HUKUM WUDHU, MANDI JUNUB DAN TAYAMMUM
Panduan tata cara wudhu, mandi wajib junub dan tayammum berdasarkan madzhab Syafi'i. Pembahasan seputar penyebab hadats kecil dan hadas besar di mana suci dari keduanya menjadi syarat sahnya shalat selain suci dari najis. Bolehkah satu kali mandi junub diperuntukkan untuk haid, keluar mani, jimak dan wudhu sekaligus?
I. WUDHU DAN TUJUANNYA
Wudhu' bertujuan untuk menghilangkan hadas kecil lantaran suci dari hadas kecil menjadi salah satu prasyarat bagi seorang muslim dalam melaksanakan ibadah-ibadah tertentu ibarat shalat, memegang Al Quran, ihram, tawaf, dll.
DEFINISI WUDHU
Secara etimologis wudhu berasal dari kata وضاءة berarti kebaikan. Dalam terminologi syariah wudhu yaitu menggunakan air yang suci -- dengan membasuh dan mengusap--pada anggota tubuh yang empat yaitu wajah, kedua tangan, kepala dan kedua kaki.
DALIL WAJIBNYA WUDHU
- QS Al-Maidah 5:6
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فاغْسِلُواْ وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُواْ بِرُؤُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَينِ وَإِن كُنتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُواْ وَإِن كُنتُم مَّرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاء أَحَدٌ مَّنكُم مِّنَ الْغَائِطِ أَوْ لاَمَسْتُمُ النِّسَاء فَلَمْ تَجِدُواْ مَاء فَتَيَمَّمُواْ صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُواْ بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُم مِّنْهُ مَا يُرِيدُ اللّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَـكِن يُرِيدُ لِيُطَهَّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kau hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu hingga dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu hingga dengan kedua mata kaki, dan kalau kau junub maka mandilah, dan kalau kau sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, kemudian kau tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kau dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, biar kau bersyukur.
PENYEBAB YANG MEMBATALKAN WUDHU
Hal yang membatalkan wudhu dan mengakibatkan hadats kecil ada 6 (enam):
1. Sesuatu yang keluar dari dua jalan depan belakang (anus dan kemaluan)
2. Tidur dalam keadaan tidak dalam posisi duduk yang tetap,
3. Hilang nalar lantaran mabuk atau sakit,
4. Sentuhan laki-laki pada perempuan bukan mahram tanpa penghalang,
5. Menyentuh kemaluan insan dengan telapak tangan kepingan dalam,
6. Menyentuh tempat sekitar anus (dubur) berdasarkan qaul jadid
SYARAT WUDHU
Syarat wudhu yaitu hal-hal yang harus terpenuhi sebelum pelaksanaan wudhu. Syarat wudhu berdasarkan madzhab Syafi'i yaitu sebagai berikut:
1. Islam
2. Berakal.
3. Tidak sedang haid atau nifas.
4. Anggota wudhu tidak terhalang oleh sesuatu yang mencegah sampainya air ibarat lilin atau .
5. Mengetahui farthu-nya wudhu
6. Menghilangkan najis ainiyah (yang tampak).
7. Tidak ada sesuatu pada anggota wudhu yang sanggup merubah air ibarat tinta kecuali sedikit.
8. Air harus mengalir pada anggota wudhu.
9. Air yang digunakan wudhu harus suci dan mensucikan.
NIAT WUDHU
Niat wudhu cukup diucapkan dalam hati. Bunyi lengkapnya sebagai berikut:
نَوَيْتُ الْوُضُوْءَ لِرَفْعِ الْحَدَثِ اْلاَصْغَرِ فَرْضًا لِّلَّهِ تَعَالَى
Artinya: Saya niat wudhu untuk menghilangkan hadas kecil lantaran Allah Ta'ala
RUKUN/FARDHU-NYA WUDHU
Rukun/fardhu wudhu yaitu perbuatan yang harus dilakukan ketika pelaksanaan wudhu. Fardhu wudhu ada 6 (enam):
1. Niat
2. Membasuh wajah.
3. Membasuh kedua tangan hingga siku.
4. Mengusap sebagian kepala.
5. Membasuh kedua kaki hingga mata kaki.
6. Tertib sesuai urutan 1 hingga 5.
SUNNAHNYA WUDHU
Berikut hal-hal yang sunnah dilakukan ketika berwudhu, tetapi tetap sah wudhu-nya apabila ditinggalkan. Sunnah wudhu ada 10 (sepuluh) yaitu:
1. Membaca bismillah.
2. Membasuh kedua telapak tangan sebelum memasukkan ke wadah air.
3. Berkumur,
4. menghirup air ke hidung,
5. mengusap seluruh kepala,
6. mengusap kedua indera pendengaran luar dalam dengan air baru,
7. menyisir jenggot tebal dengan jari dan membasuh sela-sela jari tangan dan jari kaki,
8. mendahulukan kepingan kanan dari kiri,
9. menyucikan masing-masing 3 (tiga) kali,
10. bersegera
II. TAYAMMUM DAN TUJUANNYA
Seperti tersebut dalam QS Al-Maidah 5:6 fungsi utama tayammum yaitu sebagai ganti dari wudhu apabila tidak ada air untuk berwudhu.
ARTI/DEFINISI TAYAMMUM
Panduan tata cara wudhu, mandi wajib junub dan tayammum berdasarkan madzhab Syafi'i. Pembahasan seputar penyebab hadats kecil dan hadas besar di mana suci dari keduanya menjadi syarat sahnya shalat selain suci dari najis. Bolehkah satu kali mandi junub diperuntukkan untuk haid, keluar mani, jimak dan wudhu sekaligus?
- DAFTAR ISI
- Wudhu (Hadas Kecil) dalam Islam
- Definisi/Pengertian Wudhu
- Dalil Dasar Wajibnya Wudhu
- Yang Membatalkan Wudhu Penyebab Hadats Kecil
- Syarat Wudhu
- Niat Wudhu
- Rukun/Fardhu atau Tatacara Wudhu
- Sunnahnya Wudhu
- Tayammum dan Tujuannya
- Definsisi/Pengertian Tayammum
- Dalil Dasar Hukum Wajibnya Tayammum
- Syarat Bolehnya Tayammum
- Niat Tayammum
- Rukun/Fardhu dan Tatacara Tayammum
- Sunnahnya Tayammum
- Yang Membatalkan Tayammum
- Debu yang Dipakai Tayammum Menurut Madzhab Syafi'i
- Debu yang Tidak Dapat Dipakai Tayammum Menurut Madzhab Syafi'i
- Debu yang Dipakai Tayammum Menurut Madzhab Hanafi dan Maliki
- Apabila Tidak Ada Air dan Debu
- Mandi Wajib Junub (Hadas Besar)
- Definisi/Pengertian Mandi Wajib/Junub
- Dalil Wajibnya Mandi Wajib (Junub) (Ghusl)
- Penyebab Hadas Besar yang Mewajibkan Mandi Wajib (Junub)
- Syarat Mandi Wajib (Junub)
- Niat Mandi Wajib (Junub)
- Rukun Tata Cara Mandi Wajib (Junub)
- Sunnahnya Mandi Wajib (Junub)
- Perkara yang Disunnahkan Mandi Wajib (Junub)
- Satu Kali Mandi Junub Bisa Untuk Keluar Mani, Haid, Jimak Dan Wudhu Sekaligus
- Sumber Referensi
- Tanya Jawab Hadats Kecil dan Besar
- CARA KONSULTASI SYARIAH ISLAM
I. WUDHU DAN TUJUANNYA
Wudhu' bertujuan untuk menghilangkan hadas kecil lantaran suci dari hadas kecil menjadi salah satu prasyarat bagi seorang muslim dalam melaksanakan ibadah-ibadah tertentu ibarat shalat, memegang Al Quran, ihram, tawaf, dll.
DEFINISI WUDHU
Secara etimologis wudhu berasal dari kata وضاءة berarti kebaikan. Dalam terminologi syariah wudhu yaitu menggunakan air yang suci -- dengan membasuh dan mengusap--pada anggota tubuh yang empat yaitu wajah, kedua tangan, kepala dan kedua kaki.
DALIL WAJIBNYA WUDHU
- QS Al-Maidah 5:6
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فاغْسِلُواْ وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُواْ بِرُؤُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَينِ وَإِن كُنتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُواْ وَإِن كُنتُم مَّرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاء أَحَدٌ مَّنكُم مِّنَ الْغَائِطِ أَوْ لاَمَسْتُمُ النِّسَاء فَلَمْ تَجِدُواْ مَاء فَتَيَمَّمُواْ صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُواْ بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُم مِّنْهُ مَا يُرِيدُ اللّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَـكِن يُرِيدُ لِيُطَهَّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
PENYEBAB YANG MEMBATALKAN WUDHU
Hal yang membatalkan wudhu dan mengakibatkan hadats kecil ada 6 (enam):
1. Sesuatu yang keluar dari dua jalan depan belakang (anus dan kemaluan)
2. Tidur dalam keadaan tidak dalam posisi duduk yang tetap,
3. Hilang nalar lantaran mabuk atau sakit,
4. Sentuhan laki-laki pada perempuan bukan mahram tanpa penghalang,
5. Menyentuh kemaluan insan dengan telapak tangan kepingan dalam,
6. Menyentuh tempat sekitar anus (dubur) berdasarkan qaul jadid
SYARAT WUDHU
Syarat wudhu yaitu hal-hal yang harus terpenuhi sebelum pelaksanaan wudhu. Syarat wudhu berdasarkan madzhab Syafi'i yaitu sebagai berikut:
1. Islam
2. Berakal.
3. Tidak sedang haid atau nifas.
4. Anggota wudhu tidak terhalang oleh sesuatu yang mencegah sampainya air ibarat lilin atau .
5. Mengetahui farthu-nya wudhu
6. Menghilangkan najis ainiyah (yang tampak).
7. Tidak ada sesuatu pada anggota wudhu yang sanggup merubah air ibarat tinta kecuali sedikit.
8. Air harus mengalir pada anggota wudhu.
9. Air yang digunakan wudhu harus suci dan mensucikan.
NIAT WUDHU
Niat wudhu cukup diucapkan dalam hati. Bunyi lengkapnya sebagai berikut:
نَوَيْتُ الْوُضُوْءَ لِرَفْعِ الْحَدَثِ اْلاَصْغَرِ فَرْضًا لِّلَّهِ تَعَالَى
RUKUN/FARDHU-NYA WUDHU
Rukun/fardhu wudhu yaitu perbuatan yang harus dilakukan ketika pelaksanaan wudhu. Fardhu wudhu ada 6 (enam):
1. Niat
2. Membasuh wajah.
3. Membasuh kedua tangan hingga siku.
4. Mengusap sebagian kepala.
5. Membasuh kedua kaki hingga mata kaki.
6. Tertib sesuai urutan 1 hingga 5.
SUNNAHNYA WUDHU
Berikut hal-hal yang sunnah dilakukan ketika berwudhu, tetapi tetap sah wudhu-nya apabila ditinggalkan. Sunnah wudhu ada 10 (sepuluh) yaitu:
1. Membaca bismillah.
2. Membasuh kedua telapak tangan sebelum memasukkan ke wadah air.
3. Berkumur,
4. menghirup air ke hidung,
5. mengusap seluruh kepala,
6. mengusap kedua indera pendengaran luar dalam dengan air baru,
7. menyisir jenggot tebal dengan jari dan membasuh sela-sela jari tangan dan jari kaki,
8. mendahulukan kepingan kanan dari kiri,
9. menyucikan masing-masing 3 (tiga) kali,
10. bersegera
II. TAYAMMUM DAN TUJUANNYA
Seperti tersebut dalam QS Al-Maidah 5:6 fungsi utama tayammum yaitu sebagai ganti dari wudhu apabila tidak ada air untuk berwudhu.
ARTI/DEFINISI TAYAMMUM
Tayammum secara etimologis yaitu bermaksud (Arab,القصد). Dalam pengertian syariah (fiqih) tayammum yaitu menyampaikan/meletakkan debu suci pada wajah dan kedua tangan sebagai ganti dari (a) wudhu; (b) mandi junub; (c) membasuh anggota badan, dengan syarat-syarat tertentu.
DALIL WAJIBNYA TAYAMMUM
- QS Al-Maidah 5:6
وَإِن كُنتُم مَّرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاء أَحَدٌ مَّنكُم مِّنَ الْغَائِطِ أَوْ لاَمَسْتُمُ النِّسَاء فَلَمْ تَجِدُواْ مَاء فَتَيَمَّمُواْ صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُواْ بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُم مِّنْهُ مَا يُرِيدُ اللّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَـكِن يُرِيدُ لِيُطَهَّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya: dan kalau kau sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, kemudian kau tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kau dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, biar kau bersyukur.
- Hadits sahih riwayat Muslim: وَجُعِلَتْ تُرْبَتُنَا لَنَا طَهُورًا إِذَا لَمْ نَجِدِ الْمَاءَ
Artinya: Dijadikan bagi kami (ummat Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi was sallam ) permukaan bumi sebagai thohur/sesuatu yang digunakan untuk besuci (tayammum) kalau kami tidak menjumpai air.
SYARAT TAYAMMUM
Syarat tayammum yaitu hal-hal yang harus terpenuhi sebelum dilakukan proses tayammum. Syarat tayammum ada 5 (lima) yaitu:
1. Ada udzur lantaran perjalanan atau sakit.
2. Masuknya waktu shalat.
3. Mencari air.
4. Tidak sanggup menggunakan air atau ada air tapi tidak cukup.
5. Debu yang suci dan halus.
NIAT TAYAMMUM
Niat cukup diucapkan dalam hati.
نَوَيْتُ التَّيَمُّمَ لاِسْتِبَاحَةِ الصَّلاَةِ ِللهِ تَعَالٰى
Artinya: Saya niat tayammum untuk menerima kebolehan shalat lantaran Allah Ta'ala.
RUKUN/FARDHU DAN TATA CARA TAYAMMUM
Rukun/fardhu tayammum yaitu tata cara yang dilakukan ketika pelaksanaan tayammum. Fardhu tayammum ada 4 (empat), yaitu:
1. Niat.
2. Mengusap wajah.
3. Mengusap kedua tangan hingga siku.
4. Tertib (dalam pelaksanaan harus urut).
SUNNAH-NYA TAYAMMUM
Sunnahnya tayammum ada 3 (tiga) kasus sebagai berikut:
1. Membaca bismillah.
2. Mendahulukan yang kanan dari yang kiri.
3. Bersegera (dilakukan dengan cepat tanpa diselingi perbuatan yang lain).
YANG MEMBATALKAN TAYAMMUM
Perkara yang membatalkan tayammum ada 3 (tiga) kasus yaitu:
1. Segala sesuatu yang membatalkan wudhu.
2. Melihat air di luar waktu shalat.
3. Murtad atau keluar dari Islam.
Sedangkan orang yang menggunakan perban ia boleh mengusap perbannya dengan air, kemudian bertayammum dan shalat tanpa harus mengulangi shalatnya apabila ketika pertama kali meletakkan perban dalam keadaan suci. Dan bertayammum untuk setiap shalat fardhu.
DEBU YANG DAPAT DIPAKAI UNTUK TAYAMMUM MENURUT MADZHAB SYAFI'I
Jenis debu yang sanggup digunakan untuk tayammum yaitu sebagai berikut:
1. Debu suci dan belum digunakan untuk tayammum.
1. Debu murni.
2. Debu yang tercampur pasir
3. Pasir yang mengandung debu.
DEBU YANG TIDAK DAPAT DIPAKAI UNTUK TAYAMMUM MENURUT MADZHAB SYAFI'I
1. Debu najis atau debu suci tapi sudah digunakan untuk tayammum (musta'mal).
2. Pasir murni yang tidak ada debunya.
3. Keramik.
DEBU YANG DAPAT DIPAKAI UNTUK TAYAMMUM MENURUT MADZHAB HANAFI DAN MALIKI
Menurut madzhab Hanafi dan Maliki segala sesuatu yang berasal dari tanah sanggup digunakan untuk tayammum berdasarkan penafsiran dari kata "sha'id" dalam QS Al-Maidah 5:6. Pemahaman ini menciptakan alat tayammum yang dibolehkan bertambah luas sebagai berikut:
1. Debu suci dan belum digunakan untuk tayammum.
2. Debu halus,
3. Pasir
4. Kerikil.
5. Batu halus,
6. Dinding tanah,
7. Keramik yang terbuat dari tanah murni.
8. Dinding atau wadah yang terbuat dari tanah.
9. Berbagai macam benda ibarat dinding, kursi, sofa, ranjang yang mengandung debu.
Lebih detail.
APABILA TIDAK ADA AIR DAN DEBU
Apabila mengikuti pandangan madzhab Hanafi dan Maliki, maka tidak ada kesulitan menemukan debu untuk tayammum. Namun, seandainya debu tidak ditemukan juga, berikut pandangan ulama fiqih apabila tidak ada air untuk wudhu dan debu untuk tayammum:
1. Shalat apa adanya dan mengulangi shalatnya sesudah ada air atau debu. Ini pendapat yang sahih berdasarkan Imam Nawawi dalam Al-Majmuk.
2. Tidak wajib shalat, hanya disunnahkan. Dan wajib mengulangi/mengqadha shalatnya sesudah menemukan air atau debu. Ini pendapat Imam Ghazali.
3. Haram shalat ketika itu dan wajib mengqadha. Ini pendapat qaul qadim dan Imam Haramain.
4. Wajib shalat dan tidak wajib mengqadha. Ini pendapat Imam Syafi'i di qaul qadim juga.
Lebih detail.
III. MANDI WAJIB (JUNUB)
Mandi junub, jinabat atau jinabah yaitu mandi keramas yang dilakukan untuk menghilangkan hadas besar ibarat mengeluarkan sperma, haid, nifas, dll dengan disertai niat.
DEFINISI DAN PENGERTIAN MANDI WAJIB (JUNUB)
Ghusl atau mandi secara etimologis bermakna mengalirkan (السيلان). Dalam terminilogi syariah ghusl (mandi junub) bermakna mengalirkan air ke seluruh tubuh dengan niat tertentu.
DALIL WAJIBNYA MANDI JUNUB (GHUSL)
1. QS Al-Maidah 5:6
وَإِن كُنتُمْ جُنُباً فَاطَّهَّرُواْ
Artinya: Apabila kau dalam keadaan junub, maka bersesucilah.
2. QS An-Nisa' 4:43
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَقْرَبُواْ الصَّلاَةَ وَأَنتُمْ سُكَارَى حَتَّىَ تَعْلَمُواْ مَا تَقُولُونَ وَلاَ جُنُباً إِلاَّ عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّىَ تَغْتَسِلُواْ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kau shalat, sedang kau dalam keadaan mabuk, sehingga kau mengerti apa yang kau ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kau dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kau mandi.
3. Hadits riwayat Bukhari
أن النبي: كان إذا اغتسل من الجنابة، بدأ فغسل يديه، ثم يتوضأ كما يتوضأ للصلاة، ثم يدخل أصابعه في الماء، فيخلل بها أصول شعره، ثم يصب على رأسه ثلاث غرف بيديه، ثم يفيض الماء على جلده كله
Artinya: sebenarnya Nabi Muhammad apabila mandi jinabah ia memulai dengan membasuh kedua tangannya kemudian wudhu ibarat wudhu untuk shalat kemudian memasukkan jari-jarinya ke dalam air kemudian menyisirkannya ke pangkal rambut kemudian mengalirkan air ke kepalanya tiga cawukan dengan kedua tangannya kemudian meratakan air pada seluruh kulit badannya.
PENYEBAB HADAS BESAR YANG MEWAJIBKAN MANDI WAJIB (JUNUB)
Hal-hal yang mengakibatkan hadas besar dan mengharuskan mandi junub ada 6 (enam) yaitu:
1. Senggama (jimak)
2. Keluar sperma (mani)
3. Mati.
4. Haid
5. Nifas.
6. Melahirkan.
SYARAT MANDI WAJIB (JUNUB)
Harus menggunakan air yang suci dan mensucikan yaitu air yang tidak najis dan belum pernah digunakan untuk mandi junub atau berwudhu.
NIAT MANDI WAJIB (JUNUB)
Pada dasarnya "niat mandi untuk menghilangkan hadas besar" sudah cukup. Berikut yaitu niat yang lengkap sesuai situasi dan kondisi yang mandi.
1. Hadas besar lantaran keluar sperma:
نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ الْحَدَثِ الْأَكْبَرِ مِنَ الْجِنَابَةِ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى
Artinya: Saya niat mandi junub untuk menghilangkan hadas besar junub lantaran Allah.
2. Hadas besar lantaran haidl:
نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ حَدَثِ الْأَكْبَرِ مِنَ الْحَيْضِ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى
Artinya: Saya niat mandi junub untuk menghilangkan hadas besar haidl lantaran Allah.
3. Hadas besar kerena nifas
نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ حَدَثِ الْأَكْبَرِ مِنَ النِّفَاسِ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى
Artinya: Saya niat mandi junub untuk menghilangkan hadas besar nifas lantaran Allah.
4. Hadas besar kerna melahirkan (wiladah)
نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ حَدَثِ الْأَكْبَرِ مِنَ الْوِلَادَةِ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى
Artinya: Saya niat mandi junub untuk menghilangkan hadas besar melahirkan lantaran Allah.
RUKUN/FARDHU DAN TATA CARA MANDI WAJIB (JUNUB)
Rukun atau fardhu-nya mandi junub yaitu tata cara yang harus dilakukan ketika melaksanakan mandi junub yang jumlahnya ada 3 (tiga) yaitu:
1. Niat
2. Menghilangkan najis apabila ada pada anggota badan.
3. Menyiramkan air pada seluruh rambut dan kulit tubuh.
SUNNAHNYA MANDI WAJIB (JUNUB)
Sunnahnya pelaksanaan mandi jinabah ada 5 (lima) sebagai berikut:
1. Membaca bismillah
2. Berwudhu sebelum mulai mandi.
3. Mengusapkan tangan pada badan.
4. Bersegera.
5. Mendahulukan yang kanan dari yang kiri.
PERKARA YANG DISUNNAHKAN MANDI WAJIB (JUNUB)
Perkara atau keadaan yang disunnahkan mandi yaitu:
1. Mandi untuk shalat Jum'at
2. Shalat Idul Fitri dan Idul Adha.
3. Shalat Istisqa' (minta hujan).
4. Shalat gerhana bulan.
5. Shalat gerhana matahari.
6. Mandi sesudah memandikan mayit.
7. Orang kafir yang masuk Islam.
8. Orang gila dan ayan (epilepsi) sesudah sembuh.
9. Akan ihram.
10. Masuk Makkah.
11. Wuquf di Arafah.
12. Menginap (mabit) di Muzdalifah.
13. Melempar jumrah yang tiga.
14. Tawaf.
15. Sa'i
16. Masuk Madinah.
SATU KALI MANDI JUNUB BISA UNTUK KELUAR MANI, HAID, JIMAK DAN WUDHU SEKALIGUS
Satu kali mandi junub sanggup diperuntukkan untuk haid, keluar mani dan/atau jimak dan wudhu sekaligus. Begitu juga, Al-Syairazi dalam Al-Muhadzab, hlm. 1/64, menyatakan:
فإن أحدث وأجنب ففيه ثلاثة أوجه : أحدها أنه يجب الغسل ويدخل فيه الوضوء وهو المنصوص في الأم لأنهما طهارتان فتدخلتا كغسل الجنابة وغسل الحيض والثاني أنه يجب عليه الوضوء والغسل لأنهما حقان مختلفان يجبان بسببين مختلفين فلم يتداخل أحدهما في الأخر كحد الزنا والفرقة والثالث أنه يجب عليه أن يتوضأ مرتبا ويغسل سائر البدن لأنهما متفقان في الغسل ومختلفان في الترتيب فما اتفقا فيه تداخلا وما اختلفا فيه لم يتدخلا قال الشيخ الإمام رحمه الله وأحسن توفيقه : وسمعت شيخنا أبا حاتم القزويني رحمه الله يحكي فيه وجها رابعا أنه يقتصر على الغسل إلا أنه يحتاج أن ينويهما ووجهه أنهما عبادتان متجانستان صغرى وكبرى فدخلت الصغرى في الكبرى في الأفعال دون النية كالحج والعمرة فإن توضأ من الحدث ثم ذكر أنه كان جنبا أو اغتسل من الحدث ثم ذكر أنه كان جنبا أجزأه ما غسل من الحدث عن الجنابة لأن فرض الغسل في أعضاء الوضوء من الجنابة والحدث واحد وبالله التوفيق
Artinya: Apabila seseorang hadas kecil (tidak punya wudhu) dan junub maka ada tiga pendapat: Pertama, wajib mandi dan termasuk di dalamnya wudhu. Ini yaitu nash Imam Syafi'i dalam Al-Umm dengan alasan lantaran keduanya sama-sama bersuci maka saling mengisi sebagaimana mandi junub dan mandi haid. Kedua, wajib wudhu dan mandi besar lantaran keduanya dua hak yang berbeda yang wajib dengan dua alasannya yaitu yang berbeda maka tidak saling mengisi satu sama lain ibarat had zina dan pisah. Ketiga, wajib baginya berwudhu secara tertib dan membasuh anggota tubuh yang lain lantaran keduanya sama dalam membasuh dan beda dalam tertib (urut-urutan), maka yang sama saling mengisi sedang yang berbeda tidak saling mengisi. Syaikh Al-Imam berkata: Aku mendengar guruku Abu Hatim Al-Qazwini bercerita ada pendapat keempat yakni bahwa dalam masalah ini cukup mandi besar saja. Hanya saja ia harus niat untuk keduanya. Alasannya lantaran keduanya (mandi dan wudhu) yaitu dua ibadah yang terkena najis kecil dan besar, maka yang kecil masuk pada yang besar dalam perbuatan tapi tidak dalam soal niat. Sebagaimana haji dan umroh. Apabila ia wudhu dari hadas kecil kemudian ia ingat bahwa ia junub atau ia mandi dari hadas kemudian ia ingat bahwa ia junub maka apa yang ia cuci itu sah untuk hadas besar lantaran wajibnya membasuh pada anggota wudhu dari junub dan hadas kecil itu satu.
IV. SUMBER RUJUKAN/REFERENSI
1. Muhammad bin Qasim Al-Ghazzi dalam Fathul Qoribul Mujib fi Syarhi Alfadzit Taqrib (فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب)
2. Abul Hasan Ali bin Muhammad bin Habib Al-Mawardi Al-Bishri dalam Al-Hawi al-Kabir fi Fiqh Madzhabil Imam Asy-Syafi'i (الحاوي الكبير في فقه مذهب الإمام الشافعي)
3. Abu Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi (Imam Nawawi) dalam Raudhatut Talibin wa Umdatul Muftin (روضة الطالبين وعمدة المفتين)
4. Abu Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi (Imam Nawawi) dalam Al-Majmuk Syarhul Muhadzdzab (المجموع شرح المهذب)
4. Ahmad bin Muhammad bin Ali bin Hajar Al-Haitami dalam Tuhfatul Muhtaj fi Syarhil Minhaj (تحفة المحتاج في شرح المنهاج)
5. Muhammad bin Syihabuddin Ar-Ramli dalam Nihayatul Muhtaj ila Syarhil Mhnhaj (نهاية المحتاج إلى شرح المنهاج)
6. Kitab Al-Umm Imam Syafi'i
7. alkhoirot.org/2012/06/tidak-ada-debu-tayammum.html
8. alkhoirot.org/2012/06/tayammum-dengan-tembok-atau-furniture.html
V. TANYA JAWAB HADAS KECIL DAN HADATS BESAR
Pertanyaan dari pembaca seputar penyebab hadats kecil dan besar yang mewajibkan wudhu dan mandi junub/adus (janabah/jinabat)
BATAS USIA ANAK PEREMPUAN KECIL YANG TIDAK MEMBATALKAN WUDHU
Assalamualaikum....afwan ustadz sebelmnya klo ganggu aktivts antum
Ana mau nanya, adakah batas yustaha karna kita ngajar bawah umur kecil ngaji,apakah batl wdhu kita apabila bersentuhan dengan mereka.
itu sja ustadz syukran atas jwbnya
wassalam
Abdul Hakim
JAWABAN
Laki-laki menyentuh perempuan atau perempuan menyentuh laki-laki yang bukan mahram sanggup membatalkan wudhu pihak yang menyentuhnya berdasarkan pada ayat (أو لامستم النساء فلم تجدوا ماء فتيمموا ). Sedang status wudhu pihak yang disentuh ada dua pendapat: batal dan tidak batal.
Adapun menyentuh anak perempuan kecil yang tidak mengundang syahwat (la yushtaha) maka ada dua pendapat yaitu batal atau tidak batal wudhunya. Imam Nawawi dalam kitab Al-Majmuk II/32 berkata:
Pendapat yang tidak membatalkan yaitu pendapat yang paling sahih.
