Mengapa Nikah Siri Hanya Bertahan 3 Bulan?

masing keluarga kurang menyetujui hubungan kami dan sebelum nikah itu kami sudah sering be Mengapa Nikah Siri Hanya Bertahan 3 Bulan?
APAKAH NIKAH SIRI HALALNYA HANYA 3 BULAN?

Assalamualaikum Ustadz,

Saya perempuan berumur 38th dan suami 31th. Kami menikah siri tanggal 11 April 2015 kemarin. Alasan kami menikah siri alasannya ialah masing-masing keluarga kurang menyetujui hubungan kami dan sebelum nikah itu kami sudah sering bekerjasama badan. Untuk menghindari semakin dosa maka saya mengajak suami untuk menikah siri dulu dan beliau menyetujuinya. Kami menikah dengan 3 orang saksi dan 1 orang ustadz yang juga menjadi wali hakim saya alasannya ialah orang renta saya sudah berpisah usang dan hingga kini saya tidak mengetahui keberadaan papah saya.

TOPIK KONSULTASI ISLAM
  1. APAKAH NIKAH SIRI HALALNYA HANYA 3 BULAN?
  2. CARA KONSULTASI SYARIAH ISLAM
Setelah menikah saya eksklusif ikut beliau dan tinggal di Kendal, Jawa Tengah. Tanggal 16 April ibu suami saya meninggal di Bengkulu. Saya menyarankan untuk pulang tapi beliau menolak dengan alasan beliau sudah berkomitmen untuk tidak menginjakkan kaki nya lagi di Bengkulu. Selain itu ongkos tidak ada dan saya juga gres tiba jadi beliau menemani saya dulu.

Beberapa hari kemudian mamah telepon meminta saya pulang alasannya ialah adik mau ke luar negeri dan rumah tidak ada orang jadi mamah meminta saya menemani beliau dulu selama adik saya pergi. Mamah saya tinggal di Jakarta.

Di awal memang suami sudah mengingatkan kalau saya sudah tetapkan untuk ikut beliau maka untuk sementara putuskan dulu komunikasi dengan keluarga hingga perusahaan yang beliau bangun berhasil. Setelah itu kita pulang bareng dan meminta ijin mamah saya untuk melamar saya lagi dengan resmi. Dia sudah melarang saya untuk pulang hingga 3x namun saya tetap pulang. Di sisi lain posisi saya sulit ustadz alasannya ialah mamah saya belum tahu kalau kami sudah menikah.

Selama di Jakarta saya terus memikirkan suami saya alasannya ialah saya merasa berdosa besar telah melanggar apa yang dilarang. Suatu malam saya telepon suami ijin untuk pulang lagi ke Kendal. Suami saya bilang harus pulang besok hari nya atau tidak sama sekali. Akhirnya saya pulang.
Setelah saya pulang, perilaku suami saya sangat berubah. Dia mulai dingin, gak banyabicara dan dongeng sama saya. Gak pernah berbagi. Intinya gak ramah dan gak mesra lagi. Perhatian juga berkurang. Saya semakin tertekan ustadz alasannya ialah sekembalinya saya ke beliau keadaan semakin runyam.

Karena saya gak tahan, saya bertanya akan perilaku perubahan dia. Ternyata beliau masih marah, gak ridho saya pulang ke mamah saya. Saya sudah menjelaskan alasan saya tapi beliau tetap gak mau terima. Karena saya frustasi beliau tetap gak terima saya banting hp ustadz dan itu menciptakan beliau semakin marah. Marahnya gak meledak-ledak tapi hanya membisu sambil senyum dan geleng-geleng kepala. Saya tahu bahwa beliau mengambarkan sudah sangat sangat marah. Akhirnya beliau putuskan lagi untuk menyuruh saya pulang.

Dia meminta saya pulang ke rumah mamah saya dan menunggu beliau setahun dengan alasan saya harus menenangkan diri dan introspeksi. Di sisi lain beliau mau fokus ke perusahaan yang beliau dirikan. Setelah perusahaan berjalan baik beliau akan jemput saya. Sms atau telepon masih tetap bisa. Saya dihentikan balik ke beliau kalau saya belum berkembang menjadi cukup umur dan merubah perilaku buruk saya yang lainnya. Akhirnya saya pulang lagi ke mamah saya untuk yang kedua kalinya.

Selama di rumah tidak pernah beliau menghubungi saya. Jangankan telepon, sms juga tidak pernah. Karena keadaan yang semakin gak terperinci risikonya saya nekat pulang lagi ke suami tanpa memberitahu beliau dulu. Dia mendapatkan saya kembali tapi dengan beberapa syarat. Saya gak boleh ikut ke kantor lagi, saya gak boleh bertanya apapun wacana apa yang dikerjakan suami saya, bertemu dengan siapa dan sebagainya. Syarat yang terakhir ialah saya gak boleh ikut kemanapun beliau pergi.

Tapi gres beberapa hari saya bersama suami saya keributan mulai ada lagi ustadz. Dia memaksa saya bekerjasama badan. Padahal beliau tau itu bulan Ramadhan dan saya berpuasa. Biasanya kalau bekerjasama tubuh beliau meminta dengan sopan dan berkata mesra. Tapi kini nafsu nya ibarat nafsu setan bukan nafsu kasih sayang lagi. Sepertinya beliau gak suka saya pulang. Dia bilang kenapa kau pulang. Belum saatnya kau kembali. Keberadaan kau disini menambah beban saya. Kamu sudah saya anggap bukan siapa-siapa lagi dan kau haram buat saya. Besok kau harus pulang, saya antar hingga rumah. Besoknya saya pulang lagi ke Jakarta tapi tidak diantar ibarat yang dibilang di awal.

Selama di rumah saya gak berbuat macam-macam ustadz. Suami saya gak pernah menghubungi sama sekali dan tiba-tiba facebook saya diblokir sama dia. Setiap saya telepon beliau hanya menjawab sepatah dua patah kata gak mesra ibarat dulu. Idulfitri pun saya yang minta maaf tapi hanya ditanggapi masbodoh oleh dia. Ujung-ujungnya beliau sms saya dan bilang "Jangan pernah tiba lagi". Hancur hati saya ustadz. Dia posting di line bilang bahwa saya ngoceh sana sini soal duduk kasus kami ini ustadz. Tapi demi Allah saya tidak dongeng banyak ke orang-orang.

Di awal saya sudah menyampaikan bahwa saya bukan orang yang sempurna. Jika kau keberatan dengan kekurangan saya silahkan cari yang lain. Tapi beliau tetap niat nya ke saya. Setelah menikah saya juga bilang kalau saya belum sanggup menjadi istri yang tepat masih banyak salah dan kekurangan. Jika kau merasa gak nyaman silahkan ceraikan saya. Saya ikhlas. Tapi beliau tetap gak menjawab.

Yang bikin saya hancur kenapa tiba-tiba sikapnya berkembang menjadi ibarat ini ya ustadz. Saya tidak berbuat macam-macam yang menyakitkan hati dia. Memang saya salah tidak nurut apa yang beliau larang. Saya belum sanggup berubah ibarat beliau yang mau. Wajar memang kalau beliau sangat kecewa, marah, muak, capek dan risikonya meninggalkan saya alasannya ialah sudah tidak ada rasa ke saya.

Yang saya ingin saya tanyakan,
1. Sah atau tidak nikah siri yang saya lakukan

2. Kalau saya sudah dipulangkan 2x, suami bersikap dingin, acuh, tidak perhatian dan mesra lagi, mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati ibarat di atas apakah itu artinya talak dan kami bukan lagi suami istri ?. Kenapa beliau tidak menyampaikan eksklusif "saya ceraikan kau ...". Kaprikornus saya merasa status saya gak terperinci ustadz, menggantung.

Apa yang harus saya lakukan ?. Saya masih sayang beliau ustadz. Saya mau balik lagi ke beliau dan memperbaiki semuanya tapi tampaknya sudah tidak mungkin. Karena hatinya keras ibarat kerikil dan beliau berkali-kali bilang sudah capek menghadapi saya. Saya sudah banyak melaksanakan kesalahan. Saya sudah banyak diberi kesempatan tapi tetap melaksanakan kesalahan.

3. Saya menikah siri hanya bertahan 3 bulan. Apakah memang nikah siri halal nya cuma 3 bulan sehabis itu tidak apa-apa kalau suami meninggalkan saya ?

Mohon saran dan jalan keluarnya ustadz. Saya ingin sembuh dari sakit hati saya dan berdiri lagi. Terus terang saya sangat tertekan, terpukul dan terpuruk dengan situasi ibarat ini.

Maaf kalau email saya terlalu panjang alasannya ialah ketika ini saya butuh seseorang yang mengerti permasalahan saya dan saya juga butuh pencerahannya ustadz.

Terima kasih banyak atas perhatiannya


JAWABAN

1. Pernikahan siri anda sah alasannya ialah ada wali, janji nikah dan saksi lebih dari dua.

2. Ketika suami menyampaikan "Kamu sudah saya anggap bukan siapa-siapa lagi", begitu juga ucapan suami yang menyuruh anda pulang dan jangan kembali, maka intinya itu ialah talak kinayah yakni kalau ucapannya itu disertai niat cerai, maka perceraian telah terjadi. Oleh alasannya ialah itu, tanyakan pada suami apakah ucapan-ucapannya itu disertai niat cerai. Kalau iya, maka anda berdua intinya sudah bercerai. Baca detail: Cerai dalam Islam

Begitu juga ucapan suami "dan kau haram buat saya" ucapan ini kalau disertai niat, maka aturan zhihar terjadi dan anda berdua tidak halal bekerjasama intim kecuali sehabis suami mengeluarkan tebusan. Baca detail: Hukum Zhihar

3. Nikah siri tidak ada bedanya dengan nikah resmi. Harmonis atau tidak perkawinan sangat tergantung dari kedewasaan kedua belah pihak dalam memahami dan menoleransi perbedaan serta melaksanakan kompromi. Baca juga: Cara Harmonis dalam Rumah Tangga
Sumber https://www.alkhoirot.net
Buat lebih berguna, kongsi:

Trending Kini: