يا رسول الله؟ قال: الرياء
Artinya: Yang paling saya takutkan dari kalian yaitu syirik kecil. Sahabat bertanya: Apa syirik kecil itu Wahai Rasulullah? Nabi menjawab: Riya'

Maksud dari syirik kecil dalam hadis di atas yaitu bahwa riya' itu hukumnya haram dan pelakunya berdosa karena tidak tulus dalam berbuat kebaikan. Mengapa riya' disebut syirik kecil karena ada kemiripan dalam arti sama-sama "menyekutukan" Allah walaupun dengan kadar yang jauh berbeda.

Sedangkan syirik besar yaitu menyekutukan Allah menyerupai yang dilakukan oleh kalangan non-muslim dengan menyembah selain Allah menyerupai menyembah matahari bagi pemeluk agama Shinto, menyembah api bagi pemeluk Zoroaster, atau menyembah Allah dan sekaligus menyembah yang lainnya menyerupai yang dilakukan kaum Nasrani.

Kedua istilah ini walaupun ada kemiripan dari segi kata tapi berbeda jauh dalam realitas makna. Mungkinkah orang riya' (sebagai pelaku syirik kecil) kemudian bermetamorfosis syirik akbar? Bisa saja kalau beliau murtad dan masuk agama lain. Tapi selagi beliau seorang muslim, maka berpindahnya status dari syirik kecil ke syirik besar itu mustahil terjadi. Kalau ada pendapat di internet yang menyatakan demikian, maka itu kemungkinan besar yaitu pendapat ulama atau ustadz yang beraliran Wahabi Salafi yang memang gampang mensyirikkan sesama muslim yang konsep tauhidnya terbagi tiga yaitu tauhid uluhiyah, rububiyah dan asma wal sifat yang asalnya digagas oleh Ibnu Taimiyah dan dipertegas oleh Muhammad bin Abdul Wahab sang pendiri Wahabi. Baca detail: Ciri Khas Wahabi Salafi

8.A. Tidak termasuk.
8.B. Tidak murtad. Konsep murtad itu bagi seorang muslim bersama-sama sederhana: asalkan kita tidak menyembah selain Allah dan tidak merubah aturan Allah, maka kita tidak murtad. Yang membikin konsep syirik dan murtad menjadi rumit yaitu kalangan Wahabi Salafi yang memang dikenal radikal yang salah satu produk terbesar mereka yaitu kelompok ISIS di Irak dan Suriah.

KESIMPULAN:

Islam dalam faham Ahlussunnah Wal Jamaah tidak gampang mensyirikkan, memurtadkan, mengkafirkan sesama muslim kecuali apabila karena dua hal: (a) menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal; (b) menyembah selain Allah. Di luar itu, maka perbuatan salah seorang muslim yaitu berdosa tapi tidak hingga pada level syirik atau kafir.

Saat ini, ada pendapat dan pemikiran kalangan radikal yang disebut golongan Wahabi Salafi. Kalangan ini sangat bersemangat dan militan dalam membuatkan propagandanya melalui aneka macam media komunikasi: mulai dari internet, masjid hingga membuka forum pendidikan menyerupai sekolah dan pesantren. Hati-hati dengan mereka dan bertanyalah soal agama pada kalangan yang selain mereka. Ciri khas ajarannya: gampang mengkafirkan, memurtadkan, mensyirikkan, membid'ah-kan kelompok Islam yang tidak sejalan dengan mereka.

Mereka bukan Ahlussunnah Wal Jamaah, walaupun mereka mengklaim demikian.
Sumber https://www.alkhoirot.net
Buat lebih berguna, kongsi:

Trending Kini:

close