Adapun batasan usianya tidak ada klarifikasi yang niscaya dari ulama madzhab Syafi'i, yang terpenting belum baligh. Akan tetapi, berdasarkan madzhab Hanbali usia anak hendaknya di bawah 7 tahun apabila mencapai 7 tahun atau lebih maka batal wudhu-nya (lihat Kasyaful Qina' I/129, Ar-Raudh al-Murabba' I/307, Al-Inshaf I/2012).
Sumber https://www.alkhoirot.net
DALIL WAJIBNYA TAYAMMUM
- QS Al-Maidah 5:6
وَإِن كُنتُم مَّرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاء أَحَدٌ مَّنكُم مِّنَ الْغَائِطِ أَوْ لاَمَسْتُمُ النِّسَاء فَلَمْ تَجِدُواْ مَاء فَتَيَمَّمُواْ صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُواْ بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُم مِّنْهُ مَا يُرِيدُ اللّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَـكِن يُرِيدُ لِيُطَهَّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
- Hadits sahih riwayat Muslim: وَجُعِلَتْ تُرْبَتُنَا لَنَا طَهُورًا إِذَا لَمْ نَجِدِ الْمَاءَ
Artinya: Dijadikan bagi kami (ummat Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi was sallam ) permukaan bumi sebagai thohur/sesuatu yang digunakan untuk besuci (tayammum) kalau kami tidak menjumpai air.
SYARAT TAYAMMUM
Syarat tayammum yaitu hal-hal yang harus terpenuhi sebelum dilakukan proses tayammum. Syarat tayammum ada 5 (lima) yaitu:
1. Ada udzur lantaran perjalanan atau sakit.
2. Masuknya waktu shalat.
3. Mencari air.
4. Tidak sanggup menggunakan air atau ada air tapi tidak cukup.
5. Debu yang suci dan halus.
NIAT TAYAMMUM
Niat cukup diucapkan dalam hati.
نَوَيْتُ التَّيَمُّمَ لاِسْتِبَاحَةِ الصَّلاَةِ ِللهِ تَعَالٰى
RUKUN/FARDHU DAN TATA CARA TAYAMMUM
Rukun/fardhu tayammum yaitu tata cara yang dilakukan ketika pelaksanaan tayammum. Fardhu tayammum ada 4 (empat), yaitu:
1. Niat.
2. Mengusap wajah.
3. Mengusap kedua tangan hingga siku.
4. Tertib (dalam pelaksanaan harus urut).
SUNNAH-NYA TAYAMMUM
Sunnahnya tayammum ada 3 (tiga) kasus sebagai berikut:
1. Membaca bismillah.
2. Mendahulukan yang kanan dari yang kiri.
3. Bersegera (dilakukan dengan cepat tanpa diselingi perbuatan yang lain).
YANG MEMBATALKAN TAYAMMUM
Perkara yang membatalkan tayammum ada 3 (tiga) kasus yaitu:
1. Segala sesuatu yang membatalkan wudhu.
2. Melihat air di luar waktu shalat.
3. Murtad atau keluar dari Islam.
Sedangkan orang yang menggunakan perban ia boleh mengusap perbannya dengan air, kemudian bertayammum dan shalat tanpa harus mengulangi shalatnya apabila ketika pertama kali meletakkan perban dalam keadaan suci. Dan bertayammum untuk setiap shalat fardhu.
DEBU YANG DAPAT DIPAKAI UNTUK TAYAMMUM MENURUT MADZHAB SYAFI'I
Jenis debu yang sanggup digunakan untuk tayammum yaitu sebagai berikut:
1. Debu suci dan belum digunakan untuk tayammum.
1. Debu murni.
2. Debu yang tercampur pasir
3. Pasir yang mengandung debu.
DEBU YANG TIDAK DAPAT DIPAKAI UNTUK TAYAMMUM MENURUT MADZHAB SYAFI'I
1. Debu najis atau debu suci tapi sudah digunakan untuk tayammum (musta'mal).
2. Pasir murni yang tidak ada debunya.
3. Keramik.
DEBU YANG DAPAT DIPAKAI UNTUK TAYAMMUM MENURUT MADZHAB HANAFI DAN MALIKI
Menurut madzhab Hanafi dan Maliki segala sesuatu yang berasal dari tanah sanggup digunakan untuk tayammum berdasarkan penafsiran dari kata "sha'id" dalam QS Al-Maidah 5:6. Pemahaman ini menciptakan alat tayammum yang dibolehkan bertambah luas sebagai berikut:
1. Debu suci dan belum digunakan untuk tayammum.
2. Debu halus,
3. Pasir
4. Kerikil.
5. Batu halus,
6. Dinding tanah,
7. Keramik yang terbuat dari tanah murni.
8. Dinding atau wadah yang terbuat dari tanah.
9. Berbagai macam benda ibarat dinding, kursi, sofa, ranjang yang mengandung debu.
Lebih detail.
APABILA TIDAK ADA AIR DAN DEBU
Apabila mengikuti pandangan madzhab Hanafi dan Maliki, maka tidak ada kesulitan menemukan debu untuk tayammum. Namun, seandainya debu tidak ditemukan juga, berikut pandangan ulama fiqih apabila tidak ada air untuk wudhu dan debu untuk tayammum:
1. Shalat apa adanya dan mengulangi shalatnya sesudah ada air atau debu. Ini pendapat yang sahih berdasarkan Imam Nawawi dalam Al-Majmuk.
2. Tidak wajib shalat, hanya disunnahkan. Dan wajib mengulangi/mengqadha shalatnya sesudah menemukan air atau debu. Ini pendapat Imam Ghazali.
3. Haram shalat ketika itu dan wajib mengqadha. Ini pendapat qaul qadim dan Imam Haramain.
4. Wajib shalat dan tidak wajib mengqadha. Ini pendapat Imam Syafi'i di qaul qadim juga.
Lebih detail.
III. MANDI WAJIB (JUNUB)
Mandi junub, jinabat atau jinabah yaitu mandi keramas yang dilakukan untuk menghilangkan hadas besar ibarat mengeluarkan sperma, haid, nifas, dll dengan disertai niat.
DEFINISI DAN PENGERTIAN MANDI WAJIB (JUNUB)
Ghusl atau mandi secara etimologis bermakna mengalirkan (السيلان). Dalam terminilogi syariah ghusl (mandi junub) bermakna mengalirkan air ke seluruh tubuh dengan niat tertentu.
DALIL WAJIBNYA MANDI JUNUB (GHUSL)
1. QS Al-Maidah 5:6
وَإِن كُنتُمْ جُنُباً فَاطَّهَّرُواْ
2. QS An-Nisa' 4:43
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَقْرَبُواْ الصَّلاَةَ وَأَنتُمْ سُكَارَى حَتَّىَ تَعْلَمُواْ مَا تَقُولُونَ وَلاَ جُنُباً إِلاَّ عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّىَ تَغْتَسِلُواْ
3. Hadits riwayat Bukhari
أن النبي: كان إذا اغتسل من الجنابة، بدأ فغسل يديه، ثم يتوضأ كما يتوضأ للصلاة، ثم يدخل أصابعه في الماء، فيخلل بها أصول شعره، ثم يصب على رأسه ثلاث غرف بيديه، ثم يفيض الماء على جلده كله
PENYEBAB HADAS BESAR YANG MEWAJIBKAN MANDI WAJIB (JUNUB)
Hal-hal yang mengakibatkan hadas besar dan mengharuskan mandi junub ada 6 (enam) yaitu:
1. Senggama (jimak)
2. Keluar sperma (mani)
3. Mati.
4. Haid
5. Nifas.
6. Melahirkan.
SYARAT MANDI WAJIB (JUNUB)
Harus menggunakan air yang suci dan mensucikan yaitu air yang tidak najis dan belum pernah digunakan untuk mandi junub atau berwudhu.
NIAT MANDI WAJIB (JUNUB)
Pada dasarnya "niat mandi untuk menghilangkan hadas besar" sudah cukup. Berikut yaitu niat yang lengkap sesuai situasi dan kondisi yang mandi.
1. Hadas besar lantaran keluar sperma:
نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ الْحَدَثِ الْأَكْبَرِ مِنَ الْجِنَابَةِ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى
2. Hadas besar lantaran haidl:
نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ حَدَثِ الْأَكْبَرِ مِنَ الْحَيْضِ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى
3. Hadas besar kerena nifas
نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ حَدَثِ الْأَكْبَرِ مِنَ النِّفَاسِ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى
4. Hadas besar kerna melahirkan (wiladah)
نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ حَدَثِ الْأَكْبَرِ مِنَ الْوِلَادَةِ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى
RUKUN/FARDHU DAN TATA CARA MANDI WAJIB (JUNUB)
Rukun atau fardhu-nya mandi junub yaitu tata cara yang harus dilakukan ketika melaksanakan mandi junub yang jumlahnya ada 3 (tiga) yaitu:
1. Niat
2. Menghilangkan najis apabila ada pada anggota badan.
3. Menyiramkan air pada seluruh rambut dan kulit tubuh.
SUNNAHNYA MANDI WAJIB (JUNUB)
Sunnahnya pelaksanaan mandi jinabah ada 5 (lima) sebagai berikut:
1. Membaca bismillah
2. Berwudhu sebelum mulai mandi.
3. Mengusapkan tangan pada badan.
4. Bersegera.
5. Mendahulukan yang kanan dari yang kiri.
PERKARA YANG DISUNNAHKAN MANDI WAJIB (JUNUB)
Perkara atau keadaan yang disunnahkan mandi yaitu:
1. Mandi untuk shalat Jum'at
2. Shalat Idul Fitri dan Idul Adha.
3. Shalat Istisqa' (minta hujan).
4. Shalat gerhana bulan.
5. Shalat gerhana matahari.
6. Mandi sesudah memandikan mayit.
7. Orang kafir yang masuk Islam.
8. Orang gila dan ayan (epilepsi) sesudah sembuh.
9. Akan ihram.
10. Masuk Makkah.
11. Wuquf di Arafah.
12. Menginap (mabit) di Muzdalifah.
13. Melempar jumrah yang tiga.
14. Tawaf.
15. Sa'i
16. Masuk Madinah.
SATU KALI MANDI JUNUB BISA UNTUK KELUAR MANI, HAID, JIMAK DAN WUDHU SEKALIGUS
Satu kali mandi junub sanggup diperuntukkan untuk haid, keluar mani dan/atau jimak dan wudhu sekaligus. Begitu juga, Al-Syairazi dalam Al-Muhadzab, hlm. 1/64, menyatakan:
فإن أحدث وأجنب ففيه ثلاثة أوجه : أحدها أنه يجب الغسل ويدخل فيه الوضوء وهو المنصوص في الأم لأنهما طهارتان فتدخلتا كغسل الجنابة وغسل الحيض والثاني أنه يجب عليه الوضوء والغسل لأنهما حقان مختلفان يجبان بسببين مختلفين فلم يتداخل أحدهما في الأخر كحد الزنا والفرقة والثالث أنه يجب عليه أن يتوضأ مرتبا ويغسل سائر البدن لأنهما متفقان في الغسل ومختلفان في الترتيب فما اتفقا فيه تداخلا وما اختلفا فيه لم يتدخلا قال الشيخ الإمام رحمه الله وأحسن توفيقه : وسمعت شيخنا أبا حاتم القزويني رحمه الله يحكي فيه وجها رابعا أنه يقتصر على الغسل إلا أنه يحتاج أن ينويهما ووجهه أنهما عبادتان متجانستان صغرى وكبرى فدخلت الصغرى في الكبرى في الأفعال دون النية كالحج والعمرة فإن توضأ من الحدث ثم ذكر أنه كان جنبا أو اغتسل من الحدث ثم ذكر أنه كان جنبا أجزأه ما غسل من الحدث عن الجنابة لأن فرض الغسل في أعضاء الوضوء من الجنابة والحدث واحد وبالله التوفيق
Artinya: Apabila seseorang hadas kecil (tidak punya wudhu) dan junub maka ada tiga pendapat: Pertama, wajib mandi dan termasuk di dalamnya wudhu. Ini yaitu nash Imam Syafi'i dalam Al-Umm dengan alasan lantaran keduanya sama-sama bersuci maka saling mengisi sebagaimana mandi junub dan mandi haid. Kedua, wajib wudhu dan mandi besar lantaran keduanya dua hak yang berbeda yang wajib dengan dua alasannya yaitu yang berbeda maka tidak saling mengisi satu sama lain ibarat had zina dan pisah. Ketiga, wajib baginya berwudhu secara tertib dan membasuh anggota tubuh yang lain lantaran keduanya sama dalam membasuh dan beda dalam tertib (urut-urutan), maka yang sama saling mengisi sedang yang berbeda tidak saling mengisi. Syaikh Al-Imam berkata: Aku mendengar guruku Abu Hatim Al-Qazwini bercerita ada pendapat keempat yakni bahwa dalam masalah ini cukup mandi besar saja. Hanya saja ia harus niat untuk keduanya. Alasannya lantaran keduanya (mandi dan wudhu) yaitu dua ibadah yang terkena najis kecil dan besar, maka yang kecil masuk pada yang besar dalam perbuatan tapi tidak dalam soal niat. Sebagaimana haji dan umroh. Apabila ia wudhu dari hadas kecil kemudian ia ingat bahwa ia junub atau ia mandi dari hadas kemudian ia ingat bahwa ia junub maka apa yang ia cuci itu sah untuk hadas besar lantaran wajibnya membasuh pada anggota wudhu dari junub dan hadas kecil itu satu.
IV. SUMBER RUJUKAN/REFERENSI
1. Muhammad bin Qasim Al-Ghazzi dalam Fathul Qoribul Mujib fi Syarhi Alfadzit Taqrib (فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب)
2. Abul Hasan Ali bin Muhammad bin Habib Al-Mawardi Al-Bishri dalam Al-Hawi al-Kabir fi Fiqh Madzhabil Imam Asy-Syafi'i (الحاوي الكبير في فقه مذهب الإمام الشافعي)
3. Abu Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi (Imam Nawawi) dalam Raudhatut Talibin wa Umdatul Muftin (روضة الطالبين وعمدة المفتين)
4. Abu Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi (Imam Nawawi) dalam Al-Majmuk Syarhul Muhadzdzab (المجموع شرح المهذب)
4. Ahmad bin Muhammad bin Ali bin Hajar Al-Haitami dalam Tuhfatul Muhtaj fi Syarhil Minhaj (تحفة المحتاج في شرح المنهاج)
5. Muhammad bin Syihabuddin Ar-Ramli dalam Nihayatul Muhtaj ila Syarhil Mhnhaj (نهاية المحتاج إلى شرح المنهاج)
6. Kitab Al-Umm Imam Syafi'i
7. alkhoirot.org/2012/06/tidak-ada-debu-tayammum.html
8. alkhoirot.org/2012/06/tayammum-dengan-tembok-atau-furniture.html
V. TANYA JAWAB HADAS KECIL DAN HADATS BESAR
Pertanyaan dari pembaca seputar penyebab hadats kecil dan besar yang mewajibkan wudhu dan mandi junub/adus (janabah/jinabat)
BATAS USIA ANAK PEREMPUAN KECIL YANG TIDAK MEMBATALKAN WUDHU
Assalamualaikum....afwan ustadz sebelmnya klo ganggu aktivts antum
Ana mau nanya, adakah batas yustaha karna kita ngajar bawah umur kecil ngaji,apakah batl wdhu kita apabila bersentuhan dengan mereka.
itu sja ustadz syukran atas jwbnya
wassalam
Abdul Hakim
JAWABAN
Laki-laki menyentuh perempuan atau perempuan menyentuh laki-laki yang bukan mahram sanggup membatalkan wudhu pihak yang menyentuhnya berdasarkan pada ayat (أو لامستم النساء فلم تجدوا ماء فتيمموا ). Sedang status wudhu pihak yang disentuh ada dua pendapat: batal dan tidak batal.
Adapun menyentuh anak perempuan kecil yang tidak mengundang syahwat (la yushtaha) maka ada dua pendapat yaitu batal atau tidak batal wudhunya. Imam Nawawi dalam kitab Al-Majmuk II/32 berkata:
وإن مس صغيرة لا تشتهى أو عجوزا لا تشتهى ففيه وجهان ، ( أحدهما ) ينتقض لعموم الآية ، ( والثاني ) لا ينتقض لأنه لا يقصد بلمسها الشهوة فأشبه الشعر )
Artinya: apabila seseorang (laki-laki) memyentuh anak perempuan kecil yang tidak mengundang syahwat atau perempuan bau tanah yang tidak mengundang syahwat maka ada 2 (dua) pendapat: (a) batal wudhunya lantaran keumuman ayat di atas dan (b) tidak batal wudhunya lantaran tidak menjadikan syahwat lantaran itu serupa dengan menyentuh rambut.Pendapat yang tidak membatalkan yaitu pendapat yang paling sahih.
Adapun batasan usianya tidak ada klarifikasi yang niscaya dari ulama madzhab Syafi'i, yang terpenting belum baligh. Akan tetapi, berdasarkan madzhab Hanbali usia anak hendaknya di bawah 7 tahun apabila mencapai 7 tahun atau lebih maka batal wudhu-nya (lihat Kasyaful Qina' I/129, Ar-Raudh al-Murabba' I/307, Al-Inshaf I/2012).
Sumber https://www.alkhoirot.net
Buat lebih berguna, kongsi: